Day 9th, Jum’at 26 November 2016
MILANO ITALY
Bagun tidur pagi ini aku merasa segar dan seluruh penat hilang. Entahlah ini efek sensasi mau back home ataukah karena fasilitas hotel yang baik. Kami menginap di hotel Novotel Italy. Fasilitas bagus, kamarnya besar dan servicenya baikkkk luar biasa. Orang Italy sangat sangat ramah persis orang Indonesia. Sumringah rasanya begitu keluar kamar dan menuju resto setiap bertemu pelayan atau petugas hotel terdengar sapaan mereka “buongiorno” (= selamat pagi) dengan wajah mereka yang ramah dan tulus dari dalam hati. Mana ganteng-ganteng lagi. Hmmmm.... last day yang menyenangkan nih.
Di restopun tak henti mereka menyapa “prego” (silahkan). Menu makanan di resto ini banyak sekali variannya. Mulai dari roti-rotian, cakes, daging-dagingan, aneka jus, aneka minuman, berbagai macam buah-buahan. Meja penyajian makanan di ruangan tersendiri yang cukup luas kurang lebih 5x6 meter. Meja saji ini di kelompokkan sesuai varian makanannya, Kami berkeliling sebentar mengintip jenis sajian . Tidak ada pembatasan pengambilan makanan seperti di Titlis. Tapi meski begitu kami tidak menjadi kemaruk juga. Aku mengambil sepotong roti gandum serat kasar yang kuolesi selai strawberry, sepotong cakes, sepotong kue coklat seperti sarang semut, 1 buah apel hijau dan segelas jus mix fruit. Hmmmm.... tetap tidak mampu menghabiskan semua yang aku ambil. Tersisa separuh cake coklat seperti sarang semut, separuhnya lagi aku minta tolong Atik untuk menghabiskan sayang mubazir. Ruang makannya yang besar dengan jumlah tamu yang sangat banyak juga tidak menutup kemungkinan peserta/tamu duduk-duduk sambil ngobrol saat menghabiskan makan. Hahaa.... aku jadi selalu “makes comparation” dengan Terace Hotel di Titlis, parno banget soalnya.
Selesai sarapan kami masih sempat naik ke kamar lagi, bongkar muatan (alias ke WC) dan touch up make up serta ambil tas tangan. Di lobby yang sangat luas itu koper-koper rombongan bertebaran tapi tamu lain masih bisa lalu lalang dengan nyaman. Saat itu hotel sangat ramai karena di conference hall hotel sedang ada event pertemuan para artis Italy. Jadi yang lalu lalang itu manusia yang cantik dan ganteng semua dengan gaya dandan yang wah. Hmmm... sayang aku gak kenal tentang artis Italy kalau tidak pasti aku sudah minta foto bareng yah. Mereka sangat ramah, melihat kami yang duduk-duduk di lobby mereka tersenyum ramah membalas senyuman kami. Hmmmm... impreesing banget dah aku dengan keramahan warga Italy.
|
Novotel in Milano |
|
Lobby hotel yang ramai di belakang sana terlihat Conference Hall yang sedang ada konferensi para artist Italy |
|
The beautiful kidos, inget Nabila jadinya |
Seraya menunggu bis datang dan juga menunggu beberapa peserta yang baru turun untuk makan, aku bermain dengan 2 orang bocah wanita yang cantik dan menggemaskan. Aku menyapa sekenanya dengan bahasa Inggris, Entah mengerti atau tidak tapi yang kulihat mereka “connect”. Menyenangkan dan membuat aku ingat anakku yang cantik Nabila.
Jam 9 kami melaju meninggalkan hotel Novotel tujuan pertama adalah mampir sebentar untuk menikmati kawasan etalase budaya dan belanja terbesar di kota Milan; Piazza del Duomo. Di sini terdapat gedung teater dan opera terkenal La Scala, lalu pusat perbelanjaan yang cantik Galeria Vittorio Emmanuelle II, jalanan panjang khusus para pejalan kaki yang banyak diisi toko-toko kelas dunia serta para seniman jalanan berbakat. Dan tentu saja ‘Duomo’, katedral kota Milan yang menjadi maskot kota ini.
Seketika bis melaju melewati jalan-jalan dengan bangunan bertingkat dengan gaya arsitektur yang luar biasa indah. Semua gedung yang berjejer di pinggir jalan punya arsitektur yang sangat indah. Duh....secara orang yang sangat suka berfoto ria, aku mah sudah gak sabar pengen turun saja. Dalam imajinasiku langsung pengen nyender tuh di gedung-gedung dan jepret. Waduhhhh.... mupeng banget! Senang sekali di Milano Italy kami sudah tidak memerlukan lagi coat yang tebal itu. Cuaca di sini sejuk mirip di Bandung jadi sangat nyaman.
Kami terus berjalan ke bagian dalam dan terlihatlah bangunan tinggi berwarna putih menyerupai gereja, tapi sepertinya posisi bangunan gereja itu masih lumayan jauh. Mungkinkah itu yang disebut Duomo Cathedral ? Yah sudah.... daripada penasaran kami jalan terus saja ada beberapa cabang jalan kami memilih cabang yang kekiri, alhamdulillah kami sampai juga di gereja itu. Sangat ramai....dan ternyata sebagian peserta dari bis 1 sudah mejeng di sana. Sedangkan peserta bis 2 tidak terlihat satupun. Kami mengabil beberapa foto termasuk foto-foto di pertokoan dekat situ
Milan Cathedral atau yang sering disebut oleh masyarakat setempat dengan nama Duomo di Milano ini merupakan katedral gothic terbesar di dunia. Terletak di Piazza del Duomo Kota Milan, katedral katholik terbesar kedua di dunia ini memiliki panjang hingga 157 meter dan mampu menampung sekitar 40.000 orang di dalamnya. Piazza del Duomo merupakan alun-alun yang sarat akan perjalanan sejarah perkembangan kota Milan dengan Milan Cathedral sebagai pusatnya. Maka tidak heran jika di kawasan ini terdapat pula berbagai bangunan bersejarah seperti patung Vittorio Emanuele, perumahan Palazzo Reale, Museum Duomo dan Museum of Contemporary Art.
Konstruksi bangunan yang pada tahun 2009 lalu baru selesai direnovasi ini, mulai dibangun pada tahun 1386 dan memakan waktu hinga sekitar 500 tahun untuk dapat menyelesaikannya. Awalnya, Saint Ambrose mendirikan sebuah basilika di kawasan ini pada awal abad ke-5, dan ditambahkan sebuah basilika baru yang berdampingan pada tahun 836. Namun ketika terjadi kebakaran besar yang merusak keduanya pada tahun 1075, akhirnya kawasan ini dibangun kembali sebagai sebuah Duomo. Pada 1386, barulah seorang uskup agung bernama Antonio da Saluzzo memulai proyek baru pembangunan katedral menggunakan konsep rayonnant late gothic (gotik akhir rayonnant) yang merupakan perpaduan arsitektur Perancis dan Italia. Puncak menara utama baru dibangun pada tahun 1762 dengan menambahkan beberapa patung sehingga sebagian besar selesai pada 1880-an.
|
Sampe juga di Duomo Cathedral |
|
Duomo diambil dari samping |
|
Bercanda dengan merpati yang tak pernah ingkar janji |
|
Pertokoan disamping Duomo, dan dia melompat lagi. Happy ya...??? |
Kami sempat belanja souvenir gantungan kunci yang cantik untuk kurcaci-kurcaci yang tinggal juga untuk teman-teman kantor. Lumayanlah menghabiskan sisa euro kami memborong cukup banyak. Usai belanja souvenir kami menuju ke meeting point dan di tengah perjalanan kami ketemu pak Masykur yang bercerita bahwa harga parfum original disini lumayan murah dibanding di Mall of Indonesia Jakarta. Aku minta dianterin ke toko yang beliau masuk, dan membeli 1 botol parfum yang aku suka seharga 69 euro ( Bener asli parfumnya karena sudah aku pakai harumnya masih menempel dari pagi sampai sore)
Setibanya di meeting point masih sepi belum terlihat satu pesertapun hanya ada Euis. Aku mah sudah sangat tidak simpati kepada wanita satu ini memilih diam saja. Tak lama kemudian uni Yulimar dan Indah datang juga. Sepakat kami ingin ke toilet dan kami turun ke underground di tangga yang terletak tidak jauh dari situ. Tetapi karena saat itu masih sangat pagi belum ada pertokoan apalagi toilet yang buka. Atas saran pemilik salah satu toko kami disuruh cari resto aja dan biasanya mereka pasti punya toilet. Kami naik lagi ke atas ke meeting point dan masih belum ada juga peserta yang datang. Karena masih sepi kami melihat sekeliling mencari resto yang sudah buka. Kebetulan ada sebuah toko menjual Kebab yang sudah buka. Aku yang dijorokin menjadi juru bicara meminta izin untuk numpang ke toilet. Alhamdulillah diizinkan. Aku duluan yang masuk dan selanjutnya kami bergiliran kecuali Atik dan Indah yang memang jarang ke toilet.
Nah sembari menunggu inilah peristiwa kurang mengenakkan terjadi. Iseng aku mengajak pelayan/pemilik toko bicara. Aku tanya apakah anda berasal dari Turki. Oh... bukan saya orang Kairo, jawabnya Kairo Mesir tanyaku lagi, dia menjawab iya. Jadi anda seorang muslim ya? Tetiba aku tidak menyangka sama sekali jawaban laki-laki itu. Dengan sangat marah dia bilang untuk apa kamu bertanya muslim atau tidak? Andaikan kamu sudah menanyakan hal itu sebelum kamu numpang ke toilet saya tidak akan mengizinkan kamu numpang ujarnya dengan suara tinggi. Aku, Atik, Indah dan Kotada terperangah kaget. Berulang kali aku memohon maaf pria itu masih marah juga. Akhirnya seorang pria temannya mengatakan “Its okay...never mind”, dan dia memberi kode pada kami sambil tersenyum agar sebaiknya kami segera pergi. Kami melangkah dengan rasa tidak enak hati. Apakah salah ya pertanyaanku tadi ? Hmmmm...pengalaman agar kami selalu berhati-hati bertanya tentang muslim or not di negara non muslim dan atheis seperti Italy.
Kembali kami menuju meeting point dan lebih sial lagi sampai disana Euis tiba-tiba memarahi kami sambil ngomel-ngomel, ingat waktu dong. Kan target perjalanan kita masih banyak. Harusnya mikir... bla..bla.bla...! Wehhhh... kasar amat betina ini. Aku hampir ikut menimpali omongan dia, tetapi kutahan. Bukankah tadi kami sudah 2 kali bolak balik masih belum ada orang, toh kami hanya ke toilet paling lama 15 menit. Terus tambahan lagi kami berlima ini selama 9 hari tour selalu menjadi peserta yang paling pertama sampai di meeting point, kok marah sampai segitunya?? Ini betina memang dari hari pertama punya sentimen pribadi kepada kami berlima gegara kami tidak mau membayar optional tour masing-masing 35 euro untuk belanja di factory outlet di Swiss. Sejak dari hari pertama dia menyindir-nyindir bahkan sampai foto-foto kami memakai baju tradisional Volendam itupun tidak diberikannya pada kami padahal kami bayar. Maunya apa?
Untung tak lama kemudian bis datang jadi aku terhenti untuk mendengar dia ngoceh sangar begitu. Sampai di atas bis aku lihat kok baru ada 6 orang disana, pak Masykur dan keluarga dari Surabaya itu. Masih sepi kok.... Bis kembali muter-muter di area perempatan lampu merah itu dan memerlukan waktu setengah jam lebih untuk cukup peserta. Hmmm... aku masih empet sama si Euis itu. Total waktu yang dihabiskan peserta di lokasi itu adalah 2 setengah jam lebih hampir 3 jam. Hampir seluruh peserta kembali memborong belanja dalam jumlah sangat banyak. Bayangin aja mbak Inez yang kemaren di Factory Outlet di Swiss sudah memborong 10 tas wanita masih belanja lagi lebih dari 10 tas lagi. Dia bilang kualitas tasnya sama kok dengan yang di FO kemaren tetapi harganya jauuhhhh lebih murah. Disinilah Inez baru paham, berdasarkan info pramuniaga bahwa barang yang harganya dibawah 300 euro adalah produk China, sedangkan harga 300 euro ke atas barulah original produk. Hmmmmm.... akupun sudah paham dari sejak lama. Akupun tahu barang ori atau tidak. Inez ngedumel kenapa Euis itu tidak menyuruh kita belanja disini saja, kenapa harus di FO kemaren sih. Toh kualitas barangnya sama.... harga disini jauhh lebih murah. Ahaaaa... aku tersenyum saja, itulah kalian terlalu mudah dipengaruhi. Tahukah kalian apa alasannya??? Pertama ada tambahan biaya 35 euro, kedua toko yang diperkenalkan oleh Euis cs itu sudah punya kontrak kerja sama sehingga dari total belanja kalian biasanya 20% akan menjadi fee para tour guide. Seperti itu..... :D
Entahlah semua peserta ini sulit dipahami. Saat itu sudah jam 12 lebih, padahal destinasi masih 2 tempat lagi yaitu Stadion Sansiro Inter Milan dan masjid Ar-rahman untuk sholat sekalian makan. Pak Bambang yang memaksa Euis untuk tegas (Ya iyalah peserta kacau begini kan karena dia itu enyek-enyek dan terlalu memberi hati pada peserta Palu yang memang biang kerok dan seenaknya sendiri), bahwa kita harus hanya memilih salah satu saja destinasi selanjutnya, mengingat pesawat kita jam 6 sore jadi minimal jam 2 kita harus sudah sampai di bandara untuk check in.
Akhirnya Euis nurut dan meminta peserta memutuskan pilihan, semua memilih ke Sansiro Stadion Inter Milan saja. Sholat bisa di bandara dan makan bisa di bis. Kami langsung menuju Sansiro Stadion, disini kembali molor dari estimasi waktu yang diberikan 1 jam menjadi hampir 2 jam. Seperti biasa seluruhnya memuaskan nafsu untuk belanja. Menurut akal waras ku sangat aneh sekali, masa sampe bola untuk sepak bola itupun dibeli, padahal bola itu dibeli oleh orang luar negeri dari pengrajin di Sukabumi. Yah...memang sulit karena rasa nasionalisme mereka sangat-sangat kurang. Terlalu bangga membeli dan memakai produk orang lain. Kami bertiga harus serng beristighfar menyaksikan ulah para peserta.
|
San Siro Stadion, Milano Italy |
|
Maka diapun melompat lagi di San Siro Stadion |
|
Detail eye catching yah... yang merah di atas itu susah banget motonya biar dapet yg merah itu |
|
Entry ke San Siro |
Jam 3 lebih kami tiba di bandara internasional Malpensa. Di tempat ini yang namanya Euis dan Ade sudah lepas tangan banget. Peserta mengurus sendiri keperluan check in. Termasuk pengurusan tax refund yang dijanjikan akan mereka urus ketika tiba di bandara. Kasian aku melihat seorang bapak peserta dari Makasar bolak balik bertanya dimana mengurus tax refund pada kami. Kulihat pak Irwan masih lumayan setia melayani peserta dari bus 1. Yah... beruntung aku sudah sering travel ke luar negeri disamping itu Iin yang sengaja ingin menebus kesahalahannya (Karena dia telah men-subkan trip kami ke IHT, padahal service IHT ini kacau balau dan tidak memuaskan), maka Iin dan pak Bunyamin yang pontang panting mengurus check in kami yang dari Palembang dan Makasar.
Kami cuma nonton-nonton saja orang-orang yang mulai panik karena bawaan yang over weight, padahal aturan di Malpensa Airport ini sangat ketat. Bagasi tidak boleh melebihi 30 kg, dan bagasi kabin hanya diperbolehkan membawa 1 tas yang ukuran tas itu diukur secara teliti memakai meteran oleh petugas bandara, dengan berat maksimum 7 kg. Jika berat atau besar tas melebihi aturan harus masuk bagasi utama, kelebihan beratnya harus bayar. Beruntung kami penuh perhitungan untuk belanja, penuh perhitungan untuk tidak menghamburkan uang dan selalu mikir berat koper jadi santai dan tidak panik. Banyak peserta yang kemaren jutek (rombongan Marwa yang dari Jakarta) itu sok ramah ke kami, karena kami hanya membawa 2 koper kabin artinya masih ada jatah 1 koper lagi dan mereka mau nitip benda-benda mereka. Kami cuek dan pura-pura ngehang aja, belagak bego. Tidak pelit hanya memberi pelajaran kepada mereka bahwa setiap perbuatan harus dipertimbangkan dengan matang dan setelah itu memang harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan.
Menempuh proses check-in yang tegas dan penuh aturan serta antri imigrasi check in yang sangaaaaattttt panjang dan melelahkan akhirnya kami take off juga, Sampai di Istanbul sekitar jam 23.40, dan masih menunggu lama sambil terkantuk berat padahal susah mau dapat jatah duduk di bandara Ataturk (bahkan duduk ngemper di lantaipun penuh juga), mengingat periode ini adalah high season, musim liburan dan juga musim umroh. Jadi dinikmati saja. Jam 2.40 dinihari pesawat kami TK-56 meninggalkan Attaturk.
|
Malpensa Airport Milano Italy, Good bye Italy yang ramah |
Bersyukur pesawat mendarat di Jakarta tepat waktu yaitu jam 17.30, melalui proses imigrasi dan pengambilan bagasi yang lumayan lama akhirnya kami kembali berlarian untuk pindah terminal dibantu Leo yang baik hati menuju terminal 3. Pas jam 20.00 kami landas menuju Palembang. Alhamdulillah ya Allah atas nikmat yang kau berikan untuk tadabur alam dalam travelling kami kali ini. Banyak manfaat, banyak pelajaran yang bisa diambil. Dan aku akan menulis resume, kesimpulan dan saran dari serangkaian perjalananku kali ini. Okay... see you di destinasi berikutnya.
No comments:
Post a Comment