Thursday 19 September 2019

LAST DAY IN BANGKA (BACK HOME)

Mulai dari malam kami sudah sibuk packing dan berbenah karena besok sudah harus pulang dan meninggalkan Bangka. Aku sengaja tidur agak lebih cepat semalam. Pagi-pagi seperti biasa selesai sholat Dhuha kami turun ke bawah untuk sarapan. Resto hotel tampak sepi, rupanya berbagai instansi yang saat kami datang pertama kali sangat ramai mengadakan acara/seminar/pelatihan sudah pada pulang. Kami sarapan seperti biasa. Lalu naik lagi keatas, biasanya buat toilet visiting alias bongkar muatan.

Sesuai janji dengan Welly jam 8.30 kami akan segera check out dan mencari oleh-oleh lagi, seperti mie koba dan otak otak. Saat mengeluarkan barang bawaan ada sedikit insiden yang membuat aku kaget. Rupanya insiden kecil ini tidak cukup sampai disini saja, buntutnya panjang sampai ada sumpah serapah segala. Astaghfirullah dan Wallahi...Allah yang tahu hatiku.

OTAK-OTAK ASE 
Toko yang sangat terkenal menjual otak-otak yang dapat dijadikan oleh-oleh khas Bangka dibawa pulang. Aku sudah tidak bergairah sama sekali untuk membeli apapun, karena insiden pagi tadi. Bahkan tadi di kedai Mie Koba sudah tidak ada selera lagi, padahal sejak dari kemaren aku sudah punya rencana untuk makan Mie Koba lagi sebelum meninggalkan Bangka. Hatiku patah arang. Awalnya aku hanya duduk dan menunggu mereka yang sibuk beli, tetapi Iyun mencoba mencairkan suasana kaku, dia membawakan sepiring makanan yang dijual di toko ini. Isi piring terdiri dari, pempek udang, otak-otak, ampyar. Iyun bilang ciciplah...! Dengan hati yang sedang terluka dan hambar aku dan Kotada mencoba mencicipinya.

Ternyata enak banget. Yang paling aku suka adalah pempek udangnya. Aku berdiri dan menengok ke counter display makanan yang dijual. Akhirnya aku jadi memesan dan membeli juga. 40 buah pempek udang dan 40 buah otak-otak.

Banyak hikmah yang aku dapat dari travelling kali ini. Niat baik, hati yang baik tidak selalu harus berbalas baik. Karena kejernihan hati setiap manusia tidaklah sama. Kelelahan dapat menjadikan hati seseorang kotor dan penuh prasangka. Kesabaran masih menjadi bagian yang aku harus usahakan dan lakukan. Dari awal rencana trip ini aku telah menyadari untuk punya extra sabar karena tahu siapa saja anggota group trip ini. Akupun bersabar dan berusaha tidak mengeluh bahkan sangat takuttt sekali berbuat salah, karena aku berkali-kali telah mengalaminya dengan personal yang ini, berkali-kali ! Ternyata prasangka itu datang juga. Sampai sumpah serapah yang kudapatkan. Wallahi... Allah knows better my deep heart. Lupakan saja!
Masih sedikit pengunjung karena hari masih pagi
Pempek udangnya maknyuss
Ampyang
Otak-otak
Welly yang menemani kami selama di Bangka.

Resume :
Jika dibandingkan dengan Belitung kota Bangka agak semrawut terutama lalu lintasnya. Masyarakat Bangka sama sekali tidak tertib lalu lintas. Main salib, tak memakai helm saat mengendari motor, melanggar lampu lalu lintas. Kebersihan kalah jauh dengan Belitung, saat kami kesini ada karnaval HUT Kemerdekaan yang menyisakan sampah menggunung di semua ruas jalan raya. Bahkan hingga keesokan harinya ketika kami melintas di lokasi ini tumpukan sampah itupun masih belum bisa dituntaskan meski satgas kebersihan berjibaku keras.

Tentang keindahan destinasi wisata Belitung juga lebih baik, pantai-pantai di Belitung terlihat dirawat dan dikelola dengan baik sehingga terlihat bersih. Sedangkan di kota Bangka destinasi pantai seperti tidak dikelola bahkan seperti daerah mati tak berpenghuni. Sayang banget padahal aset wisatanya luar biasa. 

No comments: