Monday 21 March 2016

AMAZING TURKEY DAY 4 POPULER, LEATHER FACTORY, EPHESUS, BIZIM EV & PAMUKKALE

Minggu, 28 February 2016

Tidak terasa hari ini sudah memasuki hari ke-4 perjalanan. Bangun pagi terasa sangat segar karena semalam aku tidur pulas sekali. Selesai sholat shubuh langsung dandan dan bersiap untuk sarapan. Masuk ke ruang makan kulihat hanya ada Sapta dan Kotada yang sudah selesai makan peserta lain belum terlihat sama sekali. Sapta dan Kota masih Jet Lag jadi jam 2 malam sudah bangun dan tidak bisa tidur lagi. Setelah menyelesaikan sarapanku, sebagian besar peserta baru masuk ruang makan. Kami segera keluar untuk menikmati pemandangan luar yang indah yang kulihat dari dinding kaca di ruang makan tadi.

Begitu sampai keluar, pemandangan sekitar hotel sungguh indah. Suhan 360 hotel dikelilingi oleh laut. Hmmm...sungguh indah jadi inget waktu ke Bali. Meninggalkan Suhan Hotel 360 kami segera memulai trip untuk perjalanan hari ke-4. Sebagai review dari keselurahan perjalanan Amazing Turkey, hari ke-4 adalah hari yang paling berkesan bagiku (the most amazing and impressif day of 10 days trip), karena seluruh tempat yang kami singgahi memberikan kesan yang sangat mengagumkan dalam sanubariku.

POPULER LEATHER FACTORY
Itinerary wajib untuk group tour Turki adalah mengunjungi suatu sentra pembuatan Jacket atau pernik lain seperti tas, dompet dari kulit. Turki memang sangat terkenal dengan kepiawaiannya dalam meyamak kulit. Kulit yang dipakai adalah kulit domba, karena akan memberikan hasil produk dengan tesktur yang sangat halus.

Seperti biasa ketika memasuki gedung ini kita akan disambut dengan secangkir “çay” (teh) dan sapaan “hoşgeldiniz” yang sangat ramah. “çay” hangat yang disajikan beraroma dan bercampur rempah dan madu (sepertinya), aku suka! Kami dipersilahkan masuk ke dalam suatu ruangan seperti aula pertunjukan. Tak lama kemudian pertunjukan dimulai. Diawali oleh kata sambutan humas yang berbahasa Indonesia dengan cukup fasih (great...!). Seperti biasa si bapak menjelaskan sedikit tentang prsoes pembuatan jaket, dan pernik-pernik lainnya, keunggulan kualitas dan terakhir tentang diskon serta tata cara pembelian produk yang akan diperagakan oleh para peraga.

Lampu diruangan dimatikan dan hentakan musik menggelegar menyambut pentas peragawan dan peragawati melenggak-lenggok memperagakan produk yang mereka tawarkan. Bagus-bagus sekali produk yang ditawarkan. Tetapi aku sih salah fokus, mataku bukannya tertuju pada produk yang ditawarkan melainkan pada peragawan dan peragawati yang ganteng dan cantik dengan postur tubuh sempurna. Masha Allah.....!

Dalam pementasan ini tiba-tiba para peraga tersebut menarik beberapa orang diantara kami. Agak kaget juga aku ketika dia menarik Kotada....Haaaaa... kok Kotada yang kecil mungil, kenapa bukan Sapta? Ternyata...Kotada bisa tampil juga. Bravo ya nak!

Kerennya Kotada in action
Khusuk mendengarkan penjelasan marketingnya
Cukuplah jadi penonton dan mengamati mereka-mereka yang kantongnya tebal dan memborong jaket kulit yang mahalllll
Pohon apricot yang mirip dengan sakura, didepan factory dengan mbak Ris

Dengan peragawatinya yang hmmmmm....foto deket dia aku terlihat langsing juga ya...

Selesai pementasan kami dibawa ke “show room” tempat penjualan berbagai produk mereka. Semuanya sangat bagus. Tetapi aku memang tidak menyiapkan dana untuk berbelanja barang semahal itu. Cukup dilihat saja. Banyak juga peserta yang membeli.


EPHESUS
Ephesus adalah salah satu alasanku ikut dalam travelling ke Turki yang kedua kalinya. Ephesus merupakan sebuah reruntuhan kota tua di dekat Selcuk yang namanya termahsyur ke seantero dunia dan menjadi salah satu magnet wisata di Turki. Jam menunjukkan sekitar pukul 10.00 pagi ketika rombongan kami tiba di Ephesus. Sinar matahari sangat terik dan tampaknya tidak terlalu ramah menyambut rombongan kami.

Ephesus dahulu kala konon adalah sebuah kota raksasa di zaman Yunani kuno, namun kemudian direbut dan mengalami kejayaannya pada masa kerajaan Romawi. Sejarahnya kota ini pernah hilang akibat gempa bumi, namun kemudian dibangun kembali dan menjadi salah satu "must visit place" jika sedang berkunjung ke Turki.

Ephesus terletak di Provinsi Izmir yang terletak di Turki sisi Asia dan dapat ditempuh kurang lebih 1-1,5 jam via udara atau 9-10 jam perjalanan lewat jalur darat dari Istanbul, kota paling penting yang menjadi salah satu pintu masuk utama negara Turki. Namun menempuh jalur darat tidak akan membuat kita jenuh dan lelah, karena suguhan lukisan alam dan pemandangannya luar biasa. Barisan pegunungan hijau nan cantik diselingi padang savana dan domba-domba yang merumput, sungguh sebuah keindahan yang sepadan. Apalagi dengan kondisi jalan yang sangat baik (mulus), menjadikan road to Izmir merupakan sebuah perjalanan yang sempurna.

Kami berangkat menuju Ephesus secara estafet dari Istanbul, bermalam di Bursa, Canakkale (Troy), bermalam di Kusadasi dan keesokan harinya baru menuju Ephesus. Perjalanan yang luar biasa panjang namun mampu membuat aku begitu kagum dengan bentangan alam negeri ini, mulai dari pegunungan di Bursa, padang savana dan bukit nan tandus, danau hijau tosca di Cannakale, serta pantai yang airnya jernih membiru di perjalanan menuju Kusadasi. Duh, negeri ini begitu lengkap dan sempurna, benar-benar merupakan “Heaven Land” (ingat caption Ramazan di salah satu foto yang diupload di akun Instagramnya).

The beautiful view a few meter from X-ray control
Denah lokasi
Ephesus yang terletak dilingkaran bukit hijau nan asri
Baru masuk saja sudah disajikan pemandangan yang indah reruntuhan bangunan bersejarah di kelilingi bukit hijau
Still in first come in to this area, hmmmm...
Dibalik perbukitan yang hijau
Sebuah bongkahan bangunan di jalan masuk
Seperti pintu gerbang kecil enak buat berteduh tuh!
Reruntuhan yang terlihat pertama kali setelah melewati gerbang masuk, terik tetapi hembusan udaranra dingin
Sudah agak jauh dari pintu masuk X-ray Control
Sudah kelihatan perpustakaan Celcius dikejauhan as a central of view

Epheses atau Efes dalam bahasa Turki sebetulnya hanya merupakan reruntuhan sisa-sisa dari sebuah kota kuno, namun keindahan itu masih jelas tergambar. Aku mencoba membayangkan bagaimana kemegahan kota ini pada masa kejayaan bangsa Romawi, bagaimana masyarakatnya dan apa saja fungsi dari setiap bangunan yang berada di kompleks ini. Sungguh sejarah panjang dari sebuah peradaban.

With beautiful Mbak Nuke dan Dhana
Bapak tua yang pegang camera juru foto bayaran, sedang ngebujukin aku untuk pose agar bisa dia foto terus nanti dibeli fotonya. Hmmmm....
Masuk ke lebih dalam terlihat jelas reruntuhan sisa-sisa kejayaan Romawi, lihatlah Ramazan Abi tour guide kami yang sangat sabar itu sedang menjelaskan sejarah setiap pernik yang ada secara rinci sekali


Gerbang lengkung ini dibuat dengan teknik yang sangat unik, hanya mengandalkan tekanan dari batu bersebelahan tanpa semen, sperti diceritakan oleh Ramazan
Celcius Library yang jadi central of view di Ephesus
Terik matahari yang sangat menyilaukan, kasian Kotada sun glassesnya tertinggal
Celsus Library dahulu kala adalah sebuah perpustakaan dan konon merupakan perpustakaan terbesar ketiga pada masanya. Bangunan yang sudah tidak utuh lagi ini, masih menyajikan kemegahannya. Ini terlihat dari bentuk depan dengan pilar-pilarnya masih berdiri kokoh dengan megah. Ornamen patung dewa dewi menghiasi beberapa dinding bagian luar, sementara bagian dalamnya yang merupakan tempat menyimpan koleksi buku-buku hanya tersisa ruang kosong. Perpustakaan ini didedikasikan kepada seorang senator Romawi pada masanya yaitu, Tiberius Julius Celsus Polemaeanus.

Judulnya foto group hammmm....ini salfok sepertinya...!
Celcius Library
Pilar-pilar menjulang di Celcius Library
Grand Theatre pada masa kerajaan Romawi dulu pastilah sangat megah, karena meski tinggal reruntuhannya yang tersisa saat ini, kemegahan itu masih sangat kentara. Terletak di punggung sebuah bukit, teater ini berbentuk setengah lingkaran dengan undakan-undakan tempat duduk layaknya stadion dan di bagian tengahnya terdapat sebuah tempat panggung pementasan. Teater ini selain sebagai tempat pertunjukan seni dan pementasan drama juga merupakan balai pertemuan serta adu gladiator dengan binatang khas dinasti Romawi.

Reruntuhan di samping kanan Celcius Library
Menuju ke gedung Theater
Gedung Theater yang begitu megahnya
Bangku-bangku penonton di Gedung Theater
Kemegahan gedung theater di Ephesus
Gedung theater  dari sisi yang berbeda

Di dalam kompleks Ephesus ini selain kedua tempat di atas, terdapat juga Temple of Hadrian, Bath of Varius, State Agora, Temple of Domitian, Memmius Monument, Hercules Gate, Temple of Artemis, dan masih banyak lagi. Kota tua ini merekam banyak kisah mengenai penaklukan dari berbagai peradaban yang pernah tumbuh disekitar laut Mediterania. Mulai dari Yunani kuno, Romawi, hingga masa Ottoman. Ditengah terpaan sinar matahari yang sangat terik, aku menyusuri Ephesus dengan perlahan memandang sekitar dengan takjub dan sangat antusias mendengar cerita sejarah yang dijelaskan oleh pemandu wisata kami Ramazan yang begitu detail

Sisa-sisa bangunan di jalan keluar
Tak puas rasanya mengabadikan reruntuhan sisa kejayaan Romawi ini , view di belakang terlihat undakan batu digrdung theater dan perbukitan yang melingkarinya. Awesome!
Pemandangan indah disekeliling jalan keluar
Perpaduan pemandangan yang indah
Lihatlah reruntuhan kejayaan masa lalu Romawi
Gedung theater dilihat dari jalan keluar
Lorong jalan ke arah pintu keluar
Saatnya kami harus meninggalkan patung-patung dan reruntuhan bangunan tua yang masih menyisakan kemegahan. Di area jalan keluar kita akan langsung disambut oleh pepohonan yang menjulang tinggi disisi kiri kanan jalan, dimana ranting dan daunnya melengkung dan sudah bertatut menyatu sehingga memberikan keteduhan di bawahnya (ingat cemara yang menjulang di Nami Island Korea). Teduh dan rindang, hawa sejuk segera menyergap merupakan cooling down setelah berpanas-panas ria tadi. Menuju pelataran parkir banyak sekali pedagang souvenir yang menjajakan dagangan handicraft khas Turki. Sapta dan Kotada sempat membeli beberapa renceng gantungan si mata biru untuk oleh-oleh ke teman-temannya. Dan sempat pula kami mencicipi es krim Turki yang dijajakan oleh pedagang dengan atraksinya yang cukup atraktif. Selanjutnya kami kembali ke bis dan melanjutkan perjalanan.

Ditengah perjalanan kami mampir ke pusat oleh-oleh khas Turki. Hmmm...kesan yang kuingat ditempat ini adalah pramuniaganya yang lucu dalam menjelaskan produk yang mereka jual. Ingat yel yel yang diucapkannya “Uuuk...”. Aku membeli turkish delight dan minyak zaitun untuk body lotion. Aku sudah merasakan manfaat yang sangat luar biasa dari minyak zaitun untuk body lotion buatan Turki. Tahun lalu aku hanya membeli 1 botol, kali ini aku beli 3 botol meskipun harganya agak sedikit mahal dibanding produk yang kubeli dulu, tetapi aku suka karena produk ini ada aromanya dan tersedia dalam berbagai variant. Aku mengambil yang beraroma lavender dan rose.


Bapak yang lucu dengan yel yel "Uuuk.." Lihat deh expressi setiap peserta mulutnya gembung semua karena sedang mencicipi turkish delight

BIZIM EV (= RUMAH KITA) RESTAURANT
Menyusuri situs-situs bersejarah di Ephesus ditemani oleh teriknya cahaya matahari , cukup melelahkan. Perjalanan dilanjutkan untuk makan siang. Makan siang kita kali ini sangat luar biasa dan menjadi kenangan yang sangat berkesan dalam benakku. Bis memasuki kawasan pedesaan yang masih sangat asri, dimana kiri kanan jalan ditumbuhi berbagai tumbuhan dan pepohonan antara lain jeruk dan pohon zaitun.

Ketika bis memasuki pelataran parkir sebuah bangunan yang sangat sederhana yang terbuat dari kayu, Ramazan mengatakan kita akan makan siang di resto rumahan dimana makanan yang disajikan diolah secara “home made” yang diolah oleh tangan seorang ibu. Rumah makan ini dinamakan “Bizim Ev” artinya rumah kita, hal ini memberikan makna dalam bahwa pada umumnya rumah kita adalah tempat dimana kita merasa sangat “comfort”, dengan sajian makanan yang dihasilkan oleh tangan seorang ibu. Dan dengan nama resto seperti itu diharapkan pengunjung akan merasa nyaman serasa di rumah sendiri.

Bizim Ev Resto
Cerobong asap pembakarannya
Begitu masuk kami dipersilahkan masuk ke tempat duduk yang telah dipersiapkan, sederetan bangku kayu dengan pemandangan sekeliling dipenuhi pepohonan antara seperti pohon zaitun. Begitu duduk datang seorang wanita muda berbaju hitam sangat sederhana dengan dandanan polos ala gadis desa, tanpa polesan make up diwajahnya. Polos, tapi kulit mukanya yang putih bersih terlihat cantik sekali, menawarkan minuman apa yang kami inginkan. Wanita ini bertanya pada kami satu persatu dengan suaranya yang lembut dan bahasa Inggris yang cukup baik. Aku tertegun dengan kesopan-santunannya ketika bertanya (mirip wanita Jawa). Satu kesan indah sudah mengendap di hatiku.

Tak lama kemudian kami dipersilahkan untuk mengambil hidangan yang disajikan secara prasmanan di meja panjang. Aku kembali tertegun, kulihat deretan piring menyajikan begitu banyak makanan dalam berbagai rupa. Hmmm....begitu telatennya menyajikan makanan sebanyak itu dengan berbagai jenis, pikirku. Sementara itu seorang ibu tua berkaca mata juga mengenakan baju hitam dengan postur tubuh sedang dengan ramah melayani dan menyapa kami. Dari jauh aku meneliti makanan mana yang akan kuambil.

Varian sajiannya banyak sekali
Bizim Ev, wanita setengah baya berkaca mata itu "Anne" yang pemilik resto ini
Tiba giliranku aku mencoba mengambil suatu hidangan yang mirip “Lagsana”, 3 potong kecil daging yang diolah seperti semur, lalu makanan yang mirip bakwan dan terakhir sayuran hijau rebus yang kalau dilihat rupanya seperti daun paku. Aku segera menuju meja makan. Ketika aku mencoba makanan yang mirip lasagna tadi hmmmmm...enak sekali, tastenya pas dilidah (selama 3 hari di Turki aku hanya makan karena takut lapar dan untuk menelannya harus diracik dan didorong air putih agar bisa masuk). Great...! Aku menyantap habis “Lagsana” yang tadi kuambil, dan melanjutkan dengan rebusan daun yang mirip daun paku, entah ya ini sayuran apa tetapi ketika lidahku merasakannya aku sangat suka, ada rasa manis dari daun tersebut. Meski cukup melalapnya tanpa sambal atau nasi rasanya enak sekali, akupun menuntaskannya ludes. Dan sajian ketiga yang tadi kuambil adalah gorengan mirip bakwan, yah rasanya seperti bakwan beneran. Sekejap saja aku menghabiskan 1 buah bakwan yang kuambil, dan karena enak aku menambahnya kembali sampai 3 bakwan...heheehe... doyan apa lapar? Tetapi aku tidak menghabiskan 3 potong daging yang diolah seperti semur (ahhh maaf...). Alhamdulillah siang ini aku tidak perlu mengkonsumsi WRP diet lagi.

Selesai makan aku segera ke luar ingin menikmati sejuk dan segarnya hawa pedesaan yang ditawarkan oleh alam disekitarnya. Kulihat tanaman pohon jeruk yang buahnya berwarna orange menyegarkan. Ditanah sekitar kulihat banyak pohon dengan buah jeruk berjatuhan tak terjamah. Aku jadi ingat cerita Ramazan dalam perjalanan menuju ke tempat ini tadi, bila buah jeruk itu dibiarkan berjatuhan artinya itu buah jeruk yang rasanya pahit, aku penasaran sepahit apa sih kok dibuang begitu saja. Kucoba memetik sebuah dari pohonnya dan mencoba mencicipi. Haaaaaaa.... kok rasanya manisss sekali.

Perkarangan Bizim Ev yang sangat luas yang ditumbuhi pohon zaitun dan jeruk

Aku kembali memetik dan menghabiskannya, sementara beberapa peserta ikut pula memetik setelah mendengar penuturanku bahwa rasanya sangat manis. Setelah habis beberapa buah jeruk, aku baru nyadar bukankah aku memetik buah ini tanpa seizin pemilik? Haram..... dan sama saja dengan mencuri! Aku segera berlarian ke dalam resto mencari “Anne”, kulihat Anne duduk di kursi kayu, aku mendekat dan bercerita bahwa aku dan teman-teman telah memetik dan memakan jeruk yang tumbuh dihalaman. Dengan penuh kasih seorang ibu, “Anne” bilang tidak apa-apa, boleh aja. Ayo petik lagi kalau memang suka. Hmmm.... aku sangat terkesan dengan cara bicara dan tatap mata si “Anne”. Tatap mata seorang ibu. Aku jadi haru dan teringat mamaku Alm. Ingin rasanya memeluk “Anne”, tapi malu karena gak ada alasan ujug-ujug memeluk beliau. Teşekkür ederim, Anne!

Kami menyelesaikan makan siang ditempat yang sangat berkesan ini. Dan ditempat ini pula kami harus berpisah dengan 5 peserta dari Ujung Pandang karena mereka harus melanjutkan perjalanan umrohnya. Sebelum bis melanjutkan perjalanan dan ketika akan meninggalkan resto diluar kulihat “Anne” mengantarkan kepergian kami sambil melambaikan tangan. Hmmmm...benar-benar “Bizim Ev” karena semua dibalut dan dibingkai dengan rasa kekeluargaan.

PAMUKKALE (COTTON CASTLE).
Menyelesaikan makan siang yang berkesan kami harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh menuju Pamukkale. Di dalam perjalanan ke Pamukkale Ramazan menceritakan suatu adat unik di Pamukale dimana seorang ayah akan meletakkan botol bekas minuman ke atas atap rumah mereka jika keluarga tersebut memiliki anak perempuan yang telah siap untuk menikah.

Hal itu dilakukan agar pemuda-pemuda sekitar dapat mengetahui signal tersebut. Satu botol untuk tiap gambaran anak perempuan. Jika si anak perempuan ada dua, maka mereka akan terlihat memiliki 2 botol di atas atap rumah mereka.  Dan tidak ingin jika pemuda yang mengincar terkecoh dan merasa dibohongi, botol akan dipasang terbalik jika anak perempuan mereka sudah pernah menikah alias  janda. Hehe, benar – benar istiadat yang unik ya.

Apabila seorang pemuda tertarik untuk melamar anak gadis yang siap menikah di rumah tersebut harus meneliti secara lebih dalam, karena bila telah menyatakan keinginannya niat tersebut tidak dapat dibatalkan. Seorang pemuda yang menyatakan bersedia menyunting gadis dalam rumah tersebut memberikan pernyataan dengan cara memecahkan botol yang terletak diatap rumah dengan menembaknya menggunakan senjata. Dan kompensasi yang harus diterima apabila pemuda tersebut mundur setelah menyatakan bersedia, maka pemuda tersebut akan ditembak oleh sang ayah gadis. Hmmm....ayo siapa berani!.

Waktu menunjukkan hampir jam 3 lewat bahkan hampir menjelang jam 4 sore ketika kami sampai di Pamukkale. Terik matahari masih menyengat. Dari pelataran parkir kami harus berjalan lagi lumayan jauh (karena di terik matahari yang menyengat) untuk mencapai tempat yang dinamakan “Travertine”
 
Hiera Polis dikejauhan
Di pintu masuk ke traventine
Menyusuri jalan masuk traventine yang lumayan jauh karena bermandikan teriknya matahariku

Travertine adalah batuan dengan terjadi karena Calcium Carbonat yang terkandung dalam mata air panas mengalami proses “caking” (mengeras) oleh cahaya matahari. Hasilnya adalah sekumpulan singkapan batuan dengan penampakan mirip gumpalan kapas keras berwarna putih terang. Endapan Calcium Carbonat yang memutih seperti kapas ini akan bisa terlarut atau mngelupas tergantung kondisi cuaca, tetapi untuk tetap mempertahankan keberadaannya, dilakukan suatu treatment dengan cara mengalirkan air yang mengandung CaCO3 tersebut melalui saluran air (pipa) secara periodik.

Cotton Castle
Air yang mengalir didalam selokan yang ada disekitar hamparan endapan memutih tersebut konon kabarnya baik untuk kulit. Aku mencoba merendam kaki selama beberapa menit. Airnya biasa saja, tidak hangat dan tidak pula suam-suam kuku. Puas merendam kaki, Sapta dan Kota mengajakku untuk berkeliling dihamparan putih kapas yang indah. Semburat sinar matahari senja memantulkan cahaya kuning emas menerpa setiap gundukan putih kapas ini. Menakjubkan sekali. Jika beberapa waktu lalu aku hanya dapat menyaksikan keindahan disini melalui foto-foto yang diupload para blogger hari ini aku menginjakkan kakiku dan menyaksikannya sendiri. Hmmmm...sungguh indahnya.

Hamparan putih yang membentang ditengah terik matahari sore
Hamparan Traventine yang terjadi karena larutan CaCO3 yang caking (mengeras)
Putih seputih kapas...karena putih itu lambang kesucian dan bersih maka aku suka

Dinding tinggi berbalut CaCO3
Gegara bisa sedikit bahasa Korea jadi akrab nih dengan turis asal Korea ini. Cakamania....ajumaa! (Tunggu sebentar ya tante..ahhh gua dipanggil ajumaa....)
Dinding kapas yang memutih diterpa semburat sinar mentari senja. lengkap indahnya
Hari semakin senja

Euphoria kami
Dari sisi barat traventine
Semburat kuning dari cahaya matahari senja yang memantuk ke diinding putih bersih
Hari semakin senja dan menjelang maghrib tetapi kami masih merasa belum puas sekedar berjalan atau mengambil foto ditempat ini sampai Ramazan harus berteriak memanggil kami untuk kembali. Kulihat memang seluruh peserta kecuali keluarga pak Ary sudah tidak terlihat lagi. Haaaaa...ternyata kami memang terlalu asyik sehingga lupa waktu, lupa teman...! Dan matahari telah turun ke peraduannya ketika kami meninggalkan hamparan travertine yang putih seperti kapas.

Sunset...hari sudah menjelang malam dan matahari telah turun ke peraduannya, mari kita pulang
"Bukan kebahagiaan yang menjadikanmu seorang yang bersyukur, tetapi kemampuanmu untuk mensyukuri-lah yang menjadikanmu pribadi yang berbahagia. Lalu nikmat Tuhanmu yang manalagikah yang engakau dustai", hatiku berbisik lirih mengaggumi keindahan ciptaan Allah di "Heaven Land" ini. Masha Allah...Alalhu Akbar"



1 comment:

Echie said...

I wanna be there someday. Hopefully..inshaa Allah..