Selasa, 01 Maret 2016
Jam 3 pagi alarm HP ku berbunyi, seperti biasa ini adalah alarm untuk membangunkan aku agar melaksanakan tahajud. Aku bangun dan berwudhu lalu memulai sholat malam, berdo’a dan segera melipat mukenah. Kalau biasanya sehabis tahajud aku selalu tidur kembali tetapi kali ini tidak karena sesuai informasi Ramazan semalam, jam setengah 5 kita sudah harus berangkat ke lokasi pangkalan “Hot Baloon Air”. Hitung-hitung aku baru tidur selama 1,5 jam itupun tidak lelap, karena bau WC (aku dapat tempat tidur sebelah dinding WC). Hmmmm...kepalaku agak melayang dan sedikit puyeng.
|
Resto di Dere Suites Hotel, bangunan ini terletak dalam gua |
Aku beberes, tadinya tidak berniat untuk mandi, takut demam karena hampir semalaman tidak tidur, tapi kok rasanya risih banget. Akhirnya aku mandi juga. Selesai mandi kulihat mbak Diba baru bangun dan bersiap untuk mandi. Aku segera dandan dan siap-siap karena kulihat di HP sudah jam 4. Beres bersiap-siap tepat jam 4.30 aku dan mbak Diba segera menuju ke lobby hotel. Belum ada satu pesertapun yang muncul, tetapi resepsionis hotel dan Ramazan sudah stand by disana. Seperti biasa setelah saling tunggu menunggu akhirnya baru mendekati jam 5 rombongan berangkat. Diperjalanan menuju lokasi kami sempat mampir ke suatu hotel untuk menjemput wisatawan yang juga akan naik baloon udara pagi itu. Sebelum tiba di lokasi kami sempat mampir ke suatu gedung yang kulihat sudah cukup ramai, kami mampir untuk melaksanakan sholat subuh di mushollah yang terdapat disana. Selesai sholat kembali naik bis dan menuju lokasi.
HOT BALOON AIR EXPERIENCE
Tak lengkap rasanya kalau berkunjung ke Turki tak menyempatkan diri untuk naik balon udara. Balon udara adalah salah satu atraksi menakjubkan bagi para turis. Mereka bisa melihat keindahan kota serta bebatuan dan formasi batu cerobong peri dari angkasa. Dan naik balon udara di Cappadochia juga merupakan alasanku untuk kembali ke negeri seindah Turki.
Bayangkan usaha yang harus dijalani untuk merasakan sensasi balon udara. Pertama bayarannya yang cukup mahal, setiap orang harus merogoh kocek sebesar 260 US$ ( setara dengan 3,8 juta rupiah). Kedua harus rela bangun sangat pagi (aku malah hampir tidak tertidur sama sekali. Hehee ini sih lain kasus ya) karena sebelum jam 5 pagi, kami sudah dijemput. Dengan mata yang masih ngantuk sebenarnya (di foto tampak jelas mukaku masih muka bantal bangets), tapi rasa kantuk itu terkalahkan dengan rasa penasaran untuk melihat keindahan cappadocia dari atas balon udara.
Sesampai di lokasi ada beberapa balon udara yang terlihat disana, tidak terlalu banyak seperti yang pernah aku lihat di foto-foto tentang Cappadochia di internet. Mungkin hanya sekitar 8 – 10 balon. Ramazan menyuruh kami sedikit cepat karena balon sudah siap diterbangkan. Kami mendekat, dan ada seremonial yang biasa dilakukan sebelum terbang yaitu memperkenalkan pilot yang akan membawa kami, serta foto group. Seorang wanita cantik bernama Buket yang menjadi pilot akan membawa kami terbang ke udara pagi itu.
|
Seremonial sebelum mengudara adalah foto group |
Kami
segera naik ke dalam keranjang. Setiap keranjang terdiri dari 4 ruang
yang bersekat. Aku, Sapta dan Kotada masuk dalam 1 sekat dan disebelah
kami keluarga pak Ary plus ibu Andi Sukma. Selebihnya peserta ada dalam
sekat yang bersebrangan. Sebelum mulai mengudara Buket memberikan
sedikit pengarahan tentang tata cara, dan aturan-aturan yang harus kami
taati selama mengudara, termasuk posisi dan apa yang harus kami lakukan
pada saat landing (landing position). Setelah pengarahan itu balon mulai
mengudara.
Meski
belum dalam ketinggian yang maksimal sensasi sudah mulai aku rasakan.
Kulihat Buket sudah sangat profesional dan mahir mengendalikan laju dan
arah balon. Salut, seorang wanita hebat gumamku dalam hati (sebagai
seorang wanita aku selalu merasa bangga bila melihat ada seorang wanita
yang bisa mengerjakan pekerjaan yang biasanya sebagian besar dilakukan
oleh kaum pria). Komunikasi Buket dalam bahasa Inggris yang cukup jelas
dan sangat baik dalam pengucapan kata-kata. Senang melihatnya. Buket
selalu menjelaskan secara rinci tentang apa yang terdapat di bawah. Aku
takjub....! Terkagum-kagum aku pada sosok Buket.
|
Sesaat setelah balon mengudara indahnya warna-warna balon disekitar kami |
|
Sesaat setelah take off, bis antar jemput masih terlihat di bawah |
|
Jalan raya yang berkelok-kelok diantara batu-batu beraneka bentuk yang tadi pagi gan kemaren kami lintasi |
|
Perkampungan di Cappadochia dan Goreme mungkin juga Dere Suites Hotel ada dibawah sana :D |
|
Sesaat setelah balon mengudara |
Tetapi sayang sekali aku kurang dapat menikmati keindahan dan moment
indah selama di balon ini. Yah...tidak bisa menikmati indahnya
pemandangan dibawah (terutama pada saat kita dibawa turun ke bawah oleh
Buket ke suatu lembah yang paling indah viewnya. Lembah cinta kalau gak
salah...tuh kan sampai penjelasan Buket pun susah kudengar dengan baik)
karena rasa tepo seliro dan saling pengertian group ini agak kurang.
Terutama dalam keranjang yang sekatnya berdekatan dengan kami. Ibu Andi
Sukma yang demikian maniak berfoto membuat Sapta pontang panting
dibuatnya bahkan aku sudah seperti seterikaan belum panas karena harus
kesana-kesini untuk memberikan kesempatan dia mendapat moment foto yang
baik. Keluarga pak Ary pun sibuk dengan mereka sendiri.
|
Bebatuan indah yang terhampar luas di Cappadochia |
|
Ketika balon diterbangkan rendah oleh Buket, di lembah cinta....! |
|
Balon sudah semakin tinggi...dibawah sudah terlihat mengecil |
|
Remang matahari tetapi sunrise sudah lewat beberapa balon terlihat mengudara |
|
Hamparan perkebunan anggur |
|
Entahlah lupa ini lembah apa...ini diambil dari ketinggian yang lumayan |
|
Kotada....in action, dibawah terhampar perkebunan anggur |
|
Tak bisa ambil moment "sunrise" karena kita sudah kesiangan terbangnya |
|
Hamparan perkebunan anggur |
|
Sorotan sinar matahari |
|
Salam 2 jari buat teman blogger yuk ke sini...fantastis loh. |
|
Balon terbang rendah saat di Love valley |
|
Love valley yang sungguh luar biasa indahnya. |
|
Warna balon mengindikasikan perusahaan yang mengelolanya. |
Hmmmmm...mereka sama sekali tidak memiliki tenggang rasa, kalau mereka ingin mendapat moment foto yang orang lain toh pasti mau juga, gak paham arti bergantian. Hiks.... Akhirnya aku cuma diam saja dipojokan bersisian dengan Buket dan ngobrol dengannya, bahkan pas lihat hasil foto yang diambil Sapta gak ada yang pas dan indah (Sapta sudah tidak begitu fokus pada kepentingan diri sendiri lagi karena harus bolak balik pegang camera dan tablet buat motoin mereka). Terutama di bagian lembah cinta. Kalau sekat kami sudah sedemikian sibuknya itu belum seberapa, yang lebih heboh lagi adalah sekat disebelah rasanya mau roboh tuh keranjang. Sampai-sampai Buket harus berteriak “Moving slowly please....moving slowly please! Berkali-kali! Astaghfirullah!
|
Satu-satunya foto kami yang agak bagus diambil atas bantuan Buket. Hmmm...alhamdulillah Lihatlah mukaku masih muka bantal |
Tak terasa akhirnya kami terpaksa harus mengakhiri juga perjalanan yang luar biasa ini. Setelah sekitar 1 jam lebih kita terbang di udara, Buket memberitahukan kita akan segera mendarat (duh cepat amat ya, aku belum puas). Balon mulai turun secara perlahan dan mencari posisi mendarat yang tepat. Dibawah aku melihat ada mobil bak terbuka dan panjang sekali. Mereka memacu mobilnya mengikuti arah balon kami yang terbang rendah. Antara pengemudi mobil dan Buket berkomunikasi melalui Handy Talky. Entah terjadi kesalahan komunikasi atau apa, tiba-tiba balon kami mendarat ditempat yang salah diatas sebuah pohon zaitun. Terhempas lumayan keras, Buket berteriak-teriak memerintah kami segera memegang tali dan merunduk seperti yang telah dia beritahukan pada saat pengarahan diawal tentang “landing position”. Buket terus berteriak-teriak melalui handy talky, dan berusaha untuk membuat kami tenang. Akhirnya setelah mencoba naik sedikit dan mengambil posisi landing kembali, kami mendarat dengan baik. Baru aku paham bahwa seharusnya kami landing diatas mobil bak terbuka itu. Ohhhhh..... seperti itu! Aku mengerti sekarang kenapa Buket berteriak-teriak dengan pengemudi mobil dan crew nya, rupanya dia marah. Pasti sudah terjadi salah komunikasi tadi. Alhamdulillah!.
Setelah merasakan sensasi naik balon udara, kami kembali lagi ke hotel untuk bersiap-siap ke perjalanan selanjutnya. Malam nanti kami akan tetap menginap di Dere Suites Hotel jadi gak perlu bebenah koper untuk diangkut ke bis. Sampai ke hotel kami berganti baju dan sarapan pagi. Jam 9 kami memulai untuk menikmati alam Cappadochia. Hmmm...ketika keluar hotel kami diajak Ramazan berjalan kaki menuju pelataran parkir dimana bis kami menunggu, karena memang bis tak bisa masuk kejalan hotel. Luar biasa dengan kepala yang sedikit puyeng aku menapaki jalan menurun. Tetapi dengan berjalan ini aku bisa menikmati keadaan sekitar hotel. Benar-benar luar biasa...pemukiman seperti zaman batu! Mungkin karena dibawa bergerak dengan jalan kaki yang lumayan jauh aku malah jadi seger puyengnya agak hilang. Peredaran darah lancar kali ya karena bergerak.
|
View disekitar Dere Suites hotel kota batu |
|
Teras di muka kamarku keren sekali kan desain exteriornya |
PASABAG VALLEY, CAMEL VALLEY
Perjalanan pertama hari ini adalah melihat landscape Cappadochia yang sebenarnya telah kami lihat dari balon udara pagi tadi. Cappadocia terletak di lembah, ngarai, dan berbagai macam bentuk bebatuan unik yang terbentuk akibat hujan dan angin yang mengikis permukaannya selama ribuan tahun silam. Penduduk di masa itu memahat batu-batu dan menggali tanah untuk dijadikan tempat tinggal yang menghasilkan penampakan seperti dunia lain. Bebatuan ini terjadi akibat Erupsi gunung-gunung merapi ini terjadi selama 2 milyar tahun yang lalu. Dan karena kondisi alam, dan proses erosi alami oleh tenaga angin dan air berlangsung secara terus-menerus di perbukitan Kapadokya. Gejala alam ini menghaluskan permukaan atap-atap rumah maka menghasilkan bentuk aneh yang disebut dengan ‘fairy chimney’ atau cerobong peri dalam ragam rupa seperti jamur, rucing, topi dan kerucut.
Pertama kali kami berhenti dikawasan bebatuan yang terdapat 3 batu berjejer saling dekat. Batu ini mengisyaratkan sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Lumayan banyak pengunjung yang berhenti di area ini. Aku memandang sekeliling dengan takjub. Matahari sangat terik tetapi hembusan angin menghembuskan hawa dingin sehingga kami sama sekali tidak merasakan terik matahari yang begitu menyengat. Karena di lokasi tempat batu 3 beranak itu sangat ramai Sapta mengusulkan untuk melihat lembah yang terletak diseberang jalan terlebih dulu. Lokasi itu juga sangat indah, baru nanti setelah agak sepi kita bisa ambil foto disini usulnya. Okay! Aku minta izin dulu pada Ramazan untuk menyebrang ke lembah disana. Dia mengizinkan...dan ternyata bu Andi Sukma mengekori kita. Hmmm...bakal gak punya kesempatan berfoto lagi deh.
|
Across the street demi menjauhi berdesaknya peserta yang ambil foto di batu 3 beranak tersebut |
|
Sisi diseberang jalan indah juga |
Puas berpanas ria kita menuju ke suatu sentra pembuatan karpet tradisional Turki. Memasuki gedung tempat pembuatan karpet kami disambut oleh seorang laki-laki setengah baya dengan sangat ramah. Kami dipersilahkan masuk menuju ruangan tempat pembuatan karpet. Masuk menuju ruangan tersebut mataku berdecak kagum melihat desain interior di lorong-lorong jalan menuju ruangan. Gaya penataan ruangnya gaya aku menata interior rumahku. Piring keramik, meja jati ukir...hmmmm aku sangat suka dan berasa “comfort”
|
Lorong tempat display produk |
|
Desain interiornya gaya aku banget |
|
Tumpukan Carpet yang di display ke kami |
Seketika kami masuk kedalam ruangan yang disana terdapat beberapa orang sedang duduk mengerjakan pembuatan karpet. Mataku menatapi mereka dengan awas. Bapak yang memberikan pengarahan kembali bertanya untuk menegaskan apakah kami akan mengambil foto-foto dulu baru mendengar penjelasannya tentang proses pembuatannya atau sebaliknya? Hal ini beliau pertanyakan karena beberapa orang diantara kami (= banyak) sudah sibuk berfoto ria sementara dia menjelaskan. Ramazan menoleh kepada kami mengisyaratkan untuk mencoba medengarkan dulu. Akhirnya bapak tersebut menyelesaikan penjelasannya. Setelah itu kami dipersilahkan melihat-lihat dan berfoto-foto.
|
Pihak factory yang sedang memberikan penjelasan |
Aku sebagai seorang yang sangat mencintai segala sesuatu yang dikerjakan dengan tangan (handicraft) sangat antusias melihat seorang ibu yang dengan sangat telaten menjalin benang satu persatu sehingga membentuk suatu motif yang indah. Dalam pikiranku, “Subhanallah dirajut satu persatu begitu, berapa tahun ya selesainya untuk 1 karpet?” (Secara aku membuat rajutan tas yang tidak begitu besar saja sudah hampir setahun belum kelar juga). Ternyata untuk 1 karpet diselesaikan selama lebih kurang 6 bulan. Hmmmm....aku menghargai jika harga karpet ini mahal. Wajar dan pantas!
Usai melihat-lihat, bertanya dan foto-foto kami digiring ke dalam ruang display. Seperti biasa sambutan yang diberikan adalah mereka menawarkan minuman. Aku memilih minuman teh. Hmmm...teh yang disajikan sangat enak sekali. Entahlah sulit dibahasakan rasanya tapi yang pasti ada rasa madu untuk rasa manisnya. Dengan sabar marketing karpet mendisplay dan menggelar berbagai macam corak, motif, kualitas benang karpet yang sudah jadi. Satu persatu dan semuanya indah. Kami diminta untuk tidak khawatir kesulitan dalam membawanya apabila membeli, karena mereka menjamin akan memberikan service “free shipping atau free expedition” Sayang sekali diantara kami belum ada yang berminat. Mungkin karena karpet belum begitu umum dipakai di Indonesia, paling cuma dipake saat ada acara arisan, pengajian baru menggelar karpet. Terlihat raut wajah kecewa dari marketing pengrajin tersebut.
|
Sapta mejeng di ruang display produk |
Berhubung hari sudah siang dan waktunya makan siang, rombongan segera naik ke bis dan menuju tempat makan siang. Makan siang kali ini disuatu tempat apa ya namanya Ramazan tidak menjelaskan, tetapi kalau di itinerary Dede Effendi Restaurant (aku pernah menyaksikan tempat ini dari acara Demen Makan di TransTV). Saat hidangan pembuka disajikan berupa semangkuk soup yang berwarna putih susu aku mencicipinya melalui ujung lidah. Hmmmmmm....lezat banget. Yummy..... ini soup paling enak yang aku rasakan selama wisata di Turki kali ini, yang kedua adalah di restonya Dere Suits Hotel. Aku menghabiskan semangkuk dengan cepat dan bahkan minta ditambah sekali lagi. Ayoooo...inget dietmu Esi.
|
Menikmati soupnya yang sangat enak |
|
Bengkel penolahan batu menjadi perhiasan |
Meskipun di meja disajikan banyak sekali makanan aku tidak menyentuhnya sama sekali, termasuk salad yang biasa aku selalu sentuh setiap makan. Aku masih asyik menikmati lezatnya soup disini. Tak lama setelah itu hidangan utama muncul, namanya kebab tetapi penyajiannya agak berbeda. Semangkuk hidangan yang terdiri dari potongan daging, sayur dan sebagainya yang disajikan dalam bowl yang terbuat dari tanah (kalau di Indonesia disebut tembikar). Aku segera mencicipinya, hmmm biasa saja, dan tidak sampai setengah aku dapat memakan kebab ini. Dan kompensasinya aku masih tetep minum 1 sachet WRP Diet untuk antisipasi, medan yang bakal ditempuh agak berat hari ini kan? Naik turun lembah. Hehehe.....!
Selesai makan kami segera naik ke lantai di atas resto tersebut, disana terdapat seperti bengkel tempat pembuatan perhiasan yang terbuat dari batu. Jadi ingat Ansyori Silver di Jogya. Dari balik kaca kami menyaksikan proses pengolahan batu dari material kasar menjadi batu perhiasan yang memukau. Setelah puas mengintip proses pembuatan dari balik kaca, kami digiring ke ruang display. Hmmmmm....ini sih tempat gue! Aku suka tempat beginian. Tetapi kali ini cuma buat cuci mata doang ya! Sudah janji dengan diri sendiri selama di Turki gak boleh lapar mata, gak boleh khilaf dan harus mampu mengendalikan emosi buat belanja, karena harus hemat untuk rencana tour Eropa 4 negara next September kan (inget saat tour di Bangkok, pas dibawa ke tempat begini aku khilaf memborong, cincin berlian, Liontin bermata amethyst dan beberapa bross. Bener-bener khilaf).
Sebagian peserta juga hanya melihat-lihat dan hanya pak Ary dan mbak Nuke yang bungkus untuk dibawa pulang. Keluar kami segera mencari masjid untuk sholat.
Kampung Göreme
Dari ketinggian seluruh kawasan Göreme bisa sangat jelas terlihat. Lembah-lembah terukir secara sempurna dan rumah-rumah bebatuan yang berdiri megah merupakan pemandangan yang sangat indah tak terkira. Dijamin, pengunjung akan sangat takjub dan puas dengan keindahan yang langka ini. Sampai saat ini masih banyak penduduk di Goreme dan sekitarnya yang menjadikan gua sebagai kediaman mereka tetapi dengan gaya yang lebih modern.
Sajian bentangan alam yang sangat indah terdiri dari berbagai macam lembah antara lain : Devrent Valley juga dikenali sebagai imagination valley, Love Valley pula boleh dikunjungi selepas Pigeon Valley kerana laluan kedua-dua lembah ini bersambung. Keunikan Love Valley adalah pada bentuk batu-batuannya. Camel Valley, bebatuan yang bila diamati mirip onta, dan ada lagi bebatuan yang menyerupai buaya. Bentuk-bentuk batu di sini unik dan berbagai rupa. Dan boleh main teka-teka ini bentuk apa, itu bentuk apa.
Senang sekali aku di satu tempat di Cappadocia, aku akhirnya menemukan pohon yang dipenuhi Mata Biru yang digantungkan di antara dahan-dahannya sehingga nampak seperti berdaun Mata Biru (Aku pernah melihat foto seorang blogger ditempat ini). Pohon tersebut berdiri tegak di atas suatu puncak lembah yang bernama Pigeon Valley / Lembah Merpati.. Terlihat cantik sekali sehingga ramai para pengunjung Cappadocia berpose di bawah pohon tersebut.
|
Evil Eyes Tree |
|
Kreatif sekali menggantung gentong di pohon, ribuan burung dara terbang di langit tuh makanya disebut Pigeon Valley kali ya? |
|
Banyak banget pohon si mata biru ini di Goreme |
Sesampainya dihotel aku segera mandi sholat Maghrib plus Isya dilanjutkan makan malam, karena lelah tak banyak peserta yang menyantap makan malam kali ini termasuk Sapta, dia langsung tidur. Masuk kamar aku kembali membereskan koper karena besok sebelum jam 8 koper harus sudah stand by di pintu kamar. Kita akan meninggalkan kota Urgup dan Dere Suites Hotel.
1 comment:
Maasha Allah...indah sekali landscapenya. Awesome...awesome!
Post a Comment