Friday 20 December 2019

TEGAL MAS

Setelah menempuh perjalanan laut alias menyebrang sekitar 15 - 20 menit sampailah kami di dermaga Tegal Mas, Alhamdulillah air lautnya tenang dan kapalnya juga tidak oleng. Malah kami sempat foto-foto di ujung moncong perhau seperti film Titanic tanpa takut. 

Begitu menginjakkan kaki di dermaga hatiku langsung riang dan bibirku tersenyum manis. Karena aku dapat apa yang sudah lama aku angan-angankan. Tempat ini memang indah dan banyak yang bisa diexplore untuk jadi objek foto. Gak sia-sia ke sini, wong dari kemaren bahkan sampai tadi di pantai Sari Ringgung hatiku kecewa melulu.

Pulau Tegal Mas merupakan sebuah kawasan wisata yang terletak di Pulau Tegal, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Banyak yang menyebutnya mirip dengan Maladewa, karena eksotisme alam & penginapan terapung yang ada di sekelilingnya Belakangan ini, destinasi wisata yang berdiri di atas lahan seluas 113 hektare ini telah menjadi magnet yang memikat para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Pulau yang berbentuk tegalan ini mempunyai kekayaan bawah laut yang tak kalah istimewa dibandingkan lokasi diving lain di Indonesia.

Wisatawan yang hobi diving dan snorkeling akan dimanjakan dengan keindahan biota laut, mulai dari terumbu karang, anemone, berbagai jenis ikan, penyu hijau, hingga hiu sirip hitam. Di dasar laut juga terdapat patung gajah yang merupakan ikon daerah Lampung yang bisa menjadi spot menarik untuk berfoto.

Para pengunjung juga bisa menikmati sensasi menginap di cottage apung yang berada di atas permukaan laut. Kita bisa merasakan tidur ditemani suara deburan ombak, dan pemandangan malam laut yang eksotik. Ada pula beberapa jajaran villa di Kampoeng Lombok Mas. Villa yang ada di kawasan ini dibangun dengan gaya-gaya rumah tradisional, dengan material kayu dan jerami. Penginapan disini mengadopsi penginapan seperti rumah adat, misalnya rumah tradisional khas Lombok dan Palembang.

Aku langsung memutar mata mencari spot-spot menarik buat di explore. Banyak....! Villa-villa berupa cottage terapung ini merupakan private area, maka gerbangnya digembok. Agak sedih juga ...yah..digembok bagaimana aku bisa mengambil view cottage itu kalau digembok. Padahal itu adalah icon menariknya. Tapi easy saja coba jalan terus. Oh ya restribusi yang ditarik ditempat ini adalah Rp.50 ribu perorang dan lagi-lagi tanpa tiket resmi. Kami berjalan dan menikmati suasana. Alhamdulillah sisi gerbang yang sebelah kiri untuk menuju cottage terbuka. Ayoooo... cepat mumpung terbuka kita ambil momentnya (takutnya ditutup lagi, karena di depan gerbang sebenarnya tertulis dilarang masuk ini area private. Entah pengunjung mana yang berani buka gemboknya. Ahhhh ini rezeki kami!. Buru-burulah takut pengawasnya insyaf eh... ditutup deh! :-(.

Puaslah menikmati keindahan ini. Jam 9.15 kami segera keluar karena sang pemilik kapal kami sudah nelponin terus dia bilang sudah jemput. Ahhh... kan tarifnya seharian?? Sepertinya dia sudah dapat objekan lain, jadi seperti dikejar-kejar maling! Ya sudahlah kita out saja lagipula pengunjung juga semakin ramai dan hampir membludak daripada nanti aku ill feel. Si Abang pemilik kapal bener-bener deh gak professional selama nyetir dia ditelponi orang terus. Trus dia pura-pura lupa dan gak dengar waktu kami minta dianterin ke pasir timbul , padahal tadi saat berangkat dia sudah janji akan antar ke pasir timbul asalakan ada tambahan biaya Rp.100 ribu. Mau snorkeling juga dengan biaya sewa alat perorang Rp.50 ribu. Namun dia sudah lupa bahkan tak tertarik dengan tambahan income itu. Mungkin jumlah uang yang akan dia dapat dari teman yang menelpon dia jauh lebih besar. Ya...sudahlah! Belum rezeki.

Selanjutnya kami meneruskan perjalanan mencari resto untuk makan pagi sekalian siang. Lapar berat dah... Namun bolak-balik mondar-mandir sana-sini, karena resto favorite yang direkomendasikan oleh Dedek ataupun Google tutup. (Atau masih tutup???) Hari masih cukup pagi sih jam 10 lewat. Ujung-ujungnya karena sudah sangat lapar sampai mau muntah kami dapat resto seketemunya saja Rumah Makan Begadang 2. Namun Alhamdulillah masakannya enak kok..toiletnya juga besar dan rapih. Aku sempat ganti baju yang lebih sporty biar nyaman dan bebas gerak selama perjalanan.

Jam setengah 12 kami meluncur dan perjalanan cukup lancar ditengah hujan lumayan deras. Di daerah Ogan Ilir bahkan kami sempat mampir di sebuah mesjid yang termasuk instagramable untuk numpang sholat Dzuhur dan Ashar, yitu Masjid Bayumi Wahab. Dan juga mampir ke kedai Bakso Granat Bang Azis di Bukit Besar demi mengobati kecewa tak sempat makan Bakso Sony. Overall meski singkat trip akhir pekan ini menyenangkan.

Best picture


Cottage...di tengah laut

Lepas dari dermaga semangatnya...!

Ayo kita explore tempat ini

Suka dengan teknik Kotada ambil fotonya

Dermaga sampingan buat balik
Lokasi ini tak dijamah pengunjung, tapi mata kami menangkapnya indah
Cottage tradisional

Ini karena rezeki saja ke daerah ini bisa masuk, biasanya ditutup karena cottage ini daerah private.

Jrmbatan cinta


Ornamen pilar di masjid Bayumi

Masjid Bayumi Wahab

Thursday 19 December 2019

PANTAI SARI RINGGUNG

Hari kedua dan terakhir di Lampung. Hari ini kami akan menuju objek wisata yang jadi "main destinasi" (alias tujuan utama) ke Lampung ini yaitu Tegal Mas Island. Yang foto-fotonya di berbagai media sosial membuat aku kabita (alias pengennnn...). Baiklah pagi-pagi sekali kami sudah bangun dan bersiap-siap. Di hari libur sekolah, week end dan banyak yang menjajal Tol baru pastilah akan menyebabkan setiap objek wisata akan dibludaki oleh pengunjung. Maka supaya kita gak kehilangan moment harus disiasati dengan cara curi start. 

Demi memenuhi strategi ini pagi-pagi sekali jam setengah enam tanpa sarapan lagi di hotel (padahal kami dapat jatah sarapan namun sarapan hotel baru dibuka jam 6), kami sudah check out dan melaju di jalanan. Enak juga sih jalanan masih sangat sepi. Lancar dan cepat. Sekitar jam 7 kurang kami sudah sampai di pantai Sari Ringgung. Saking masih paginya di loket tiket tak ada penjaga dan beruntungnya pintu masuk dibuka, dengan rada was-was kami masuk saja. namun eh...dilalah.. masuk agak ke dalam kami dicegat oleh seorang bapak setengah baya. Minta bayaran. Kami ditarik bayaran sebesar Rp. 60 ribu tanpa ada tiketnya. Resmi apa ilegal nih pungutan????? Ya sudahlah daripada ribet kasih saja bro... 

Pantai Sari Ringgung terletak di Jalan Way Ratay Km 14 tepatnya di Desa Sidodadi, Teluk Pandan dan Kabupaten Pesawaran. Pantai ini masih sejalur dengan salah satu Pantai terkenal lainnya yang ada di Kota Lampung yaitu Dewi Mendapa. Pantai ini mungkin sama dengan Pantai-Pantai pada umumnya, namun keunikan yang dimiliki Pantai Sari Ringgung memang menarik perhatian pengunjung. 

Jarak yang harus ditempuh menuju Pantai Sari Ringgung dari kota Bandar Lampung yaitu 25 kilo meter dengan waktu satu jam. Perjalanan yang Anda tempuh dapat lebih lambat atau lebih cepat sesuai kondisi jalanan saat Anda pergi dan juga kecepatan kendaraan. Rute yang harus dilalui yaitu ikuti arus Jalan Pajajaran dan Jalan Hanoman. Lalu belok ke arah kiri menuju Jalan Teuku Umar kemudian akan menemukan jalan dengan dua pilihan, pilih jalan ke kanan. Saat itu Anda telah berada di Jalan Raden Intan dan terus lanjutkan perjalanan di jalan tersebut. Setelah melakukan perjalanan di Jalan Raden Intan selama kurang lebih 1,5 kilo meter, belok ke kanan menuju Jalan Ahmad Yani. 

Tanda-tandanya yaitu di tengah jalan berdiri sebuah Tugu Adipura, lalu lanjutkan perjalanan di Jalan Ahmad Yani sekitar 700 meter. Kemudian akan kembali menemukan dua pilihan jalan dan pilih jalan kiri, lalu berbelok ke kiri menuju Jalan Wolter Monginsidi. Sekitar dua kilo meter setelah itu, belok ke arah kanan menuju Jalan Basuki Rahmat. Kemudian berbelok ke arah kanan menuju Jalan P. Emir Moh. Noer, lalu belok ke kiri menuju Jalan Sumur Putri. Setelah itu belok ke arah kiri ke Jalan Saleh Raja Kusuma Yudha, lanjutkan perjalanan menuju Jalan R.E. Martadinata. Lanjutkan perjalanan dengan jarak sekitar sebelas kilo meter yang melalui Jalan R.E. Martadinata dan Jalan Raya Way Ratay. Dari situ, Anda sudah dekat dengan lokasi Pantai hanya berjarak sekitar dua kilo meter dari Jalan Raya Way Ratay. Ikuti petunjuk jalan yang ada untuk sampai di Pantai Sari Ringgung. 

Saat masuk ke lokasi pantai Sari Ringgung suasana tidaklah sepi sebagaimana perkiraan kami. Sudah cukup ramai namun tidak sampai membludak. Aku pikir pastilah di sekitaran sini ada hotel sehingga pengunjung sepagi itu sudah mandi, berenang dan berendam di pantai. Ada juga sekelompok orang-orang yang sedang melakukan gathering yaitu pencinta mobil merk ternama. Sebagaimana biasanya gathering seperti ini kadangkala agak menjajah hak para pengunjung lain. Mobil-mobil mereka diparkir semaunya, bahkan di posisi icon bagus buat foto-foto. Hmm... kecewa sekali! 

Karena agak sulit cari objek foto yang sudah ditutupi puluhan mobil gathering itu kami berjalan lagi. Hatiku sedih! Kenapa? Objek wisata ini potensi keindahannya bagus sekali, namun tidaklah dikelola dengan baik. Pasir putihnya sudah hampir dipenuhi sampah-sampah plastik, malah ada pampers segala. Penataan objek-objek permainannya tidak rapih. Jadi kelihatan acak dan gak sedap dipandang. Belum lagi pengunjung yang kurang disiplin sehingga mengotori lingkungan. Sedih sekali...jika kondisi seperti ini dibiarkan aku yakin 3 - 5 tahun kedepan pantai ini akan kumuh. 

Kami berjalan mengamati, satu-satunya objek yang menarik adalah ayunan di laut. Yah...sudahlah dari pada tak ada kenangannya, aku dan Ade basah-basahan ambil foto disitu. Alhamdulillah... sisa sunrise yang masih ada menyebabkan view bayangan matahari yang sedang naik di air membuatnya sangat cantik. Puas di situ kami berniat segera ke Tegal Mas saja. Tapi masih ingin ke toilet dulu, namun waduhhh toiletnya masih digembok berhubung petugasnya belum datang wadow...wadowww. Terpkasa numpang ke rumah di sekitar situ. 

Untuk ke Tegal Mas kita harus menyebrang menggunakan kapal kecil, tadi saat kami diminta bayaran oleh si bapak kami sudah diperingatkan untuk langsung ke loket saja, supaya kena tarif yang resmi karena suka ada orang-orang jahil mempermainkan tarif. Merujuk pesan sang bapak kami langsung ke loket. Tarif penyebrangan untuk 1 kapal adalah Rp.300 ribu. Namun kami kembali ragu apakah ini resmi atau palsu? Soalnya tak ada tiket resminya... hadeuhhh! terserahlah! Yang penting bisa nyebrang dah!

Aurat kaki ohhh..tidakkkk

Bayangan matahari di air indahnya


Sedikit mendung

Siap-siap menyebrang

Berani...???

Tuesday 17 December 2019

PUNCAK MAS

Target kedua hari ini Puncak Mas. Destinasi ini direkomendasikan sekali oleh Dedek katanya viewnya sangat bagus terutama saat malam hari. Oke cuss.... kita datangi. Puncak Mas Sukadanaham terletak di kawasan perbukitan, tepatnya di Ds. Sukadanaham, Kec. Tanjung Karang Barat, Kab. Bandar Lampung. Memakan waktu tempuh sekitar setengah jam dari pusat kota Bandar Lampung. Dan memang tak terlalu jauh juga dari Bukit Sakura.

Saat kami memasuki gerbang dan loket pembelian tiket area parkir sangat penuh oleh bis-bis wisata dan sebagian besar bernomor plat kendaraan Palembang BG. Ahay...nyobain tol semua juga tampaknya. Total harga tiket yang kami bayar untuk 3 orang penumpang termasuk mobilnya adalah Rp. 60 ribu. Kami masuk dan parkir ke bawah.

Saat masuk aku rada-rada bingung objek wisata apa ini. Konsepnya apa? Tak nampak sesuatu yang membuat aku interesting. Hanya ada sebuah balai besar sepertinya resto atau tempat makan, disitu suara gelegar home band atau mungkin organ tunggal terdengar membahana. Sedang ada acara semacam gathering. Bersebrangan dengan gedung itu ada taman kecil yang terdapat icon tulisan Puncak Mas dan pernak-pernik warna warni. Tanaman yang ada juga kurang menarik karena gersang. Oke... kami melangkah lagi tak ada apapun cuma saung-saung kecil berjejer. Dan sepertinya icon favorit disini adalah rumah pohon. Itupun sulit ditempati karena terlalu banyak orang, bahkan ada satu rumah pohon yang seperti dimiliki oleh dua orang wanita dewasa. Wong dia bawa bantal duduk dan tiduran di situ. Hmmmm.... Kalau di rumah pohon yang lain antrian orang berjejer-jejer untuk ambil foto aja.

Kami melangkah lebih ke dalam lagi. Agak girang juga karena ada satu rumah pohon yang kosong. Yang paling pojok di bagian belakang. Dengan riang kami naik... namunnn baru separuh alias lantai pertama kami memutuskan turun lagi. Kotada saja bocah petualang yang segala gunung sudah dia daki, bilang takut. Bener-bener menyeramkan. Tidak begitu yakin dengan safetynya. Angin tak berhembus dengan kencang saja itu rumah goyangnya minta ampun. Rasa mabok laut pengen muntah aku. Buru-buru kami turun. Akhirnya duduk-duduk sebentar di saung deket situ. Tak sampai setengah jam kami memutuskan cari kuliner sajalah. Kurang menarik. Kebetulan cuaca rintik-rintik. Cusss kami out!

Padahal dalam deskripsinya di google kok menggairahkan banget. Waktu terbaik berada di Puncak Mas adalah malam hari, di mana kamu bisa melihat harmonisasi cantik antara kota Bandar Lampung yang bak lautan kunang-kunang dan langit lepas yang dihiasi ribuan bintang juga teduhnya cahaya bulan. Pemandangan di siang hari pun tak kalah cantik,kok. Karena dibangun outdoor, jadi pastikan kamu berkunjung ke sini saat sedang tidak hujan. Zoongg...!
Tak jauh dari parkiran mobil
Tangga yang ini masih nyaman

Mendung dan gerimis mengundang

Saung= saung
Keluar dari Puncak Mas kami menulusuri jalanan kota Lampung yang macet ke sebuah toko oleh-oleh ynng cukup terkenal. Toko keripik Sintha. Aku membeli Kue Pie Pisang. Dulu aku sempat beli online via instagramnya. Namun sayangnya pas nyampe ditempat itu pie  hancur jadi serbuk. Kenaikan harganya cukup signifikan. Dulu sekitar 2018 harga perkotak isi 6 adalah Rp. 25 ribu. Tapi kini sudah jadi Rp. 40 ribu. Apa boleh buat dibeli juga, sayang sudah jauh menempuh hujan deras masa iya sih gak beli. Pelayannya juga jutek alias tak ramah. Cenderung rada sinis. 

Malam harinya beburu kuliner terkenal di Lampung yaitu Bakso Sony. Qadarullah tokonya tutup sebelum jam 8, jadi kecewa. Akhirnya daripada menahan lapar dalu, seketemunya saja kami mampir di kedai sate pak Haji Umar karena tertarik dengan ramainya pengunjung. Taste di lidah kami bertiga sama. Tidak maknyusss... mana satenya cuma lemak dan kulit ayam doang. Huhuhuhu.... Marilah kita balik ke hotel dan istirahat buat perjalanan besok lagi.

BUKIT SAKURA

Bukit Sakura Lampung sendiri merupakan salah satu tempat wisata baru di kota Bandar Lampung yang belum lama ini dibuka. Bukit Sakura ini berada di Langkapura, Kemiling, Kota Bandar Lampung. Rute menuju Bukit Sakura Bandar Lampung bisa ditempuh lewat Jalan Imam Bonjol dan Jalan Raden Imba Kesuma di Palang Besi. 
 
Berdasarkan namanya konsep yang ditawarkan di destinasi ini adalah nuansa Jepang. Destinasi ini adalah favorite bagi para pemburu foto terinstagramable. Konsepnya cantik sih, namun mungkin karena kami sudah pernah mengunjungi objek wisata serupa yang lebih luas dan lebih baik, jadi kami biasa-biasa saja. Sekedar memuaskan keingintahuan ohhh... disini toh lokasi foto orang-orang yng diupload di instagramnya itu.
 
Kami mencoba mengeksplore agar dapat foto yang bagus. Namun sulit.. pengunjung yang terlalu padat dan area lokasi yang tak begitu luas membuat jadi susah menangkap moment. Tadinya kami berniat mau memakai pakaian kimono ala Jepang, namun tak tersampaikan karena kulihat loket buat itu tutup. Apakah karena sudah kesorean ya? Entahlah... ! Tapi dapat lah sedikit foto-fotonya. Lumayanlah!
 
Sakura Palstiknya sedang bersemi

Lorong-lorong duplikasi
 
Terutnduk bisu


Anak Bujang

Disela-sela

Dua beradek pulang merantau

Hmmmm...sang vlogger dan objeknya
Icon nya

Pintu masuk keluar


RUMAH MAKAN SAMBAL ALU

Lokasi rumah makan ini terletak di Jalan Pramuka, Rajabasa. Jika kita memasuki rumah makan akan terdengar sapaan khas melengking oleh seluruh staf yang ada. "Selamat siang....silahkan datang Aluuu.. mencintaimu" dengan nada suara seperti Giant di film Doraemon. Lucu deh.. Karena berdasarkan reiview testimoni pelanggan di google, kami bertiga memesan menu yang sama yaitu ayam bakar Alu, tempe mendoan, nasi liwet dan sayur ayam. Minumnya es jeruk.

Sambel Alu memiliki menu spesial yaitu nasi liwet yang harum dan sambel alu dengan cita rasa khas nusantara. Penyajiannya sangat menarik, yakni dengan menggunakan piring keranjang bambu alas daun pisang. Saat kami sudah menyantap makanan yang dipesan...hmmmm duhhh gustiiii endol takendol kendol ngeunah pisan euy! Enak...! Semuanya enak. Nasi liwetnya, ayam bakarnya, tempenya, sayur asamnya. Dan yang paling endul itu adalah sambal Alunya... pedessss maknyuss. Terpaksa tambah nasi terusss... gagal diet dah....!

Usai mengisi perut kami memulai trip hari ini. Tadinya dalam itinerary aku cuma 1 lokasi yang akan dikunjungi, karena aku mikir pasti capeklah setelah berjam-jam dalam perjalanan apalagi yang nyetir. Ternyata Ade justru sangat antusias. Dia browsing lagi maka ketemulah tujuan pertama hari ini yaitu Bukit Sakura. Let's go...!

Pamer sejenak
Ayam bakar, nasi liwet dan tempe mendoan

Lahap...

Ludes semua...

MENCOBA TOOL BARU KAYU AGUNG - BAKAUHENI

Topik paling trendy di seantero Sumatera Selatan adalah telah diresmikannya jalan tol Kayu Agung - Bakauheni Lampung. Yang konon kabarnya ke Lampung sekarang hanya ditempuh dalam 3 jam perjalanan. Lantas yang menambah kuat keinginan buat ke Lampung adalah sebuah destinasi wisata yang menurutku most place have to visit adalah Maldives nya Indonesia. Aku mengetahui adanya destinasi wisata ini lewat media sosial Instagram. Selama ini aku cuma memelototkan mata dan menyusun angan-angan buat datang ke destinasi ini.

Dannn... qadarullahnya adalah ketika aku chat iseng sama keponakanku Ade, dia ajak aku trip ke Jepang. Iya sih aku memang punya planning buat ke Jepang, namun jatah cutiku tahun 2019 sudah habis. Dan baru timbul lagi tahun September 2020, boleh pinjam cuti sih sebanyak 6 hari di bulan Februari 2020. Jadi impossible bisa ke Jepang tahun ini. Ehhh...iseng-iseng bercerita terlontarlah ajakan aku untuk ke Lampung nyobain Tol baru, sekalian test drive mobilku yang baru. Dan gayungpun bersambut Ade malah bilang "Ayoooo... hari Sabtu nanti"

"Sabtu kapan?" Aku minta ketegasan
"Besok !", jawab Ade.
"Bukankah kamu masih di Banjarmasin", tanyaku tak yakin.
" Jum'at adek balek"
" Apakah Ade tak capek?"
" Idak"
" Serius??"
" Serius!"

Ohhh.. ya sudah! Aku juga tak ada halangan. Aku kontak Atik dan Kotada travel mate sejati aku. Kalau Atik langsung memastikan tak bisa karena dia ada pelatihan tambahan materi untuk bahan mengajar ke para santri. Kotada langsung jawab oke. Let's plan the itinerary. Seperti biasa aku langsung brwosing di google juga dapat sharing dari Dedek Catur, karena dia baru pulang trip ke Lampung juga.

Meski hampir pasti gitu aku tetap blom siap apa-apa. Masih trauma kejadian ke Banyuwangi, saat di last minute date Iyun tiba-tiba membatalkan ikut. Aku rugi hampir 1 jutaan meskipun direfund. Jadi yah kubiarkan saja semua laju. Sampai pagi Jum'at itu aku kembali chat sama Ade. Aku minta lagi ketegasan jadi atau tidak. Dia jawab sangat yakin. Jadi. Kuulangi pertanyaan yang sama 3 kali dan jawabannyapun tetap sama.

Meskipun Ade dengan amat yakinkan bilang jadi, tadinya aku mau boking tiketnya pagi-pagi saja saat sudah OTW (wkwkwkkw...aku bener-bener trauma yah dengan kata "Batal"). Tapi Ade bilang inshaa Allah tak batal bik Esi. Bookinglah hotel tuh, kalau besok takutnya sudah fullbooked, karena Lampung jadi most visited week end destination trip sekarang, katanya. Ya sudahlah aku lalu booking hotel. Bener saja semua fullbooked. Alhamdulillah kami dapat hotel Grand Praba, lumayanlah sekitar 400 ribu semalam. Booking 2 kamar, dan dengan memakai TIX point di tiket.com aku hanya bayar 550 ribu untuk 2 kamar. Siang istirahat Jum'at aku baru menyiapkan keperluan snack dan minuman. Berdasarkan info Dedek sepanjang Tol belum ada rest area, jadi harus bawa bekal sendiri.

Akhirnya jam 7 pagi setelah mampir-mampi membeli macam-macam keperluan seperti kartu tol, beli snack lagi dan yang pasti numpang ke toilet, aku beser karena subuh tadi minum kopi radix. Jam 7 pas kami masuk ke gerbang tol Indralaya. Enak banget jalan tolnya jadi lancar cepat. Perjalanan yang memakan waktu itu hanyalah sehabis tol Indralaya (Ogan Ilir) sampai ke Kayu Agung alias pintu Tol Kayu Agung - Bakauheni. Jalannya jelek bergelombang sedikit berlobang dan padat merayap. Kenanyakan truk-truk besar disamping mobil-mobil pribadi. Setelah masuk tol nyaman dan lancar. Lucunya aku sampai sakit pinggang karena nahan pipis. Sepanjang itu perjalanan tak ada rest area, bersyukurlah beberapa saat lagi tiba di Lampung ada temporary toilet milik para pekerja Waskita Karya yang membangun jalan tol. Lumayan sih toiletnya seperti toilet dadakan saat kita wukuf di Arofah. Bersih... dan ada sekitar 6 kamar. Rasanya legaaa banget.... Dan tak begitu lama lagi. Jam 11.15 kami sudah sampai di hotel Grand Praba yang aku order via tiket.com. Asyiknya kami sudah boleh check in.

Kami check in dan istirahat sejenak sembari menunggu sholat Dzuhur. Sepakat setelah sholat Dzuhur jamak Ashar kami akan keluar cari makan siang dan memulai explore objek wisata yang sudah dicatat. Oh iya.. kebingungan mau makan siang dimana aku coba googling dan bertemulah nama "Rumah Makan Sambal Alu". Oke atas bantuan google map kami bertemu dan santap siang di sini.

Gerbang Tol Baru

Friday 22 November 2019

TAMAN NASIONAL BALURAN

Setelah singgah di pantai Watu Dodol kami melaju kembali ke tujuan paling utama wisata ke Banyuwangi ini. Ribuan kilometer dan bercapek ria sebenarnya hanya untuk mengunjungi destinasi ini yaitu Taman Nasional Baluran alias "Africa Van Java". Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di antara wilayah Wongsorejo, Banyuwangi dan Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia. Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran.

Taman ini sering dijuluki sebagai Africa Van Java atau Little Africa In Jawa karena bentang alamnya mirip dengan Afrika di mana terdapat padang savana luas yang penuh satwa liar. Sejauh mata memandang yang tampak adalah padang tandus, pohon-pohon yang kering dan bebatuan.

Sedangkan satwa liar yang hidup di Taman Nasional Baluran adalah rusa, kerbau, banteng, monyet ekor panjang, dan burung merak. Keberadaan ekosistem savana inilah beserta bentang alamnya yang menjadi ciri khas kawasan konservasi Taman Nasional Baluran, di mana nama dari taman nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di dekatnya, yaitu Gunung Baluran.

Saat mengunjungi Taman Nasional Baluran kita akan melihat sebuah padang savana yang sangat luas dengan berbagai macam hewan liarnya. Keberadaan satwa liar seperti gajah, rusa, kerbau, menjadi ciri khas kawasan konservasi Taman Nasional Baluran. Kalian juga bisa menyelami kesejukan dan keindahan Evergreen Forest yang ada di dalam Taman Nasional Baluran. Di dalam Taman Nasional Baluran ada beberapa destinasi lain yang bisa dikunjungi seperti Gua Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, dan lain-lain. Serunya, kalian juga bisa menikmati keindahan Pantai Bama yang wilayahnya masih masuk dalam Taman Nasional Baluran. Selain dapat menikmati birunya air di Bama, kalian juga bisa menyaksikan keindahan Coral Reef yang tersembunyi

Meskipun lokasi Taman Nasional Baluran berada di pelosok, namun ini adalah best destination dan most visit travel destinasion di Banyuwangi. Beberapa Tumbuhan yang tumbuh di kawasan Taman Nasional Baluran tergolong cukup unik, yaitu mampu bertahan dengan kehijauan–nya meskipun tanahnya sangat kering. Jenis jenis tumbuhan yang dapat di jumpai di taman Baluran antara lain Widoro buko, Mimba, dan Pilang. Tumbuhan tumbuhan jenis tersebut mampu tumbuh bahkan ditempat yang gersang sekalipun.

Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Visitor Centre, Evergreen Forest, Savana Bekol, Savana Semiang, Pantai Bama, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik, Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Selain hanya menikmati pemandangan yang ada, wisatawan juga dapat melakukan aktivitas seru sekaligus menantang seperti Hiking, Trecking, Birdcatching, Wildlife Observation.

Mataku berbinar ceria dan rasanya senang sekali ketika mobil kami sudah memasuki area Taman Nasional Baluran ini. Mas Nanang memarkirkan mobil di pelataran parkir untuk beli tiket masuk. Aku gak pula bertanya berapa harga tiket masuknya. Kami langsung masuk. Tegang dan rada horor ketika mobil kami melaju memasuki kawasan hutan yang sepi dengan kondisi pohon-pohon kering meranggas menjulang. Sepi tak terdengar suara apapun. Kamipun diam terpana tak ada yang saling berkomentar atau melontarkan kata-kata. Maashaa Allah luar biasa sangat eksotis hutan ini.

Mungkin hari ini bukan high season ataupun week end maka tak ada pengunjung. Setelah masuk jauh ke dalam kami jumpa dengan sepasang muda-mudi yang mengendari motor berhenti di sisi jalan untuk foto-foto. Rasa seorang pecinta fotografi di kawasan yang antik, eksotis aku sudah berucap "Duh bagus ya kalau foto di sini... boleh gak sih ?". Semua bareng menjawab nanti saja pulangnya. Kita ke Savana Bekol aja dulu... mumpung masih pagi dan matahari belum terlalu terik.

Mas Nanang berhenti di suatu tempat dan menyuruh kami turun. "Ini Savana Bekol. Foto-fotolah sepuasnya bu...". Aku lihat mas Nanang pengalaman dan paham benar tentang destinasi ini. Begitu turun dari mobil aku berteriak kegirangan ketika melihat sebuah pohon jomblo alias pohon yang berdiri sendiri di tengah padang savana yang kering kerontang. Pohon itupun meranggas hanya tersisa ranting-rantingnya. "Ini....dia lokasi foto yang sangat instgramable itu" teriakku. Maka puaslah kami berfoto ria. Tak menghiraukan mukaku memerah terbakar matahari.

Lalu mas Nanang kembali melajukan mobilnya dan mengajak ke tempat-tempat hits yang jadi sasaran bidikan orang-orang seperti yang sering kulihat di medsos. Ayoooo....hajar bleh!. Meski puyeng karena matahari di Banyuwangi ini sangat menyala dan membakar. Hmmmmm.....

Kamipun jalan lagi akhirnya sampailah kami ke pantai Bama dan Mangrove Forrest. Semua indah.... Karena sudah lelah karena melawan terik matahari kami memutuskan menyelesaikan kunjungan di destinasi ini, namun masih ada satu permintaan aku yaitu harus berhenti di tengah hutan yang kering kerontang tempat 2 orang muda mudi yang tadi foto-foto. Itu viewnya bagus tahu! Yang lain bilang oke. Jam sudah menunjukkan hampir tengah hari... keringat mengucur deras, muka merah meronah, haus dan lelah kami meninggalkan destinasi terindah ini.

Meskipun banyak kerieweuhan tentang travel wisata yang gak tanggung jawab, namun aku puas karena destinasi yang kami kunjungi indah-indah... Alhamdulillah ya Allah...!

Best act...and the most best picture I like
Main-main tengah jalan sepi

Pohon Jomblo
Anginnya kencang jilbab sampe terangkat
Rumput jalang yang indah
Lesehan
Kepala kerbau


Kotada dan mas Nanang



Mangrove Forrest



Dermaga mangrove forrest

Pantai Bama
Pantai Bama yang cantik dan tenang
Pantai Bama

Bercanda di tengah hutan

Eksotismenya

 
Mau lari kemana aku...tempat ini meranggas