Short Trip To Lahat Day 1st.
Dalam postingan sebelumnya sudah aku ceritakan proses kami naik kereta, bahkan sampai review tentang jasa pelayanan kereta api. Jam 12.50 WIB kereta sampai di stasiun kota Lahat Kami bergegas turun, takut tertinggal mengingat dari catatan sebelumnya di setiap stasiun kereta hanya berhenti sekitar 10 – 20 menit. Keluar kereta suhu udara yang sangat panas dan terik menyambut kami. Kami menuju pintu keluar, lengang sekali karena tidak terlalu banyak penumpang yang turun. Stasiun Lahat sangat kecil begitu melangkah langsung pintu keluar. Agak rada binggung sih melihat di pelataran parkir dekat pintu keluar tidak terlihat ada transportasi masal seperti angkot, atau taksi pribadi yang menawarkan jasa.
Kami mendekat dan berusaha tanya pada petugas security. Darinya didapat jawaban bahwa di kota Lahat memang tidak ada angkot atau rental mobil alias taksi. Yang ada cuma ojek dan becak. Tuiinggg....! Rada hang nih kami! Naik ojek jelas tak mungkin karena koper dan tas bawaan cukup banyak. Mau naik becak sebenarnya tak tega melihat sopir becaknya sudah kakek-kakek dan tuaaaa banget.Terus mau gimana lagi meski hotelnya dekat stasiun yang jika jalan kaki dapat ditempuh dalam waktu 5 – 10 menit, jelas gak mungkin kami harus jalan kaki dengan bawaan yang banyak dan di tengah teriknya matahari serta cuaca panas bedengkang seperti itu. Apa boleh buat tak ada pilihan lain kami naik becak, terutama aku sering kasihan melihat bapak-bapak tua mengayuh becak. Hiks...gak tegaaaa...
Benar saja dan untung saja naik becaknya tidak lama dan tidak jauh. Hanya 5 menit kami sudah sampai di hotel Grand Sigma yang sudah dibooking dari Palembang. Ongkos becak 10 ribu rupiah. Kami pakai 2 becak aku sendirian dengan koper-koperku dan Atik bersama Kota karena bawaannya kecil-kecil serta tak banyak. Sedangkan Idham bersama Ira naik motor (calon istrinya). Huftttt....lega sekali nyampe hotel karena bisa berlindung dengan AC dari cuaca panas.
Karena masih terik dan juga lelah kami belum berani keluar buat makan siang. Beruntungnya di meja rias ada brosur “Ayam gepuk Pak Sutrisno” yang melayani delivery order. Hanya berselang 10 – 15 menit setelah telpon pesanan sudah diantar ke pintu kamar. Kebetulan kami sudah sholat Dzuhur jamak Ashar jadi langsung disantap deh, berhubung sudah sangat lapar karena tak sempat sarapan tadi pagi. Maknyusssss.... asli enak banget dan rekomended nih ayam gepuk pak Sutrisno. Sebelum Kotada kembali ke kamarnya kami janjian sekitar jam 4 sore kami akan jalan ke Jembatan Oranye Taman Benteng.
JEMBATAN ORANYE TAMAN BENTENG
Sesuai kesepakatan jam 4 lewat 5 menit kami sudah di Lobby untuk jalan ke Jembatan Oranye Taman Benteng. Mengapa lokasi ini yang aku pilih? Karena berdasarkan google searching yang kulakukan sebelum berangkat info yang kudapat yaitu : Taman Benteng, adalah lokasi nongkrong kekinian warga di Kabupaten Lahat. Berada di tepi Sungai Lematang yang membelah kota jadi dua, Taman Benteng sangat mudah dijangkau dari mana pun di kota ini. Taman ini ditata sedemikian rupa sehingga warga bisa bersantai menikmati hari-hari mereka di pinggir Sungai Lematang.
Pemandangan bukit barisan dan derasnya arus Sungai Lematang jadi daya tarik utama kedatangan anak muda untuk menjadikan Jembatan Lematang tempat nongkrong yang asyik. Bagi wisatawan yang ingin ikut menikmati suasana khas Jembatan Lematang atau Benteng bersama anak muda Lahat, dapat langsung menuju ke Desa Tanjung Payang, Kecamatan Lahat Selatan, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
Yahhh itulah alasannya aku memilih lokasi ini sebagai tujuan utama, dekat dan memanfaatkan sisa waktu “Day 1st di Lahat” , yeayyyy. Kami menuju resepsionis hotel untuk bertanya. Kebetulan banyak sekali petugasnya yang standby, dan mereka lebih ramah dari petugas pertama saat kami check in siang tadi. Kami bertanya jika kami ingin ke Taman Benteng kendaraan apa yang bisa kami naiki sebagai transportasi. Mereka jawab ojek. Waduhhhh....aku sih gak biasa naik motor dibonceng laki-laki. Kami tanya kalau angkot??? Mereka jawab Lahat gak ada angkot!
Ya Allah..... ! Yahhhh apa boleh buat terpaksa juga harus bisa dan tega buat naik ojek. Jadi kami sewa 3 motor. Beruntungnya sepeda motor di kota ini masih type sepeda motor jaman old, sehingga space tempat duduknya datar dan lapang. Tidak seperti sepeda motor jaman now sempit dan nungging sehingga harus mepet sama pengendara/sopir. Alhamdulillah aku nyaman dan tidak harus melanggar aturan hijab wanita dan laki-laki. Lumayan jauh juga...sekitar 15- 20 menit kami sampai di tempat yang dituju. Ongkos yang harus dibayar adalah 5rb per motor. Hmmm... Tapi Qadarullahnya naik ojek ini aku dapat info tentang rental mobil. Kebetulan ngobrol sama abang ojek dia bilang ada temennya yang mobilnya nganggur. Dia akan tanya dulu mau apakah temannya itu mau mobilnya disewa seharian. Kami tukeran nomer HP. Dududu...anak soleha selalu punya jalan keluar dari setiap situasi apapun. Alhamdulillah....
Sampai di lokasi kami rada kaget...loh...apa yang mau dilihat? Jembatan oranye nya gitu aja. Hanya jembatan... view sekitarnya gak ada apa-apa. Gersang membahana dan bagian bawah jembatan hanyalah sungai yang airnya sangat dangkal. Ada beberapa anak-anak kecil sedang berenang di sungai. Sedangkan pengunjung juga sepi hanya ada 1 Honda Jazz terpakir di sisi jembatan, 2 – 4 sepeda motor.Sepi.... Dari pada kecewa kami foto-foto saja seadanya.Lumayan lah daripada nyesek sudah usaha banget buat kesini. Bosan foto-foto yang hanya itu itu saja membuat kami lelah.
|
Inilah yang disebut sebut di beberapa traveller blogger sebagai tempat nongkrong kekinian termahsyur di Lahat |
|
Dari sisi Timur |
|
Masih di sisi Timur |
Kami menyebrang dan berjalan tujuannya cari makanan alias jajanan. Di sisi kanan terlihat ada cafe yang menjual berbagai jajanan. Jika melihat bannernya menu yang ditawarkan cukup banyak, malah ada mie ayam segala. Ehhhh... pas kami sampai disitu secara tak sengaja melihat pelataran di lantai 2 gedung. Aku berpikir wah masuk dulu aja yok bisa foto-foto dari atas, siapa tahu dapat view bagus. Makannya nanti saja pas mau pulang. Begitu masuk agak kaget, ternyata untuk masuk di pelataran lantai 2 itu pengunjung harus bayar seharga 15 ribu rupiah per orang. Subhanallah....segitu aja 15 ribu. Okelah akhirnya kami bayar 45 ribu rupiah.
Pas masuk kami melihat berbagai pernak-pernik untuk spot foto seperti preweeding. Bunga-bunga plastik, sepeda hias, kursi taman gantung. Hmmmm...untuk biaya ini toh yang 15 ribu ini. Maka....masuklah kami memanfaatkan sarana yang seadanya itu. Aku berpikir sayang sekali tempat ini tidak dikelola secara professional. Sebenarnya ide untuk men”set” tempat ini menjadi seperti ini sudah sangat baik. Sayangnya perawatan untuk mempertahankan tempat ini sangat kurang. Aku melihat payung-payung cantik seperti di D’Matto Art sudah sebagian rusak tidak diganti atau dibenahi. Hmmmmm.... usai foto-foto disitu tanpa ada rasa puas kami keluar. Tadinya kami mau naik ke lantai 3 karena kami lihat ada rumah pohon. Tapi urung karena ternyata kami harus membayar lagi sebesar 15 ribu rupiah per orang. Benar-benar tak seimbang antara harga tiket dengan fasilitas yang ada. Hufffttttt...
|
Judulnya 3D Art gunung Jempol |
|
Lihatlah payung-payung sudah rusak dibiarkan saja |
|
Ranting kering itulah justru yang bikin foto bagus |
|
Pusing mikir gimana biar dapat foto yang bagus |
|
Posisi membelakangi Jembatan Orange |
|
Lumayan ini agak bagus |
Kami turun lagi ke bagian dasar dekat dengan sungai. Tak ada apa-apapun yang menarik perhatian. Cuma gitu aja. Pengunjung yang datang tidak berusaha menjaga kebersihan, sampah kantong-kantok snack bertebaran (mungkin juga tak ada petugas kebersihannya). Sedih sekali aku melihatnya. Utung saja ada sebatang pohon gundul yang tinggal ranting-rantingnya saja yang bisa dijadikan vocal point untuk foto. Sejak di lantai 2 tadi pohon ini pulalah yang dijadikan sasaran tembak. Hanya karena aku sudah berpengalaman foto-foto saja berusaha ambil angle/spot foto yang lumayan bagus agar tak kecewa karena lokasi ini tak memberikan kondisi seperti yang aku bayangkan berdasarkan deskripsi beberapa traveller di blogger. Yah...sudahlah....!
|
Lantai dasar gedung seperti hall |
|
Berusaha banget dapat view yang bagus |
|
Terlihat kann sungainya yang dangkal dan anak-anak kecil berenang |
|
Banyak yang pacaran tuh... |
|
Iseng foto dari sini, girang banget dapat cahaya matahari semburat merah pertanda bakal sunset |
|
Menjelang sunset, lumayan bagus view ini. Kupikir inilah best view di lokasi Jembatan Orange Taman Benteng |
|
Sudah hampir keluar terlihat posisi ini coba balik lagi dan foto. Lumayan |
|
Lihat hasi lfoto di camera HP Sony Experia Z3 aku bagus, anak bujang juga mau difotoin |
Perut semakin terasa lapar kami naik lagi ke cafe tadi. Kami masuk dan menunggu. Tak juga diladeni akhirnya kami datang melongok ke dapurnya. Bilang mau order mie ayam bakso. Lagi-lagi kekecewaan harus kami telan. Tidak ada...! jawaban si mbak-mbak yang ada di dapur cafe. Adanya cuma minuman doang...! Subhanallah...! Astaghfirullah.... Okelah kita pulang saja yok! Untuk pulang ke hotel rada sulit cari kendaraan. Kami berdiri lama di pinggir jalan....dan akhirnya ada sebuah motor berhenti menawarkan ojek. Yahhh...rada sulit mengenali ojek atau pengendara biasa karena sebagai motor ojek tidak ada ciri khas. Karena butuh 3 motor kami juga harus menunggu sekitar 15 menit, tukang ojek yang tadi sudah nunggu, tak bisa memanggil temannya karena tak ada pangkalan ojek. Jadi terpaksa tunggu saja yang lewat lalu dipanggil oleh temannya itu. Akhirnya dapat juga 3 motor dan kami menuju hotel.
Sampai di pelataran hotel kami tak langsung naik ke kamar melainkan keluar lagi untuk cari makan. Keliling-keliling di pertokoan sekitar hotel sangat sepi dan hampir tak terlihat orang yang berjualan. Kedai makananpun tak ada. Di ujung jalan ada mobil standby yang menjual martabak Jakarta. Tadinya aku sudah putus asa “Ya sudahlah beli maratabak saja yok. Capek muter-muter!”. Kotada dan Atik tak mau karena sudah kesengsem pengen makan bakso. Terpaksa jalan lagi... adzan Maghrib terdengar. Hmmmm....! Tak jauh dari situ... terbacalah warung bakso “Mbak Sri”. Senangnya.... kami segera masuk. Pengunjung lumayan rame! Kami segera memesan bakso. Namun aku kehilangan selera makan, karena warungnya jorok dan tak bersih. Terlebih lagi tercium aroma bau taik kucing yang menyengat, dan tak lama kemudian Kotada berhenti makan. Sambil menepiskan mangkok bakso menjauh dari mukanya, dia bilang di biji baksonya ada rambut. Agggrrrhhhhh....langsung mual! Aku tak bisa melanjutkan makan lagi. Cuma Atik saja yang habis baksonya, padahal porsinya sangat sedikit 3 biji baksoukuran sedang dan sejumput mie kuning. Ahhhh.... Pas bayar agak jleb juga. 3 mangkok bakso, 2 gelas teh tawar panas dan 1 botol teh sosro totalnya 68 ribu. Lumayaaannnn....
|
si Bontot yang lahap makannya |
|
Lihat deh bakso aku sama sekali tak disentuh (porsinya cuma sedikit itulah) dan Kotada sisa 1 biji, lalu mangkok Atik habis. Maafkan aku sudah membuang makanan.... |
Keluar dari warung bakso kami berkeliling lagi mencari mini market atau super market, untuk beli sikat gigi (Kotada lupa bawa alias gak bawa. Biasanya disedikan hotel ternyata tidak. Kalau sabun dan shampo kebetulan aku bawa Atik juga bawa, jadi kami kasihkan 1 aja. Kami berdua bisa saling pinjam). Seperti cari jarum ditumpukan jerami cari mini market atau super market. Kami bertanya-tanya kenapa sih toko-toko tak ada yang buka? Apakah efek besok libur 17 Agustus??? Entahlah. Akhirnya kami bertemu juga supermarket. Masih merasa lapar aku membeli segala macam crackers, snack dan permen. Takut kelaparan....
Malam itu ditutup dengan sholat Maghrib dan Isya. Oh iya ada kabar baiknya...tukang ojek tadi menelpon. Temannya bersedia menyewakan mobilnya. Mobil + Bensin + Sopir seharga 600 rb per hari (8 jam). Aku males tawar menawar karena toh sangat sulit buat dapat mobil rental seperti itu. Beberapa nomer HP yang aku bawa sebagai bekal dari browsing di internet ketika kutelpon menyatakan tidak ada rental mobil seperti yang aku harapkan . Aku langsung okeh saja... Cukup mahal sih menurutku, tapi sudahlah. Dan mbok ya dilalah hampir malam Andre sang pemilik mobil dan sekaligus sopir nelpon minta tambahan biaya buat kasih uang rokok untuk Herry (tukang ojek yang jadi comblang). Agak nyesek dengernya... tapi sudahlah hitung-hitung sedekah! . Usai urusan mobil aku langsung tepar.
No comments:
Post a Comment