Wednesday 30 November 2016

WEST EUROPE TRIP, DAY 2nd PARIS CITY TOUR

Day 2nd, 19 November 2016

Setelah seluruh barang bawaan masuk bis dan seluruh peserta lengkap, perjalanan hari pertama wisata Paris City Tour dimulai. Tanpa diajak makan/sarapan dulu (seperti Turki tour kita dibawa ke Warung Nusantara) entahlah karena mungkin dianggap sudah siang dan jamuan snack di pesawat itu sudah dianggap sarapan, kita memulai perjalanan. Tujuan pertama adalah menuju Masjid Agung di Paris.

Grande Mosquée de Paris
Grande Mosquée de Paris (Paris Grand Mosque) terletak di 2bis Place du Puits del'Ermite. Bangunannya kental dengan gaya Muslim Spanyol. Ditambah, dekorasinya yang berwarna cerah, membuat masjid ini terlihat makin indah. Bukan tanpa alasan masjid ini disebut masjid raya. Karena tak hanya di Paris, bahkan masjid ini merupakan masjid terbesar di Eropa barat.

Grande Mosquée de Paris

Bagian tengah Masjid dengan keramik Biru mirip Eyup Cami di Turki (dokumen Turki Feb 2016)

Aroma wangi khas hajar aswad menyeruak saat pertama kali masuk ke dalam bagian dalam masjid. Jamaah pria dan wanita bisa nyaman dan khusyuk salat karena ruangannya pun dipisah dan masing-masing memiliki area yang luas. Hanya saja menurutku penataan ruangnya masih kurang pas. Tempat wudhu wanita jauh di depan di bagian underground padahal tempat sholatnya di sisi kanan luar bangunan. Sedangkan tempat wudhu pria justru di luar yaitu satu gedung dengan tempat sholat wanita (alias sebelahan), padahal tempat sholat laki-laki ada di gedung utama bagian atas yang letaknya lebih dekat dengan tempat wudhu wanita.

Masjid Agung Paris ini terbuka untuk umum karena itu boleh dikunjungi juga oleh non muslim. Berwisata ke masjid ini gratis untuk umat Muslim, sedang bagi non muslim diarahkan untuk memasukkan uang ke sebuah guci yang digunakan untuk keperluan masjid

Sejarah awal dibangunnya masjid ini adalah untuk menghormati masyarakat Arab-Prancis yang bertempur pada perang dunia I, terutama bagi mereka yang tewas dalam peperangan Verdun tahun 1916. Masjid yang terbuat dari beton dengan mozaik ajaib ini dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Juli 1926 oleh Presiden Gaston Doumergue, kemudian dipimpin doa bersama sebagai tanda peresmian oleh Ahmad al-Alawi (1869-1934), seorang pendiri Aljazair.

Selama Perang Dunia II, masjid ini menjadi tempat persembunyian rahasia bagi korban aniaya. Dahulu masjid ini disediakan untuk tempat tinggal, tempat yang aman untuk anak-anak Muslim dan Yahudi. Masjid ini memiliki peran sosial penting bagi umat Islam Eropa.Namun demikian, menurut Institut Registri Dunia Arab, dari 4 juta warga muslim yang tinggal di Prancis, dan sekitar 121 masjid yang ada, banyak masjid yang tidak lebih hanya dijadikan tempat parkir dan bangunan kosong saja. Masjid inilah yang kaya akan sejarah keislaman dan sering digunakan untuk beribadah.

Ada satu yang menjadi daya tarik dari masjid ini selain menikmati arsitektur yang unik dan belajar banyak tentang sejarah Islam, yakni selama musim dingin ada pemandian Turki marmer (Mirip sekali dengan Eyup Cami di Turki). Jadwalnya bagi laki-laki pada hari selasa dan minggu, sedangkan waktu kosong selain itu untuk wanita.

Bagian samping tengah masjid keramik biru khas Turki
Dinding keramik biru Eyup Cami di Turki

Selama di Eropa ini aku sangat bahagia sekali bila bertemu masjid, alasannya adalah kita bisa istinja’ dengan sempurna alias kencingnya bisa cebok. Setelah menunaikan sholat Dzuhur dan Ashar peserta diharapkan naik kembali ke bis untuk makan siang. Makan siang dibagikan diatas bis dan dimakan di bis yang sedang stand by itu. Makan siang untuk kami dibuat oleh seorang warga negara Indonesia yang telah menetap di Belanda selama 23 tahun lebih. Uni Rita yang menikah dengan Alex seorang laki-laki bekewarganegaraan Belanda.

Awalnya kami mengira bahwa makan siang seperti ini hanya akan berlaku untuk hari ini saja (menu makannya mirip sekali dengan catering haji, terdiri dari nasi, sayur tumis tanpa rasa, ditambah lauk ayam atau daging yang disuir-suir dengan rasa yang gak jelas). Kelak kami baru tahu bahwa konsumsi selama trip adalah menu makanan serupa. Belum lagi makanan kami selalu datang terlambat yaitu jam 15.20 untuk makan siang dan jam 10 malam keatas untuk makan malam. Makanan yang sudah hampir basi pada saat sampai ke tangan kita.

Benar-benar salah setting kalau begini, aku menduga kalau makanan yang akan kami santap hampir sama seperti waktu tour ke Turki bulan Februari 2016 lalu. Dimana kami selalu makan di retoran lokal setempat, makanya aku hanya membawa bekal saos sambal ABC yang banyak untuk menambah cita rasa masakan saja (pada umumnya masakan asing itu kurang punya cita rasa alias kurang bumbu alias hambar). Kalau tahu menu makanan ada nasi mungkin aku akan bawa sambal terasi ABC, sambal kering tempe teri dan rendang. Yah... apa boleh buat. Untungnya aku bawa persediaan milk shake yang banyak. Hitung-hitung diet dan menurunkan berat badan.


Arc De Triomphe
Usai sholat dan makan siang perjalanan dilanjutkan untuk mengitari pusat kota Paris yang disebut Gerbang Kemenangan atau Arc de Triomphe. Kami diturunkan di tempat ini dan diberi waktu sekitar setengah jam. Waktu yang sangat sempit kami pergunakan hanya untuk foto-foto. Sangat sulit mengambil moment foto yang baik dan sempurna, karena ribuan orang memadati Arc De Triomphe. Autumn adalah periode high season untuk wisatawan. Arc De Triomphe mirip seperti alun-alun kota.

Arc de Triomphe merupakan gapura yang berdiri di tengah kawasan Place de Concorde dan di ujung barat kawasan Champ Elysees. Arc de Triomphe atau yang berarti Gerbang Kemenangan ini dibangun atas perintah Napoleon Bonaparte. Alasan pembangunan monumen ini untuk merayakan kemenangan tentara Perancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte dalam perang di Austria.

Monumen yang tingginya 51 meter dan lebar 45 meter ini disamping sebagai pintu gerbang kota Paris, juga sebagai tempat untuk meletakkan prasasti para pejuang yang tidak dikenal dan sering dijadikan sebagai tempat berziarah dan peletakan karangan bunga. Sebenarnya arc de triomphe adalah sebuah monumen yang dibangun atas perintah Napoleon Bonaparte untuk mengenang jasa-jasa tentara kebesarannya.

Selain untuk merayakan kemenangan Perancis, pembangunan monumen inipun untuk menghormati jasa tentara yang tewas di medan perang. Untuk tentara Perancis yang meninggal dalam perang, namanya diabadikan di Monumen Arc de Triomphe.

Sebagai tempat yang menawarkan wisata sejarah, Arc de Triomphe telah menjadikan ikon sejarah Perancis. Pembangunan monumen ini telah direncanakan sejak 1806. Proses penyelesaian konstruksi pondasi dasar dari Arc de Triomphe ini selesai dalam waktu 2 tahun.

Namun sayang sang pemrakarsa monumen ini, Napoleon Bonaparte, tidak dapat melihat monumen ini selesai dibangun karena panglima perang terkenal dari Perancis ini meninggal dunia. Untuk menghormati jasa Napoleon Bonaparte, jenazah Napoleon dibawa melewati Gerbang Kemenangan ini pada Desember 1840, sebelum dimakamkan di Invalides. Di bawah Arc de Triomphe ini terdapat makam prajurit tak dikenal. Hal itu untuk mengenang korban Perang Dunia I.

Setiap wisatawan yang datang berkunjung ke kota paris, pastilah tidak akan pernah lupa untuk singgah di monumen ‘charles de gaulle’ ini. Letaknya yang strategis di tengah-tengah kota dan dekat dengan pusat perbelanjaan yang sangat terkenal yang ada di Avenue des champs elysees, seperti Louis vuitton dan Lancer. sungguh pemandangan yang nyaman dan patut untuk dinikmati.



Gerbang Kemenangan (Arc De Triomphe)

Arc De Triomphe
Jalan Raya di depan Arc De Triomphe

Aku merasa sedih sekali karena untuk tempat-tempat lain seperti Place de la Concorde dan Notre Dame Cathedral tidak kami kunjungi, hanya melihat dari atas bis. Padahal tepat ini adalah destinasi wajib untuk disinggahi saat ke Paris. Semua dengan alasan waktu yang terbatas. Untuk tempat penting selalu terbatas waktu tetapi untuk shopping tak terbatas waktu. Bete banget...!

Paris city tour by bus... Seine river .lumayan dapet lihat aja

Place de la Concorde

Pusat kota Paris

Para pedagang souvenir alias kaki limanya yang dikoordinir oleh pemerintah

Arc De Triomphe

Arc De Triomphe rame sangat



Louvre Museum
Salah satu tempat wajib yang ingin saya kunjungi selama di Paris, Perancis adalah Museum Louvre (Musée du Louvre), yang merupakan tempat lukisan Monalisa asli disimpan. Di tengah halaman Museum Louvre, terdapat bangunan bentuk piramida kaca yang besar dan piramida kecil. Bangunan piramida inilah yang disebut dengan piramida Louvre.

Memang piramida kaca sebagai bangunan futuristik tersebut begitu kontras di antara bangunan abad pertengahan. Pembangunan piramida dan lobby bawah tanahnya sebenarnya untuk mengatasi jumlah pengunjung Museum Louvre yang banyak setiap harinya. Piramida yang besar berfungsi sebagai pintu utama.

Keterangan diatas adalah informasi awal yang aku browsing sebelum keberangkatan tour Eropa, dan aku sangat penasaran untuk mengunjungi tempat ini makanya aku sangat exited ketika tour guide mengatakan destinasi selanjutnya ada Louvre Museum. Saat bis berhenti dan kami disuruh turun aku masih bertanya-tanya dimana bangunan kaca berbentuk piramida terbalik yang merupakan pintu gerbang masuk museum? Kami diturunkan dan diperingatkan tentang estimasi waktu tanpa pengarahan apa-apa.

Begitu masuk gedung kami langsung menemukan deretan foto-foto sejarah perjuangan Perancis dalam ruang yang remang-remang. Semua tidak kelihatan menarik, padahal isi kepalaku masih mencari-cari bangunan kaca piramida terbalik. Akhirnya setelah sempat melihat beberapa foto dan patung kami keluar ke arah tempat yang lebih terang, kulihat tempat yang pencahayaanya lebih terang ini seperti pusat perbelanjaan. Dari browsing di internet baru aku ketahui bahwa gedung ini adalah Carrousel du Louvre shopping mall, yang terletak di bagian bawah bangunan depan.

Aku agak girang ketika melihat bangunan piramida kaca tapi tidak terbalik di pelataran shopping mall tersebut. Hatiku masih bertanya-tanya kok tidak seperti yang aku lihat di internet ya? Rupanya itu hanya penampakan sebagian dari piramida kaca yang menjorok di bagian underground, bagian besar piramida kaca yang merupakan gerbang masuk ke Louvre museum ada diatasnya (ini aku ketahui setelah pulang aku browsing di internet untuk memuaskan rasa penasaranku).

Patung-patung yang membuat aku serem n bergidik
Ruang pertama yang kami temui begitu masuk gedung

Ketemu juga dengan piramida kaca, yang ternyata bagian piramida kaca yang menjorok di underground

Carrousel du Louvre shopping mall
Carrousel du Louvre shopping mall

Mengobati rasa kecewa kami sempat mengambil foto di area ini. Belakangan dari internet aku ketahui bahwa untuk memasuki museum ini kita harus merogok kocek untuk membeli tiket seharga 250 ribu rupiah, mungkin alasan mahalnya harga tiket ini pulalah yang menyebabkan tour guide membawa kami ke Museum Louvre dengan tidak melewati gerbang utamanya. Keterlaluan sekali ya penipuan terselubung begini! Sejak awal aku merasa ada yang kurang terhadap service para tour guide (karena dalam trip ini pihak IHT = Indonesia Halal Tour tidak menggunakan local guide), dari beberapa kali trip yang aku ikuti pada saat kita mengunjungi suatu lokasi tour guide akan mengumpulkan para peserta lalu memberikan cerita singkat tentang lokasi dan do or don’t nya lokasi ini. Kali ini tidak sama sekali sejak turun di masjid raya tadi siang tour guide hanya memberi tahukan meeting point serta estimasi waktu, lalu kami ditebar seperti melepas anak ayam dari kandang.

Merasa jenuh dan agak kecewa selanjutnya kami mencari toilet dan kembali ke “meeting point” yang dijanjikan. Kami kembali ke bis dan sempat menunggu hampir sejam karena Edo dan Marwa belum kembali bahkan baru kembali setelah disusul oleh tour guide juga mbak Iin. Sejak di bandara Soeta aku memang sudah melihat gelagat Marwa yang kurang sopan dan agak liar, sepertinya Edo terpengaruh dan ikut dia. Yah...aku sudah menganggap mereka bukanlah team lagi, kami hanya bertiga.


Paris Look 

Setelah meninggalkan Louvre museum perjalanan dilanjutkan ke “Paris Look”, sebuah toko yang disebutkan oleh tour guide sebagai tempat belanja murah. Paris Look lebih terkenal sebagai toko parfum murah. Meski toko itu juga menjajakan barang lain, seperti kosmetika, pakaian dan jam tangan. Letaknya di Boulevard Haussman, tak jauh dari Galeri Lafayette. Bila naik metro turun saja di Stasiun Lafayette dan ambil jalan ke arah kiri stasiun. Paris Look tak jauh dari stasiun.

Salah satu keistimewaan toko ini adalah pelayan ekstra kepada pembeli. Toko ini menyediakan pelayan dari berbagai kebangsaan. Pembeli pun tidak kesulitan mencari barang. Toko ini juga menjajakan barang dengan “tax refund” alias bebas pajak. Jadi harga yang dibandrol sudah dipotong sekitar 10-12 persen pajak. Di pusat perbelanjaan lain, turis juga diberikan tax refund, tetapi kita baru bisa mendapatkan dengan menukarkan slip pembayaran di bandara. Prosesnya agak ribet. Di Paris Look, kita tidak perlu repot-repot mengurus penukaran tax refund di bandara. Tax refund langsung dapat diambil disini. Tax refund hanya diberikan kepada pembeli yang membeli barang seharga 176 euro keatas.


Seperti biasa aku selalu duduk duduk diluar toko ketika yang lain sibuk belanja. Berhubung dingin akhirnya masuk toko juga dan bercanda ria dengan Indah di muka pintu keluar
 
Ketika masuk aku tidak begitu tertarik dengan alasan, barang yang dijual yang disebut murah ternyata masih tidak murah bagi ukuran kantongku. Selain itu kualitas barang yang dijual bukanlah barang branded melainkan produk China. Kami berlima termasuk Indah dan uni Yulimar hanya melihat sekilas dan akhirnya menunggu di pintu toko sambil bercanda. Untuk estimasi waktu yang diberikan di sini sangat lama 2 jam lebih. Nampaknya memang tour kali ini boleh disebut shopping tour bukannya wisata. Alamak....ketipu banget ikut tour kali ini.

Jam setengah belas malam kami baru memulai proses check in di hotel Ibis, seperti biasa harus geret-geret koper dari parkiran bis yang sangat jauh. Sakitnya tuh pihak resepsionis hotelnya sangat tidak welcome banget. Acuh dan kasar, mereka menegur melihat koper kami memenuhi lobby hotel. Lho...memang koper ini mau tarok dimana kalau gak di lobby, toh kita masih menunggu pembagian kamar. Ya Allah...begini ya negara yang tidak ada sifat humanis dan sangat materialistis. Setelah proses pembagian kamar hampir menjelang lewat tengah malam aku baru bisa merebahkan badan. Gila ya 2 hari 2 malam belum merebahkan diri.

Tuesday 29 November 2016

WEST EUROPE TRIP, DAY 1ST DEPARTURE AND ARRIVING


DAY 1st, Departure and Arriving  Jum’at 18 November 2016

Jum’at sore tanggal 18 November 2016 perjalanan tour ke Eropah Barat bagi kami bertiga (aku ,Atik dan Kotada) dimulai. Starting point adalah rumah ibu Angga, sedangkan Kotada pergi langsung dari rumahnya karena memang dekat bandara. Diiringi hujan yang lebat kami dijemput oleh “Star Cab” menuju bandara. Sejak awal juga sudah mulai ribet nih, menunggu Kotada yang tidak bisa dihubungi akhirnya kami masuk duluan untuk check in supaya tidak dapat tempat duduk di pesawat yang paling belakang. Namun ternyata Kotada tidak boleh di check in kan karena KTPnya tidak ada. Jadi harus nunggu dia juga. Dari dalam aku melihat Kotada dihalang oleh security bandara, karena gak punya tiket. Terpaksa Atik harus keluar lagi untuk menjemput Kotada.

Akhirnya kami masuk juga ke ruang tunggu bandara SMB 2. Karena hujan lebat pesawat harus delay selama 1 setengah jam. Rencana keberangkatan jam 15.20 harus molor sampai jam 16.55. Duh... sempat bete juga, karena masih ingat tour ke Turki bulan Maret lalu, peristiwa yang sama pesawat delay sejam lebih, hal ini membuat setibanya kami di Jakarta terbirit-birit. Bersyukur masih bisa sholat Maghrib dan Isya di jamak takdim, sedangkan sebagian besar peserta lain tidak sempat sholat karena sudah langsung masuk pesawat. 

Wajah ceria kami menanti keberangkatan di SMB 2
Kali ini pun demikian. Justru lebih morat-marit lagi karena harus pindah terminal dari terminal 3 ke terminal 2D. Waduh harus berlari-lari kecil mengejar Leo (petugas Garuda yang punya jaringan kerjasama dengan Iin) yang jalannya cepat sekali,  sambil menggeret-geret koper mana besar pula. Meskipun sudah lewat jalur khusus tetap saja jauh .....

Sampai di terminal 2D seluruh peserta (75 orang) sudah berkumpul, kulihat Iin melambaikan tangannya. Kami mendekat menyerahkan koper bawaan yang akan diberi label peserta, kulihat para peserta sedang mendengarkan pengarahan, bagiku hal ini tidak begitu penting sekali karena sudah lazim pengarahan tersebut beriisi “DO or DO NOT” yang harus dilakukan selama trip. Aku pamit ke Iin untuk sholat saja. Bersegera kami bertiga sholat Maghrib dan Isya. Selesai sholat kami masih sempat mendengarkan sedikit sisa pengarahan dan bagi-bagi atribut peserta seperti syal dan baju kaos (norak banget atributnya sehingga ogah untuk memakainya) jadi langsung disimpan. Seperti biasa uni Yulimar belum balik-balik dari sholat dan ditelpon juga telponnya tidak aktif, terpaksa jadi nunggu lumayan lama seperempat jam kali. Meskipun disusul 3 orang bergantian dari pihak travel Iin juga belum ketemu. Di menit ke 20 tiba-tiba uni muncul juga. Hmmmmm... sudah tahu mau cepat eh ternyata dia malah ikut sholat berjamaah. Aduhhhhhh.... Iin sempat menegurnya. 


Departure at Soeta Airport
Tiga serangkai
Team Iin dan team Makasar when Deaparturing in Soeta, masih terlihat kompak. Setelah disana semua karakter asli muncul dan kita terbelah belah
Waiting for bagage claim
Akhirnya kita team Palembang dan Makasar check in yang paling akhir, sebagian peserta sudah menuju ruang tunggu keberangkatan di gate D5, resikonyo kita dapat jatah kursi sisa di pesawat sehingga terpisah-pisah satu sama lain. Start awal saja aku sudah menyaksikan kekacauan dan tour guide yang cuek dan tidak simpati. Yah.... akhirnya perjalanan pesawat ditempuh selama 15 jam Jakarta – Istanbul. Setelah proses transit dan pindah pesawat yang memakan waktu sekitar 2 jam, perjalanan dengan pesawat dilanjutkan lagi Istanbul – Paris selama 2 jam perjalanan. 

Jam 9.50 waktu Paris kami mendarat di bandara “Charles de Gaulle”. Menurutku bandara Paris tidak terlalu megah dan biasa-biasa saja. Setara dengan Terminal 3 Soeta. Cuma proses imigrasi dan sensor barang-barang kabin bahkan sampai sepatu kita dilucuti itu sangat ribet dan makan waktu lamaaa. Semua barang bawaan adalah tanggung jawab masing-masing karena tidak ada jasa porter. Kebayangkan geret-geret koper karena ada batas area trolley diperbolehkan. 

“Charles de Gaulle Airport", Paris I m coming
Baggage Claim Area