Friday 10 August 2018

BOGOR SOLO TRAVELLING

Suasana kerja yang tak nyaman membuat aku sering merasa sangat cepat jenuh, bosan dan lelah . Memang sudah cukup lama juga aku tak travelling. Terakhir Februari lalu aku umroh bareng keluarga besar. Aku mulai browsing-browsing berbagai destinasi wisata. Banyak yang muncul di kepalaku. Padang, Medan, Bromo, Lombok. Tapi sedihnya sekarang aku sudah agak sulit mencari “travel mate”, sejak Sapta menikah, lantas Kotada kerja habis deh travel mate aku. Kalau Sapta jelas putus....karena memang sudah tak bisa lagi dia sudah punya istri, sekarang punya anak. Kalau Kotada rada sulit, pertama-tama dia kerja belum genap setahun dan belum punya hak cuti. Kedua dia kerja di bank jadi rada sulit izin di luar cuti bahkan weekend pun dia ada kegiatan kantor.

Sudah berencana travel ke Lombok tapi itu di bulan September nanti mumpung ada harpitnas pas tanggal 11 September 2018. Kotada, Atik dan Ayesh (teman Vera istri Sapta). Rasanya lama sekali kalau menunggu September. Aku sih sudah gerah dan gak betah banget suasana kantor yang sangat membosankan....!

Otakku muterrrr...cari solusi...tiba-tiba aku inget temen akrabku di SAKMA dulu Zaenab, beberapa bulan lalu pas aku baru pulang umroh dia ajak aku ke Bogor dan jalan-jalan. Saat itu aku menolak dengan alasan belum ada hak cuti, dan belum ada “cash”. Ahaaaa...sekarang saja. Aku kontak dia... dan dia setuju. Di awalnya aku rencana berangkat tanggal 20 Juli 2018, cukup 3 hari saja. Pulangnya Senin....deal. Tapi rupanya tak bisa tanggal segitu, karena aku khilaf. Aku ke pasar beli perhiasan emas tanpa sadar sampai sisa uang di ATM ku ludes, bahkan buat sisa hidup sampai gajian saja mepet/minimalis.....Huffhtt....

Aduh kok bisa ya kebablasan gitu...yang aku pikirkan adalah rencana travelling ke Bogor itu jelas aku gak mau batalll.... Otakku kembali mikir. Yah...mundur sajalah.. tanggal 27 Juli 2018 kan sudah gajian. Aku buru-buru kontak Zaenab merubah tanggal. Dan sedihnya tuh dia bilang tanggal segitu gak bisa karena hari Sabtunya dia ada acara kantor seharian....duh!

Eh ditengah riwehnya schedule aku, Sandra teman seangkatan di SAKMA dulu menawarkan untuk ikut acara “Sosonoan rekan analis Keladis Sabtu tanggal 28 Juli 2018. Pass...sepertinya. Aku konfirm lagi ke Zainab, kalau hari Minggu aku ke Bogor dia ada kerja gak, dan bisa menemani aku gak. Eh dijawab “BISA”. Sipppp.... Maka mulailah aku mempersiapkan semuanya. Beli tiket pesawat online, dan sebagainya.

Departure
Tibalah hari yang dianntikan dan direncanakan. Pesawatku Batik Air jam 14.40 tetapi aku dijemput Varita travel jam 11.00 karena saat itu hari Jum’at dan sang sopir harus sholat Jum’at. Never mind....aku juga suka cita kok karena tidak menghalangi orang untuk beribadah. Aku datang di bandara terlalu dini. Tak apalah kan bisa nyantai serta tak terlalu terburu-buru ngurus bagasi (aku sudah check in online). Untuk membunuh waktu aku merajut ...lumayan dapet banyak juga. Dan...sudahlah datang lebih cepat ehhh...flightnya malah delay selama 45 menit. Yo wis...mari kita lanjutkan merajut taplak meja lagi.

Trick mengisi waktu karena menunggu pesawat 

Sayap Batik Air dan langit cerah
Penerbangan kali ini aku sengaja memilih Halim Perdana Kusumah sebagai destinasi karena menurut Sandra untuk ke rumahnya jauh lebih dekat ketimbang harus ke Soeta. Ada catatan yang lebih seru lagi...karena di Halim lapangan lepas landasnya kecil sedangkan arus lalu lintas pesawat banyak, untuk dapat mendarat kita harus menunggu giliran untuk dapat landasan pacu. Lama juga pesawat mengawang-awang di udara kurang lebih 20 menit. Mengawang-awang di udara seperti itu rasanya sangat tidak enak sekali. Aku merasa seperti mabok, pusing, mual dan kuping sakit. Hmmmm... setelah lebih 20 menit mendaratlah kami. Tetapi pas landingnya gak oke banget dah...Roda pesawat terhempas sangat keras. Goncangan pesawat seperti mau runtuh dan hancur....penumpang ngedumel dan berteriak-teriak memaki pilot (mungkin pilotnya lelah dan mabok karena terlalu lama mengawang-awang di udara tadi JL ). Astaghfirullah.....! Bagaimanapun Alhamdulillah sudah nyampe... 

Terus ada catatan lagi yang menjadi point penting bagiku, karena bandara Halim ini kecil maka tempat pengambilan bagasi hanya ada 2. Lucunya lagi tidak dibagi-bagi untuk setiap nomer flight melainkan digabung untuk setiap jenis maskapainya saja. Jadi ada baggage claim untuk City Link dan Batik Air. Untuk City Link digabung jadi satu entah itu flight dari Palembang, Surabaya dsb, begitupula Batik Air. Kita dipaksa harus jeli mengamati mana koper kita. Barang kita juga nyampenya lamaaaaaaa.... Secara memang kalau di Halim pesawat mendaratnya ditengah lapangan, dan untuk menuju terminal kedatangan kita jalan kaki yang lumayan jauh (ingat pas di bandara Husein Sastranegara Bandung sama persis). Untuk urusan bagasi saja hampir memakan waktu 45 menit.

Begitu urusan koper selesai aku segera keluar dari terminal kedatangan dan mencari taksi. Aku jalan ke arah kanan, sudah jauh tapi kok tak ada tanda-tanda tempat menunggu taksi seperti di Soeta. Tiba-tiba aku melihat seorang bapak yang memakai seragam petugas bandara. Aku bertanya. Ternyata tempat tunggu taksi adalah ke arah kiri paling ujung. Oooo...oooo. Sistem tunggu taksinya adalah kita masuk saja jalur antrian dan nanti taksi yang masuk langsung ke tempat antri itu. Bila giliran kita tiba taksi yang berhenti itulah yang harus kita tumpangi. Jadi kita tak bisa memilih mau taksi apa (Blue Bird, Expres...dsb). Sistem antrian taksi di sini sangat sistematis dan rapih. Petugas bandaranya sangat cekatan dan helpfull. Mereka membantu penumpang mengangkat koper ke dalam bagasi taksi. Dan satu catatan lagi “No Tips”... ketika aku kasih uang tips mereka menolak dengan bilang dilarang terima uang tips bu. Wuihhhh...oke banget dah. Tiba giliran aku... aku dapat Blue Bird. Alhamdulillah...

Sampai di rumah Sandra sudah cukup malam, Maghrib sudah lewat dan menjelang Isya’. Duh sedih sekali aku terlewatkan sholat Ashar. Salah prediksi waktu karena delay-delay yang tak diduga. Ampuni aku ya Allah....

Begitu nyampe aku disambut oleh Sandra dan keluarga dengan ramah dan hangat. Jujur aku belum pernah bertemu orang yang sebaik Sandra selama hidupku (semasa di SAKMA aku sama sekali tidak berteman dekat dengan Sandra). Ikhlas, sabar...ramah dan melayani tamu dengan sepenuh hati. Dia wanita luar biasa dimana dengan segala kemelut hidupnya dia tetap tegar, kuat, sabar dan menghadapi hidup dengan positip. Aku malu dengan diriku sendiri, cobaan aku belum seberapa, tapi sering mengeluh. Sedangkan dia segala ucapannya adalah positif dan yang baik saja. Padahal dia harus merawat suami yang buta karena diabetes, papanya yang sudah terbaring tanpa daya. Aku salut melihat dia telaten sekali mengganti pampers papanya, memandikan, menadah muntah riak papanya dengan kedua telapak tangannya, menyuapi, meminumkan dan semuanya. Dengan sabar dan ikhlas. Dia pula yang menjadi tulang punggung keluarga menggantikan jabatan Direktur perusahaan pribadi milik suaminya. Mengurus 3 orang anaknya. Mengurus seluruh kebutuhan rumah tangga seperti masak, mencuci baju, setrika, bebenah rumah. Tanpa seorang pembantu rumah tangga. Dan kondisi rumahnya bersih rapih tanpa sedikit debupun. Maashaa Allah.... aku kagum. Suaminyapun sangat ramah dan baik. Anak-anaknya juga baik, penyantun, hormat. Benar-benar keluarga luar biasa.

Setelah selesai mandi, sholat Isya jamak Maghrib, dan qodho Ashar Sandra mengajak aku keluar untuk wisata kuliner. Dari segala macam wisata kuliner yang ada di seputaran Rawamangun aku memilih “Bakmi Golek” (aku tersenyum manis membaca papan nama Bakmi Golek, karena kemaren sebelum aku berangkat aku sempat browsing 10 tempat wisata kuliner di daerah Rawamangun, dan Bakmi Golek termasuk dalam salah satunya), Hmmmm....fotonya persis seperti yang aku lihat di google... Resto ini lumayan rame, sehingga kami memilih makan di lantai 2. Atas suggestion Sandra aku memilih Bakmi jamur komplit. Rasanya...hmmmm benar-benar maknyusss. Recomended dah....Satu mangkuk porsinya lumayan besar, aku tidak mampu menghabiskan 1/3sisanya. (Sayang sekali buang makanan...). tapi aku benar-benar tak kuat lagi. 

Pulang kuliner kami sempat pompa ban dan isi bensin lalu pulang ke rumah. Aku langsung tidur. 

Day 1
Setelah semalam tidur di rumah Sandra, pagi ini jam 7 kami (aku, Sandra dan Fifin ) bertolak menuju Bogor untuk menghadiri “Sosonoan” alias temu kangen alias reuni angkatan teman-teman SAKMA angkatan 27 tahun 1985. Jalanan dari Jakarta menuju Bogor sangat lancar, namun mulai masuk kota Bogor sangat macet. Entahlah aku tak bisa menjelaskan lewat mana. Sampai di “meeting point” yang telah disepakati sejak awal di WA group yaitu McD di jln Pajajaran, tidak terlihat banyak orang yang ada. Hanya ada Dadan (cowok manis yang dulu pernah di taksir setengah mati oleh Tati. Sekarang meski sudah setengah abad lebih masih tetap manis dan ganteng. Perilaku, sopan santun, hatinya yang baik tetep sama...hmmmm. Wadowwww...zina mata hati nih aku. Ahhh...tidak...Cuma intermezo kok!. Close...! J) . Kami menunggu beberapa menit namun tak ada tanda-tanda yang bakal datang akhirnya kami melaju ke tempat yang ditentukan. Dadan jalan duluuan sebagai penunjuk jalan.

Sekitar jam 10.15 kami sampai di Panjang Jiwo Resort Sentul, hanya ada Komaruddin beserta istri dan anaknya, juga Tubagus Lukman (ini juga cogan masa lalu dan tetap ganteng di masa kini) beserta istri dan anaknya. Istri Lukman seorang akhwat ramah, manis, tidak sombong dan tak banyak omong. Cukup lama menanti peserta lain yang telah sepakat memiliki “meeting point” baru atas gagasan Retno yaitu di “Belnova”. Sekitar setengah 12 barulah mereka bersamaan datang dengan ngomel-ngomel. Rupanya nyasar karena google mapnya ngaco.

Berhasil membujuk Sandra untuk foto berdua

Ini yang bisa kutangkap lewat camera Sony Experia Z3

Tadinya pengen foto berdua Sandra tapi pada ngikut aja
Sosonoan...ajang pamer kepemilikan... saya mah apa atuh...!
Ini kedua kali aku ikut acara reunian. Hampir sama bahkan sama. Intinya mengenang kejayaan masa lalu, lantas agak sedikit pamer tentang kekayaan, anak keturunan, jabatan di masa kini. Aku diam saja. Rasanya aku bosan dan ingin acara segera selesai.

Bersyukur tiba-tiba Ratna ingin segera pulang (nampaknya dia juga bosan). Ratna semasa sekolah sangat akrab dan dekat denganku. Dulu kami punya kelompok terdiri dari aku, Wiwik, Ety, Ratna dan Fatimah. Ternyata Ratna masih tinggal di daerah Layungsari, otakku langsung mikir bukankah Layungsari sangat dekat dengan Lolongok yaitu rumahnya Zaenab dimana aku rencana akan menginap malam ini? Aku bilang ke Ratna boleh gak aku ikut dia, numpang nunggu di rumahnya sampai Zaenab menjemput. Boleh...! Yah...sudah! Tak lama Grab taksi yang diorder Ratna datang, kami segera meninggalkan tempat itu. Legaaaa banget aku. Lumayan lama aku menunggu Zaenab menjemput, karena memang dia masih ada acara gathering kantor. Hampir jam setengah enam aku dijemput Zaenab, hanya berjalan kaki sekitar 5 menit kami sudah di rumah Papanya Zaenab di Lolongok. Setelah Isya barulah aku dan Zaenab naik Grab taksi ke rumah Zaenab sendiri di daerah Ciapus. Malam itu aku sangat lelah, sempat ngobrol tentang masa lalu dan kondisi masa kini sebentar akhirnya aku terlelap. 

Day 2
Pagi-pagi sekali aku dan Zaenab sudah bangun mandi dan dandan. Pas jam 6 kami naik angkot ke rumah Lolongok. Hari ini kami mau jalan ke taman bunga di daerah Cipanas. Kakak dan adeknya mau ikut. Pas turun angkot kami harus lewat jalan kampung yang sempit, naik turun (ciri khas jalanan kampung di Bogor harus nanjak, turun dan gang sempit). Disepanjang jalan banyak sekali jajanan sarapan pagi yang dijual di rumah-rumah penduduk. Iseng aku cerita kalau dulu aku paling suka sarapan bihun ditambah kroket lalu disiram kuah kacang. Rasanya kangen sekali dengan makanan itu. Zaenab bilang...sekarang sudah jarang yang jual. Tapi dasar rezeki aku, pas kami lewat ada sebuah warung rumah yang jual bihun dan kroket. Lalaalaaa....aku mampir dan beli. Mantap....sensasinya luar biasa. Rasanya nikmat sekali menyantapnya.....Alhamdulillah...

Sepiring kecil bihun plus 2 kroket siram kuah kacang asem pedes manis sarapan rutin anak kost masa lalu

Jembatan diatas kali Cisadane
Rencananya kami akan start berangkat menuju puncak itu jam 8 pagi, karena khawatir akan kena macet atau malah kena aturan satu jalur sehingga harus muter arus jauh. Karena terlalu banyak ngalor ngidul akhirnya kami baru berangkat sekitar jam setengah sepuluh lewat, padahal Kiki sang driver sudah standby sejak jam 8. ....????

Arus lalu lintas Jalanan di dalam kota Bogor lumayan macet. Sepanjang jalan di depan istana Bogor bahkan sampai ke tugu Kujang masih ramai penduduk yang sedang melaksanakan Car Free Day. Beruntungnya jalan  ke arah puncak ramai lancar. Matahari sudah sangat terik namun suasana sejuk udara kota Bogor tetap membuat aku nyaman.  Tempat pertama yang kami singgahi atas suggestion Kiki sang driver adalah taman wisata “Riung Gunung”


TAMAN WISATA RIUNG GUNUNG
Taman wisata Riung Gunung terletak di daerah Puncak. Sejenak setelah turun dari mobil segera terasa aura cuaca kota Bogor di arah puncak. Sejuk dan segar, aku merasa sumringah dan menarik nafas dalam-dalam seakan ingin memenuhi rongga dadaku dengan hawa segar. Setelah membeli tiket masuk seharga 6000 ribu rupiah per orang kami segera masuk ke lokasi. Wisata Riung Gunung memiliki suasana tenang dan sejuk khas pegunungan di Bogor. Aku langsung beteriak “wah...bener-bener keren rekomendsi Kiki buat mampir disini! Gak salah deh!”, secara tempat ini tidak terdaftar dalam daftar tempat yang bakal aku kunjungi.

Nama Riung Gunung sendiri diambil dari suasana yang ada di kawasan tersebut. Di mana, dalam Bahasa Indonesia Riung Gunung dapat diartikan sebagai gunung-gunung yang saling berhadapan. Suasananya sangat nyaman dan teduh. View yang cantik tersaji dihadapanku. Indah sekali. 

Riung Gunung memiliki ketinggian sekitar 1500 mdpl dan kita bisa melepas pandangan kita sampai beberapa kilometer. Hamparan hijau perkebunan teh membentang dan terhampar luas sejauh mata memandang. Wah ini sih gua banget dah....! Dikelilingi oleh hijaunya perkebunan teh yang membuat hawa udara di kawasan ini sangat sejuk. Selain melihat pemandangan eksotik, kita bisa juga berjalan kaki mengelilingi keindahan alam sambil menikmati udara sejuk di sekitaran lokasi wisata.

Menurut catatan sejarah disini juga adanya beberapa benda peninggalan dari Presiden pertama Indonesia, Presiden Soekarno. Dan kamar yang pernah ditempati atau tempat beribadah yang digunakan untuk mendoakan kesejahteraan masyarakat Indonesia waktu itu.

Disamping itu banyak sekali fasilitas yang ada di taman wisata ini antara lain layang gantung dsb, sayang sekali karena sudah sangat siang kami tak bisa berlama-lama di tempat ini, mengingat ada beberapa destinasi lain yang sudah tercatat dalam daftarku hari ini. Tapi yang paling menggembirakan aku dapat best photography di sini. Aku suka banget.... ! Aku pernah melihat foto seorang blogger di posisi yang aku ambil. Keren...! Dan hasil fotoku juga keren apalagi diambil melalui camera smartphone Sony Experia Z3. Kualitas camera belakangnya 23 MP.

Best view,,, suka sekali foto ini

Entrance..

Sejuk dan hijauuuu

Indahnya....
Kami meneruskan perjalanan. Sepanjang perjalanan sangat menyenangkan aku sebagai pecinta keindahan alam. Sajian bentangan alam yang hijau di sepanjang jalan... Disepanjang jalan pula banyak pedagang menjajakan sayuran, buah-buah segar dan berbagai macam bibit tanaman bunga yang cantik-cantik. Andai tempat tinggalku gak jauh pasti aku sudah memborong. Maa shaa Allah. Karena udara sejuk kami meminta Kiki mematikan AC mobil dan sengaja buka kaca jendela untuk menghirup udara segar


TAMAN BUNGA NUSANTARA
Destinasi kedua yang memang ada di dalam catatan aku adalah Taman Bunga Nusantara. Tidak memakan waktu lama kami tiba di tempat ini, sebelum masuk ke lokasi kami melewati objek wisata Kota Bunga/Little Venice yang juga ada dalam catatanku. Kiki menawarkan mau ke Little Venice dulu atau Taman Bunga. Ya sudahlah atas saran Zainab dan keluarga kami ke Taman Bunga dulu. 

Saat Kiki men “drop” kami di pelataran parkir aku sudah menyaksikan keindahan pintu masuk yang digantungi aneka bunga warna warni. Hmmmm.... aku segera membeli tiket masuk. Harga tiket masuk adalah Rp.40 ribu, jika ingin Garden tram tiket (alias kita mengelilingi taman menggunakan mobil renteng seperti kereta api) harga tiket menjadi Rp. 50 ribu per orang. Sayang ahh...kalau naik mobil, mending jalan aja biar puas memandangi bunga. Cus...kita masuk. Begitu masuk gerbang tampaklah pemandangan luar biasa indah....”Maashaa Allah....Subhanallah” hamparan area seluas itu memerah, menguning, meng ungu.....warna-warni, aku terpaku takjub dan lidahku tak henti bertasbih. 

Pintu masuknya aja keren

Setelah melewati pintu masuk

Tarif tiket
Seketika aku ingat “NONG NOOCH VILLAGE” di Thailand. Hampir sama, tapi jelas terlihat bedanya. Jika di Thailand bunganya berwarna-warni namun hijau daun-daunnya tidak terlalu hijau seperti di sini, ditambah lagi cuacanya yang gersang, panas membahana. Disini semua tanaman segar, daun-daunnya hijau sekali dan yang paling menonjol perbedaannya adalah “UDARANYA SEGAR DAN SEJUK”. Mariii...kita menenangkan diri memandang yang indah-indah ini. Dan tak lupa pastinya Photoshoot. 

Hamparan bunga....

Bunga lagi...

Bunga lagi dan kami berempat

Danau kecil di belakangku itu seorang pemuda India membuang sampah botol-botol minum bekas. Kelewatan kan?

Aku tak lelah berjalan dari ujung ke ujung karena pandangan matanya indah

Kami (aku dan Zaenab, sedangkan Nina dan Syifa sudah tak tahu ada dimana) berjalan mengeliling area seluas itu. Aku jadi teringat foto seseorang di akun IG nya. Foto di terowongan bunga. Dan aku harus mencari tempat itu. Harus...! Akhirnya bertemu juga tempat itu ...hmmmm...exited banget. Qadarullah pas kami di tempat ini ada sepasang muda-mudi sedang ambil foto juga, si cowok motoin pacarnya, sambil menanti aku memperhatikan cara dia ambil angle. Aku segera menyimpulkan keren jago foto juga nih anak. Lalu aku dengan nada suaraku dan gaya khas aku meminta tolong buat difotoin sama itu cowok. Hasilnya bagusss.... tapi setelah dia pergi aku menyesal kok aku cuma ngambil 2 pose sih.... hiks... Akhirnya kami foto lagi aja sama Zaenab, gantian tapi hasilnya tidak sebagus tadi. Tak apalah....Alhamdulillah sudah dapet fotonya yang bagus.

Terowongan bunga yang aku maksudkan

Balik badan

Gaya Zaenab pas banget
Ada catatan paling penting yang aku ingin tulis di sini. Taman bunga ini dikunjungi oleh banyak sekali wisatawan asing. Terutama wisatawan Arab, India, Turki (aku menyimpulkan ini dari logat bicara, bahasa, dan cara mereka berbusana). Apa yang menjadi catatanku yang membuat aku ingin menangis adalah perilaku mereka yang kurang etika. Sebagian besar dari mereka sama sekali tidak menyayangi fasilitas seindah itu (mungkin mereka pikir aset ini toh bukan milik mereka). Membuang sampah sembarangan, ada seorang pemuda ganteng sepertinya orang India yang sengaja membuang botol bekas minuman ke dalam kolam. Astaghfirullah....! Secara spontan Zaenab berteriak mengingatkan orang tersebut tapi beliau cuek saja dan dengan raut wajah tak senang menatap Zaenab. 

Lalu ada lagi seorang wisatawan Arab suami istri, istrinya bercadar memetik bahkan mencabut pohon bunga mawar untuk dibawa pulang. Aku hanya istighfar (bukankah Islam mengajarkan kita untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan hak kita? Aku berpikir begini karena dia seorang bercadar...maaf bukan menghakimi cadarnya tapi perilakunya. Akupun wanita bercadar). Kembali Zaenab berteriak-teriak mencegah orang tersebut, namun tidak diacuhkan. Perilaku seperti ini banyak terjadi dan sebagian besar dilakukan wisatawan asing. Yang bikin aku miris adalah kenapa tidak ada petugas yang menjaga di setiap arenanya, sehingga kejadian seperti ini bisa dicegah. Kenapa.....? Aku sangat menyukai bunga, bahkan rumahkupun penuh dengan tanaman bunga. Jadi aku paham bagaimana merawat, menanti bunga sampai bisa berbunga seperti itu. Jika dipetik lalu dibuang dijalanan, atau malah dicabut pohonnya untuk dibawa pulang, bukankah lama-lama akan habis aset ini. Aku sedih sekali. Ayo dong ...pihak pengelola perbaiki sistem pengawasannya.

Hamparan bunganya indah sekali

Yang ungu idolaku

rumput hijau

Rumput hijau

Terowongan belukar

Kolam dan air mancur

Entah bunga apa cantik sekali

Baru aku paham tumbuhan di belakangku itu adalah sakura (setelah pulang dari taman Sakura)
Kami jalan lagi sampai ke ujung-ujung.... Bagus semua sih! Tak terasa rupanya capek juga, matahari semakin terik, adzan Dzuhur sudah berkumandang dari sejam lalu, perut sudah lapar. Kami mengakhiri dan meninggalkan tempat seindah itu. Bye...next time insyaa Allah aku datang lagi ya....

Setelah keluar aku bilang ke Kiki selanjutnya kita harus makan dulu. Kita cari rumah makan yang ada tempat sholatnya. Requestnya adalah harus masakan Sunda. Bukankah kita di tanah Sunda jadi harus cari makan yang khas Sunda. Untuk cari rumah makan sesuai kriteria aku memakan waktu cukup lama.... Akhirnya dapet juga “Rumah Makan Alam Sunda”. Pengunjung rameee sekali hampir gak kebagian tempat. Disini sistemnya swalayan (mirip rumah makan Ampera). Kita memilih lauk dan sayur yang diinginkan diserhkan lagi sama petugasnya buat digoreng atau dihangatkan, terus duduk manis di meja. Karena menunggu agak lama aku segera sholat aja, Dzuhur dan Ashar dijamak, khawatir tidak dapat memprediksi waktu, takut malah seperti saat keberangkatan sholat Asharku jadi telat). Lumayanlah ruang sholat dan kamar mandinya yang terletak di lantai 2bersih sekali.

Rumah makan Alam Sunda
Usai sholat ternyata santapan belum siap juga. Namun tak lama sajian segera terhidang. Ayo disantap. Masakannya maknyusss especially sambel dowernya, pepes tahunya dan tahu gorengnya. Hmmm..mantap... memang bikin mulut dower saking pedasnya. Tapi gak bisa berhenti...seolah-olah nagih gitu. Seperti biasa jika di tanah Sunda setiap rumah makan kita pasti mendapat secangkir teh hangat gratis. Aku paling suka rasa tehnya, khas sekali. Beda dengan teh Palembang. Pengen minta tambah tapi malu....

Selesai makan perjalanan dilanjutkan. Kiki menawarkan selanjutnya mau kemana karena tinggal ada 2 pilihan lagi didalam catatan aku. Little Venice dan Taman Sakura. Karena didalam deskripsi yang aku kumpulkan sebelum berangkat Taman Sakura lebih menarik maka aku pilih dia. Meskipun Little Venice jauh lebih dekat. Disamping itu info Zaenab Little Venice buka sampai malam. Sepakat kami menuju Cibodas Cianjur mencari Sakura....

TAMAN SAKURA CIBODAS
Taman Sakura berada di dalam Kebun Raya Cibodas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di kaki Gunung Gede dan Pangrango, Cianjur, Jawa Barat. Bunga-bunga di kebun yang didirikan pada 1852. Kebun Raya Cibodas memiliki Taman Sakura seluas 6.647 meter persegi. Taman ini dibangun pada Maret-Desember 2007 untuk memperkaya taman tematik Kebun Raya Cibodas.

Kebun ini, seperti dimuat di situsnya, memiliki sekitar 435 pohon baik koleksi maupun nonkoleksi. Jenis sakura di kebun ini ada tujuh, yaitu Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus yamasakura, Prunus lannesiana, Prunus sp, Prunus arborea dan Prunus costata. Di Taman Sakura terdapat lima jenis, yaitu Prunus cerasoides, Prunus yedoensis, Prunus yamasakura, Prunus lannesiana, dan Prunus sp.

Bunga sakura di Kebun Raya Cibodas bisa berbunga dua kali dalam satu tahun, yaitu Januari-Februari dan Juli-Agustus. Ini berbeda dengan di negara asalnya, Jepang, yang hanya berbunga satu tahun sekali pada Maret-April.

Itulah sebagian narasi yang aku dapat dari berbagai sumber via Google. Hampir jam 4 sore kami tiba di Kebun Raya Cibodas, langit agak gelap seperti mau hujan. Pengunjung tampak sepi. Rada-rada bingung ketika sampai kesini. Tidak ada petunjuk arah atau apapun. Aku berjalan menuju loket yang hanya buka 1 loket dari 4 loket yang ada. Hampir tutup kata petugasnya tapi masih boleh masuk. Aku bertanya apakah di sini ada yang namanya taman sakura. Dibilang petugas ada, dan untuk sampai ke lokasi itu harus berjalan lebih kurang 20 menit. Sebenarnya untuk tidak capek kita bisa naik trem, namun berhubung hari sudah sangat sore dan hampir tutup, maka trem tersebut sudah tidak jalan lagi. Hmmmm....agak kaget dan kecewa juga. Tapi yah...apa boleh buat terpaksa harus dijalani. Setelah beli tiket masuk seharga Rp. 15rb per orang kami bergegas masuk.

Pintu masuk Kebun Raya Cibodas
Suasana sangat sepi dengan langit gelap. Bayangkan kebun seluas itu dalam kondisi sepi dan langit gelap, kan jadi agak rada-rada horor merasakannya. Adalah beberapa pengunjung. Kami berjalan tanpa arah karena tak ada petunjuk yang pasti. Ada petunjuk arah di depan dekat pintu masuk tadi itu saja. Kami berjalan berempat kali ini (horor kalau misah-misah) sepanjang jalan aku belum menemukan spot foto yang baik. Entahlah kebun ini seperti tidak terawat baik. Pohon-pohonnya jarang, bahkan rumputnyapun meranggas, ataukah karena saat ini sedang musin kemarau? Aku mengingat-ingat bukankah saat masih sekolah di SAKMA kami (aku, Etty dan Wiwik) pernah main kesini, pohon-pohon pinusnya masih banyak dan suasana hijaunya terasa banget. Apakah ada kebun raya Cibodas yang lain ya....? Wallahu’alam!

Pohon pinus yang tersisa
Asyik berjalan tiba-tiba kami melihat seorang pemuda sedang asyik memancing di pinggir danau kecil. Kami memberanikan mendekatinya, bertanya dimana sih yang disebut taman sakura. Tampaknya beliau sudah paham dan sering kesini. Dia bilang terus, belok kanan dan masih lumayan jauh. Terus dia bilang lagi, yah...sakura-sakuraan bu, gak begitu banyak. Apalagi sekarang bunganya sedang gak ada. Duh.... aku pengen nangis dengernya. But anyway thanks guy for your information. 

Dari keterangan pemuda tadi kami bergegas ke arah yang dideskripsikannya. Jauhhhh,,,,dengan jalan mendaki, menurun dan suasana makin sepi sepertinya cuma kami berempat. Sampai ke lokasi yang kami perkirakan dari deskripsi sang pemuda kami bingung, beruntung ada penjual makan dan minuman di pinggir danau yang airnya hampir kering. Si bapak menerangkan “yaa...itu bu itu pohon-pohon tanpa daun itu yang disebut Sakura. Sedikit itu doang. Sedang gak ada bunganya lagi. Tapi lumayanlah tinggal ada seputik dua putik”

Ini sakura sakuraaan.. yang gundul

Ini lagi pohon Sakura yang gundul untung ada bougenville yang semarak
Woooaaaaa.....asli aku nangis dalam hati. Tapi tetep aja berusaha foto disitu dengan tangis kecewa dalam hatiku. Hiks.... Usai foto kami segera bergegas menuju pulang. Seremmm... suasana makin gelap suara binatang penggerek terdengar jelas. Nafasku tersengal-sengal karena banyak jalan menanjaknya. Aduhhhhh....! Bersyukurnya mendekati pintu gerbang aku melihat spot foto menarik. Sebuah lokasi dengan batang pohon besar yang di sisinya mengalir air jernih dalam selokan kecil. Lumayanlah buat kenang-kenangan.

Jalan pulang hampir gelap dan sepi

Membahagiakan dapet pohon-pohon besar dan artistik ini lumaya buat oleh-oleh disimpen di blog

Air yang mengalir di got itu bersih, bening, dan dingiiiiinnnnn....

Terisa satu keluarga yang sedang gathering di belakang kami....

Pedagang sayur dan buahan segar disekitan kebun raya Cibodas, tapi harganya selangit lebih mahal dari harga Supermarket.. hmmm...

Sampai ke pintu keluar waktu menunjukkan jam 17.15 WIB. Tadinya kami masih mau menuju Little Venice, namun karena aku sudah kecewa lagipula aku ragu apa benar Little Venice masih buka. Aku coba browsing via google, ternyata Little Venice tutup jam 18.00. Hiks....failed! Ya sudahlah kita pulang. Rute pulang ditempuh lebih lama karena macet total dan akhirnya kami sampai di rumah jam 21.45. Mantapppp....capek banget! Meski capek habis mandi dan sholat aku masih harus bebenah koper karena besok harus kembali ke Jakarta lagi paling lambat jam 7. 

Day 3
Adzan Subuh terdengar aku segera bangun dan mandi. Mandi subuh dengan air sedingin cuaca kota Bogor perlu perjuangan dan taktik. Aku usap sedikit sedikit air, lalu pakai sabun, lalu bersihkan lagi sabunnya dengan diusap sedikit sedikit juga. Sudah bersih baru deh gubrak gujrak guyur dengan air buru-buru. Tak urung menggigil juga. Hahaahaaaa....

Jam 6 kurang 10 menit aku sudah menuju Lolongok, dan masih menapaki jalan kemaren yang banyak rumah-rumah menjual sarapan. Aku melirik dan pengen berhenti makan bihun lagi, tapi Zaenab melarang takut sakit perut katanya... hiks. Tapi ada benernya juga.

Tidak jadi makan bihun aku diajak Zaenab mampir ke pasar tumpah dekat Lolongok, pasar yang menjual dagangan khas Arab, ada daging kambing dsb. Kami mampir ke toko kue dan jajanan sarapan. Ada roti Arab yang mirip serabi rasa apem entahlah aku tak tahu apa namanya, kemaren pas sepanjang jalan aku makan banyak dari bekal yang dibawa Nina. Lalu ada lepat yaitu ketan santan yang dililit dengan daun nipah didalamnya ada kaca merah (kalau di Palembang disebut bongkol) rasanya enak sekali. Beli nasi uduk dsb dsb...banyak sekali. Bayangkan buat jajanan aku Zaenab harus baya sekitar 50 ribuan. Hahaaa...lapar....!

Sampai di rumah “Abah” Zaenab aku disuguhi teh manis, dan menyantap jajanan yang kami beli di pasar Lolongok tadi. Selesai sarapan Kiki sudah datang menjemput. Aku pamit pulang pada Abah dan Zaenab Insyaa Allah akan main lagi ke Bogor karena ada banyak destinasi yang belum disinggahi.

Jalanan agak macet tapi masih cukup pagi kok sampai di Botani Square tempat pool Damri. Begitu sampai Kiki hanya men”drop” aku dipinggir jalan karena memang tak bisa masuk terminal. Aku masuk dengan percaya diri langsung ke loket (karena sebelum berangkat aku dapat info ada Damri ke terminal Rawamangun yang hanya tinggal jalan kaki sedikit ke rumah Sandra, janjinya Sandra akan nyamperi aku ke terminal dan kita akan langsung ke Tamcyt), menanyakan ongkos ke terminal Rawamangun. Namun mendengar jawaban petugas loket aku kagetttt. Petugas bilang ohhh sekarang ini Damri di sini hanya untuk tujuan bandara bu. Halim maupun Soeta. Dugggg....! 

Petugas itu malah menyarankan untuk ke terminal bis di Ciluar saja. Bis biasa ada jurusan Rawamangun. Meski kaget aku masih berusaha tenang... aku bilang kalau saya hanya mau sampai Rawamangun bisa gak? Yahh paling ibu ambil jurusan yang ke Halim terus nanti berhenti di lampu merah UKI, setelah itu ibu bisa naik taksi. Waduh.....! Sambil linglung aku oke saja dan naik minibus jurusan Halim, aku pilih duduk di samping sopir biar nanti gampang turun. Hanya ada tiga penumpang di dalam bis. 

Seraya menunggu aku telpon Sandra bercerita kondisi ini, tak ada solusi. Masih sama seperti saran petugas Damri. Aku sedih. Sebenarnya aku tidaklah terlalu takut, hanya saja kebayang repotnya karena barang bawaan aku banyak rentengannya, mana harus nyebrang jalan lagi untuk cari taksi. Dalam kepasrahan aku iseng telpon Zainab, betapa girangnya aku ketika dia bilang kalau dianter Kiki mau? Aku langsung jawab mau dan teriak cepet Nab kontak Kiki mau apa tidak sebab kondektur mulai nagihin ongkos. Alhamdulillah tepat waktu.... begitu Zaenab bilang Kiki mau, aku bergegas turun pas di saat kondektur mau nagih ongkos ke aku. Aku bilang ...maaf pak saya gak jadi naik Damri. Dan akhirnya aku ke Rawamangun naik mobil rental. Ongkosnya 200 ribu rupiah. Tak masalah...yang penting aku aman dan nyaman. Malah dianter sampai rumah pula. Alhamdulillah....ada aja jalan untuk anak soleha.

Sampai di rumah Sandra dia sudah ready nungguin untuk wisata belanja, tapi aku disuruh makan dulu, Sop buntut buatannya maknyuss. Habis makan langsung berangkat yah karena sudah agak siang sih sekitar jam sepuluh kurang seperempat. Sampe Tamcyt selalu banyak kalapnya dan pastu menguras ATM (ini kusadari saat aku sudah di Palembang dan narik uang di ATM...waduh saldonya hampir habis. Ternyata ke Tamcyt saya menhabiskan uang hampir 4 jutaan. Tidak apa-apa yang penting senang). Karena koper penuh, maka barang belanjaan dipaketin pake TIKI. Ibu-ibu banget.

Day 4
Hari terakhir di Jakarta, aku harus pulang ke Palembang hari ini. Tiket untuk pulang sudah beli online via “Airy” dari seminggu yang lalu. Pulang ini aku memilih maskapai Citylink jam 14.20. Jadi prediksiku jam 12 aku sudah harus on the way. Dari pagi aku sudah bebenah koper untuk check and recheck saja. Semalam koperku sudah beres. Aku tidak punya rencana apa-apa lagi selain siaga buat pulang.

Tiba-tiba jam 7-an Sandra nongol di pintu kamar, “Esi sudah siap? Sambil tunggu waktu pulang, kita main ke Kelapa Gading Mall yuk”, katanya. Aku memandang wajahnya tak percaya. “Memang sempat??? Takut telat ke bandaranya Anda”, jawabku. Sandra bilang sempat kok. Wong mallnya deket rumah, gak bakal kena macet. Malah dia ngajak jalan ke Veldrom (stadion balap sepeda) dan stadion pacuan kuda Pulo Mas, yang letaknya hanya beberapa meter dari rumahnya. Aku sih ikut saja.

Pertama-tama kami menuju pacuan kuda Pulo Mas, stadion itu sedang bebenah dalam rangka persiapan Asian Games 18 Agustus nanti. Bagian dalam sepertinya sudah rapih. Sedangkan bagian luar masih berantakan. Papan nama masih digarap. Sayangnya kami tidak boleh masuk. Jadi hanya ambil foto-foto di depan gerbang tempat penjagaan security. Bagus juga...bapak securitynya baik sekali mau bantuin kami buat foto. Habis dari situ tadinya mau mampir ke Veldrom namun tak bisa, tempat itu tengah bebenah dan masih sangat semrawut. Pintu gerbangnya saja masih ditutup oleh mobil-mobil besar pengangkut material.

Stadion pacuan kuda Pulomas yang tengah berbenah menyambut Asian games

Kesian pengen foto tapi gak boleh jangankan masuk mendekatpun tak boleh, tempat sudah disteril utk Asian games

Di pintu 2 malah securitynya agak lebih toleran, boleh foto tapi hanya di batas ini saja. Malah si bapak mau fotoin kami

Bolehlah hasil jepretan si bapak security. Syukron pak...!
Ya sudah ...perjalanan dilanjutkan ke Mall Kelapa Gading. Sampe di mall masih sangat kepagian dan harus tunggu sampai buka dulu. Mall buka jam 9 artinya masih harus tunggu sekitar 15 menit lagi. Hmmmm....semangat. Aku sebenarnya trenyuh lihat Sandra, dia terlihat senang sekali ada teman yang datang. Dari awal pertama datang juga, malam-malampun dia sengaja ngajak aku jalan sambil wisata kuliner. Lalu aku diajak ke Tamcyt, kulihat wajah sumringah dia selama kami jalan, dialah yang lebih semangat berbelanja. Aku sendiri sudah menyimpulkan sebenarnya dia kesepian. Tapi aku hanya membatin dalam hati.

Jam 9 mall buka, kami berkeliling tanpa tujuan karena tidak ada yang mau dibeli. Keluar masuk toko-toko branded. Liat-liat toko kue dan roti, hanya lihat saja. Desain interiornya sangat bagus. Memang bagus sebenarnya untuk objek foto, tapi aku tahan naluriku, secara Sandra orangnya paling gak suka foto. Aku kaget juga tiba-tiba dia bilang “Esi itu tempatnya bagus ya... ayo deh Esi berdiri disitu nanti Anda yang fotoin”. Wah.... seriusss??? Entahlah dia semangat sekali nyuruh aku mejeng sana sini sampe cewek-cewek yang jagain toko senyum-senyum lihat aku. Duh...tengsin jadinya. Terakhir kami sarapan sekalian makan siang di cafe makanan Jepang. Pas makan disitulah terucap dari mulut Sandra “Anda jarang bahkan beberapa tahun belakangan ini gak pernah jalan-jalan seperti ini. Gak sempet...dan juga gak ada temen. Anak-anak kan kalau ke mall atau malam mingguan sama temen-temennya”. Hmmmm....bener khan kesimpulan aku! Kasihan sekali....sebenarnya dia sangat lelah. Tapi Sandra bilang “Kita gak boleh lelah Esi... Ubahlah Lelah itu jadi Lillah”. Maashaa Allah...!

Payung-payung ini mengingatkan pemondokan saat mabid di Mina... 

Tempat minum aneka kopi di Mall Kelapa Gading

Interior gardennya baguss

Sesungguhnya saya malu foto-foto disini ahaaayyy..

Interiornya bagussss...

Waduhhhh...

Sepeda cantik
Habis makan tepat jam 12 kami buru-buru pulang. Sholat dan pamit OTW ke bandara. Tadinya aku rencana naik taksi karena tidak mau merepotkan Sandra, namun dia bilang dianter saja sekalian jalan dia mau ke kantor. Enaknya punya perusahaan sendiri ngantornya bisa siang. Anda bilang dia hanya cek-cek doang, dia punya orang kepercayaan yang mengawasi karyawan. 

Setelah delay hampir sejam pesawatku lepas landai. Setelah sampai Palembang ditambah lagi macet di depan Kumbang, membuat aku hampir Isya di rumah, untunglah sholat Ashar sudah aku jamak dengan Dzuhur. Demikianlah pengalaman aku solo travelling. Senang.... dan makin percaya diri untuk travelling alone, tidak ada yang sulit di “zaman now”. Ada sih kendala-kendala seperti ketika di bandara SMB2 ada spot 3D Photo aku gak bisa foto karena gak ada yang motoin, mau minta tolong yah tengsin. Namun overall semua kendala teratasi. Inshaa Allah... tidak akan ragu dan takut lagi untuk jalan sendiri. Semangat!

“Everything happens for a reason”. Ada banyak rencana Allah dengan perjalananku ke Bogor , reunian, menginap di rumah Sandra, menginap di rumah Zaenab. Ada banyak pelajaran yang aku semai di dalam hati tentang kehidupan ini. Jika melihat kondisi teman-teman baik dari segi ekonomi dsb, aku harus banyak-banyak bersyukur karena limpahan karunia Allah pada aku jauh dan sangat banyak. Alhamdulillah...Allahu Akbar!

Lalu melihat kehidupan Sandra aku banyak belajar tentang kesabaran dan keiklasan. Aku masih jauh kalah dibanding dia. Aku mesti lebih banyak belajar lagi tentang baik kepada orang lain, melayani tamu, ikhlas, merubah “lelah menjadi lillah”. Aku masih kalah....

Ya Allah... terus istiqomahkan aku pada ketaatan padaMU, ridhoi hidupku, berkahi umurku dalam segala amal kebaikan buat orang-orang sekitarku. Inshaa Allah....

1 comment:

Sumarni Angkasa said...

Bonus Casino Online Spesial Dari Agen Judi Online Bolavita !
Bonus 100% Bila Menang Beruntun 8x, 9x, 10x

Tersedia Banyak Provider Yang Lengkap !
» SBOBET 338a
» SA Gaming
» Sexy Gaming
» Fun BET
» Asia Bet
» E-Bet
» WM Casino

Promo Spesial :
• Bonus Deposit Pertama 10%
• Bonus Deposit Harian 5%
• Bonus Rollingan 0.8%
• Bonus Referral 7% + 2%

Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
Tersedia Deposit & Withdraw Via : OVO, Gopay, Dana, Linkaja, Sakuku, Pulsa Dan Semua Jenis Rekening Bank Di Indonesia !

Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :

» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita