28 Maret 2015
Mimpi... Jangan pernah berhenti dan lelah untuk bermimpi. Karena dengan mimpi kita akan memiliki suatu kekuatan luar biasa untuk menggapainya. Itulah yang terjadi. Ketika aku mengikuti serial sinetron
Kupinang Kau dengan Bismillah yang ditayangkan di SCTV, aku mulai bermimpi.
Sinetron ini menceritakan rangkaian kejadian mempertemukan dua anak manusia Amar (Dimas Anggara dan Nirvana (Natasha Rizki) di Negara 1001 Masjid, Turki. Persamaan mereka hanya satu: Warga Negara Indonesia. Amar adalah santri soleh asal Situbondo yang mendapatkan beasiswa untuk memperdalam agama Islam di kota Istanbul. Sedangkan Nirvana seorang fashion designer glamor yang sedang berlibur di Turki. Sikap dan nilai hidup yang berlawanan ini kerap mendatangkan konflik di antara mereka berdua. Masalah makin keruh dengan munculnya Nordin (Ramzi) teman sekamar Amar yang menafsirkan Islam secara sempit, agama disikapinya dengan cara yang sangat fundamental. Namun perlahan-lahan, Nirvana mulai simpati melihat kerendahan hati dan ketaatan Amar beragama. Keyakinan Amar bahwa Nirvana merupakan jodohnya semakin menguat dan memberikan dirinya keberanian untuk segera meminang Nirvana.
Lokasi screenplay berlangsung sungguh menyentuh hatiku. Maa sya Allah begitu indah : pelabuhan tempat penyebrangan laut Marmara di selat Bosphorus, Background Blue Mosque, Hagia Sophia, dan berbagai tempat lainnya yang tidak kukenal namanya. Aku terpesona dan sungguh takjub, scenery yang sangat indah (awesome). Maka sejak itu aku bermimpi “suatu saat aku harus kesana!”.
Biaya punya.. tetapi bertahun mimpiku belum dapat terealisasi. Mulai dari begitu sulitnya mencari travel agent, lalu juga mencari teman yang mau diajak bergabung. Sebagian travel agent yang menginginkan batas minimal jumlah peserta yang harus mencukupi untuk 1 group travelling. Atik, Ita, Acep, Ade, Tami, Bunga aku tawari, dan semua menolak meskipun hanya menyediakan badan saja, tanpa harus memikirkan biaya. Aku menyanggupi untuk menanggung semua. Ahhhhh... aku hampir putus asa!
Bahkan akhir tahun kemaren harapanku seolah muncul kembali ketika O'im menawari ikut group travelling mbak Wenny ke Turki. Aku sudah mendaftar. Namun akhirnya tidak ada kabar berita lagi tentang rencana travelling ini dari mbak Wenny. Mungkin saja jumlah minimal pesertanya kurang (20 orang). Lalu masih ada lagi harapan yang kujalin. Travel umroh Tazkia menawari travelling umroh plus Turki di bulan Februari 2015 dengan biaya 3950 US$. Aku gembira (karena di Palembang memang jarang ada umroh plus seperti ini), tapi kembali batal dengan alasan tidak ada kawan. Hmmm... aku pasrah. Pikirku kalau belum rezeki tentunya gak akan terjadi.
Namun bila Allah telah menulis dalam kitab kehidupanku semua tetap akan terjadi. Tanpa diduga suatu hari (Selasa) diakhir bulan Januari uni Yulimar menelpon bercerita bahwa dia habis berbelanja di toko peralatan umroh dan haji “Arofah”, katanya dia membaca pamplet penawaran umroh plus Turki yang direncanakan tanggal 27 Maret 2015, biaya 2900 US$. Hmmm... belum selesai bicara aku langsung memotong, “Kita daftar yuk uni!” Kata-kataku keluar begitu saja, tanpa memikirkan panjang. Uni mau tetapi masih mau mencari kalau-kalau ada travel agent yang biayanya lebih murah. Setengah ngotot aku menjelaskan bahwa aku sudah puas mencari dan inilah yang termurah. Tanpa butuh waktu lama hari Jum'at kami langsung mendaftar.
Masih ada sedikit keraguan apakah umroh plus ini akan jadi berangkat (mengingat aku juga pernah mendaftar di travel agent Ar-Rohmah umroh plus Turki, persyaratannya peserta minimal harus 30 orang, karena tidak mencukupi tak ada kabar berita lagi).
“Din ada batasan minimal jumlah peserta gak?”, tanyaku pada Dina petugas administrasi Arofah Travel
“Gak ada bu, 10 orangpun kita tetep berangkat, karena bagi travel Arofah ini untuk pertama kalinya mengadakan menyelenggarakan umroh plus. Insha Allah yang punya travel suami isteri juga akan ikut” balasnya.
“Sampai sekarang sudah berapa orang yang mendaftar?”, tanyaku lagi dengan rasa khawatir.
“ 7 orang”
Ahaaaaaa.....Hmmmmm... aku tersenyum pasti. Akhirnya..... mimpi ini akan jadi nyata!
TURKI SUDAH DIDEPAN MATA
Begitu yakin keberangkatan travel ini sudah hampir pasti, aku menyiapkan segala sesuatunya dengan suka cita. Mulai dari browsing seluruh tata cara, regulasi, dan tips-tips berwisata ke Turki, sampai mempersiapkan busana yang tepat selama travelling, karena pada hari-hari kami disana cuaca di Turki masih dalam musim dingin menuju musim semi. Sampai regulasi aturan pesawat Turkish Airline mengenai bagasi, muatan dan ukuran koper yang boleh dibawa ke kabin. Lengkap sekali! Clinnnng... senyumku merekah.
DEPARTURE
Aku start keberangkatan dari rumah ibu Angga, karena sebagai kakak tertua dia adalah perwakilan orang tuaku sejak mama meninggal, pamit pada papa telah aku lakukan seminggu yang lalu. Kamis 27 Maret 2015 jam 15.30 WIB menumpang pesawat Garuda rombongan mulai meninggalkan Palembang. Sekitar jam 16. 45 kami istirahat sejenak sekalian makan malam di “Solaria Resto dan Cafe” terminal 2D bandara Soeta. Bergantian dan berburu waktu melakukan sholat maghrib dijamak Isya. Akhirnya tepat pukul 21.30 WIB melalui Boarding Gate D6 pesawat Turkish Airline TK-0067 membawa kami meninggalkan Indonesia menuju negeri impianku. Di kursi No-19F aku tersenyum manis...”Turki I will come...it is real. My dream comes true” Hmmmm...Hmmm.
|
Start meninggalkan rumah |
|
Perkenalan pertama dengan seluruh peserta di bandara SMB 2 Palembang |
|
Just arriving di bandara SOETA |
Secara seorang pengamat dan penulis banyak yang aku catat dalam hati mengamati pelayanan Turkish Airline ini. “Stewards and stewardesses” nya agak kurang ramah bila dibandingkan Garuda. Senyum saat welcome dan menawarkan makanan sangat hambar dan terpaksa. Ahaaa... Indonesia is my lovely country for sure! Bahkan sejak dalam pesawatpun aku sudah mulai belajar merasakan hidangan masakan ala Turki. Hmmmm...
|
Menu makan malam ala Turki yang disajikan di pesawat |
|
Pramugari Turkish Airline |
Sempat transit di 'Changi Airport “ selama 1 jam. Hahaaa... setengah kesal wong cuma turun dan muter pindah masuk pintu doang, bagasi kabin harus diturunkan. Dan di X-ray check in juga yang sungguh ribet dan kembali dinaikkan ke kabin. Resek....! Tapi itulah regulasi dan harus diikuti.
|
Kesibukan dipesawat saat harus transit di Changi |
|
Sebelum antri di X-ray control masih sempet mejeng dulu kita |
Setelah menempuh penerbangan 16 jam sekitar jam 5.00 waktu Istambul
pesawat kami mendarat di Ataturk Airport. Udara dingin menyergap ketika
aku keluar dari pesawat melalui belalai gajah. Semua dinding berlapis
kaca. Terasa megah, aku berhenti sejenak dijembatan belalai gajah
tersebut mengambil foto pemandangan dibawah area landas Ataturk Airport,
sembari menunggu rombongan yang belum terlihat. Melewati pasport
control tibalah di area arrival. Tidak juga terlalu indah sih, bagiku
agak mirip dengan arrival/departure area bandara Juanda Surabaya. Tapi
tetep foto-foto.
|
Area landasan pesawat di bandara Ataturk diambil dari atas sesaat keluar dari badan pesawat |
|
Arrival area |
Sebagian rombongan ada yang mengurus bagage claim, ke toilet dan yang
pasti banyak yang foto-foto juga. Setelah semua urusan selesai mulai
keluar menunggu di area luar tempat penumpang menunggu jemputan. Disini
para peserta mulai agak rame, soal money changer. Kasian juga ternyata
mereka belum tahu informasi kalau di Turki uang rupiah itu tidak
diterima alias tidak laku. Ketika aku menjelaskan banyak peserta yang
sulit percaya keteranganku, termasuk perwakilan travel agent yang dari
Jakarta (mbak Iin). Gimana sih kok travel agentnya sendiri gak paham
aturan negara yang akan dikunjungi. Hadehhhh....Yach... terserahlah mau
percaya atau tidak itukan informasi yang kudapat dari google ujarku.
Perwakilan travel agent dari Jakarta sepertinya juga belum pernah
terbang keluar negeri, karena sejak dari Soeta dia salah antri pada saat
Pasport Control (antri di tempat foreigner). Aku diam saja, dengan
cibiran seolah tak percaya. Akhirnya setelah ditolak oleh money changer
barulah mereka percaya. Beruntung mereka masih bisa menarik uang di ATM
counter.
|
Sementara peserta lain sibuk menukar uang dan menarik uang dengan mata uang Turki, kita yang sudah prepare sebelum berangkat foto-foto dulu |
Cukup lama menunggu, tiba-tiba seseorang menepuk pundak dan menyapaku,
“Ini group dari travel mana”, sedikit menoleh aku melihat seorang wanita Turki mengenakan jeans dengan style busana sportif.
“Arofah”, jawabku.
“Ohhhh... ini rombongan saya, saya tourist guidenya” ujarnya lagi
Setengah tidak percaya melihat wanita itu bisa berbahasa Indonesia dengan sangat fasih. Cansu seorang wanita Turki berusia 27 tahun, sangat mencintai Indonesia. Orangnya ramah dan sangat bersahabat.
WISATA DIMULAI
Tanpa harus check in hotel, perjalanan untuk hari pertama langsung dimulai. Diawali dengan sarapan di “Warung Nusantara” sebuah resto kecil milik seorang wanita Indonesia bernama Mely yang menikah dengan laki-laki Turki. “Taste” makanannya biasa-biasa saja, cukuplah mengisi perut yang lapar. Menurut Cansu hanya sekali inilah kami menemukan masakan Indonesia. Selanjutnya sampai hari terakhir kami harus mau dan bisa makan masakan ala Turki. Hmmmmm....kebayang deh!
Perjalanan pertama kami menuju ke pelabuhan ferry yang akan menyebrangi laut Marmara melintasi selat Bosphorus, karena schedule hari pertama kami akan menginap di bagian Asia kota Turki yaitu Bursa City. Selat Bosphorus adalah selat yang membelah Turki menjadi dua bagian, yaitu negara yang berada disisi Asia dan sisi Eropah. Udara dingin sangat menyengat sudah terasa meski kami berada didalam bis sejak kami mulai memasuki area pelabuhan. Dingin semakin terasa menggigit begitu kami turun dari bis untuk naik keatas geladak kapal. Dari monitor yang didisplay di kapal temperature udara sekitar 5 derajat Celcius.
Dari geladak kapal pemandangan kota Istanbul sisi Eropa dan sisi Asia yang berselimut kabut tipis, masih saja tampak indah, dengan ditingkahi sejumlah burung camar yang berterbangan di sekitar kapal. Sekali-sekali angin berhembus kencang menghembuskan udara yang sangat dingin, beruntung aku memang sudah sangat siap untuk mengatasi kondisi ini. Sweater wool tebal dan sarung tangan wool tebal juga, sehingga aku sangat menikmati hembusan angin.
|
Udara dingin semakin terasa ketika Fery mulai berjalan |
|
Anak laki-laki dua beradik yang menggemaskan |
|
Putri cantik dari Pakistan yang berwisata ke Turki hanya berdua dengan bapaknya |
|
Bayi imut yang lucu |
Penumpang kapal cukup ramai, mereka adalah turis-turis yang datang dari berbagai negara. Aku sempat berkenalan dengan anak-anak wisatawan yang tiba-tiba saja merasa dekat dengan aku. Hmmm... Bahkan ada rasa haru disaat kapal mulai merapat untuk sandar, kami harus turun lagi kebawah masuk ke bis. Baru saja akan mencari bis, tiba-tiba ada yang berteriak “Beautiful mom, please take a picture for the last”. Aku menoleh dan kulihat 2 orang ABG yang berasal dari Aljazair yang tadi kutemui di resto kapal tersenyum dan melambai kearahku. Aku menghampiri mereka mengambil foto.
|
ABG asal Aljazair yang juga kakak dari bayi imut tadi, mencariku untuk foto bareng. Bahasa Inggris mereka lumayan bisa dipahami |
Ada rasa yang tak bisa kuungkapkan, aku bahagia...karena sepanjang perjalanan ini banyak sekali orang asing baik anak-anak maupun cukup dewasa begitu tertarik dan bersikap ramah mendekatiku. Ya Allah aku hampir kehilangan kepercayaan diri bahwa aku adalah orang baik-baik. Sejak “terrible case” yang dihembuskan oleh M dan A itu aku bahkan hampir menghukum diriku sendiri. Tapi kini didepan mata manusia aku menjadi sosok yang “adoreable”.
Bahkan ada kenangan indah yang terjadi selama perjalanan ini. Tanpa sengaja aku menemukan sosok teman perjalanan yang menyenangkan. Ronaldo (Edo), seorang mahasiswa semester 6. Aku tidak ingat darimana asalnya sehingga kami tiba-tiba menjadi “couple” yang seia sekata bahkan dimana ada aku disitu ada Edo. Aku sama sekali tidak ingat! Tapi yang menjadikan kami selalu bersama hanyalah kesamaan ide, kesukaan dan pandangan. Aku suka fotografi dia juga. Ternyata teknik cara kami mengambil view selalu satu pendapat. Lantas tentang kesigapan dan sebagainya sebagainya semua sama. Alhamdulillah karena sebelum berangkat aku sudah khawatir tidak menemukan teman perjalanan yang seide, terutama dalam pengambilan moment foto untuk dokumentasi.
Sebelum memasuki Green Mosque, karena hari sudah cukup siang kami masuk kedalam restaurant yang tak jauh lokasinya dari Green Mosque. Ini hari pertama kami menyantap makanan full ala Turki, karena makan malam tadi masih ada nasi dan selera Indonesia, sedangkan sarapan paginya masih bisa memilih sesuai selera.
Memasuki restaurant aku terpesona penataan design interiornya. Gua banget... Jati, feminin dan juga keramik. Hmmmm...sukaaa...
|
Kursi jati warna kayu, piring keramij dan desain gorden yang feminin selera gua bangets |
|
Desain gordennya feminin sekali |
|
Lantai keramiknya cukup unik |
|
Menu pembuka soup dan salad |
|
Menu utamanya, masih belum fasih lidahku menelannya tapi berusaha dimakan biar dikit |
|
Expressi kedinginan karena sehabis sholat tapi belum sempat pake sarung tangan karena sudah dipanggil buat kumpul |
GREEN MOSQUE (= Yeşil Camii)
Yeşil Camii dibangun pada 1421 oleh Sultan Mehmed I, yang telah bersatu kembali dengan kekaisaran Ottoman setelah perang saudara sebelas tahun. Yesil dalam bahasa Turki berarti hijau. Lingkungan masjid ini terpisah dari pusat kota di tepi sungai Gok Dere. Disebut Yeşil Camii (Masjid Hijau) diambil dari ciri khas interiornya yang terbuat dari keramik berwarna hijau-biru (turqoise). Turqoise identik dengan kota Bursa.
|
Area entrance Green Mosque |
|
Tampak samping sebelum area entrance |
|
With Fika isteri pemilik travel Arofah |
|
View inside yang sebagian besar terbuat dari keramik Turqoise |
|
Men prayer area |
|
Dinding di Women prayer area |
|
View bagian dalam diambil dari pintu masuk |
|
Bangku taman dihalaman depan mesjid dengan pohon gundul merupakan kombinasi view yang menarik |
|
Hujan rintik dan langit gelap gak jadi halangan untuk tetap mengabadikan lokasi ini |
|
With Cansu , tourist guide yang ramah dan tegas |
|
Di depan pintu masuk mesjid |
|
Tugce, cocok ya jadi anakku karena mukanya sama-sama lebar. Mirip...kata ibu-ibu lain. |
|
Pemandangan dari sisi yang berbeda di depan mesjid |
Yesil Camii dan Yesi Turbe adalah tempat wisata yang paling terkenal di Bursa yang terlihat jelas dari seluruh Bursa, makam duduk di atas bukit dan tercakup dalam ubin monokrom warna terang-hijau yang unik. Kompleks masjid paling terkenal inipun didekorasi dengan keramik turqoise. Seluruh lingkungan bernama "Hijau". Untuk menambah keindahan alam sekitar ada sejumlah dermawan taman dan pohon-pohon, dan kota ini dikelilingi oleh pemandangan hijau di kaki Gunung Uludag.
Tepat di belakang masjid dan lanjut ke atas bukit, adalah Yesil Türbe. Makam segi delapan ini memegang sisa-sisa kejayaan Mehmed II, dan mungkin bahkan lebih mencolok daripada masjid itu sendiri. Didalam masjid ini aku sempat melakukan sholat Dzuhur sekalian jamak Ashar. Setelah sholat aku masih berkeliling diruang dalam masjid menyaksikan keindahan interiornya, setalah itu menghabiskan waktu dengan berpose di tengah keindahan area sekitar masjid. Halaman dan rumah teh sekitarnya, juga indah, dan memiliki pemandangan menghadap ke lembah. Viewnya sungguh “awesome” Masya Allah! Meski hujan rintik dan cuaca dingin tidak membuat aku surut untuk berpose mengambil sudut-sudut terindah view sekitar masjid ini.
|
Makam Sultan Mehmed I |
|
Keramik Turqoise yang menjadi desain interior di dalam makam |
|
View di depan makam |
|
Pemandangan area sekitar mesjid dan makam |
|
Menuju pintu keluar komplek mesjid dan makam kulihat deretan bunga Tulip yang mulai muncul kuncupnya. Suka! |
SILK MARKET
Setelah puas menikmati keindahan pemandangan di area Masjid hijau, kami melanjutkan schedule perjalanan kedua yaitu Silk Market, suatu area pertokoan yang menjual “handicraft” khas Turki. Karena menghemat waktu kami tidak berkeliling di area pertokoan disini. Cansu langsung mengantar kami kesuatu toko yang sudah punya hubungan dengannya. Menurut Cansu jika ingin membeli sovenir/oleh-oleh handicraft lebih baik membeli disini karena semua produk adalah asli produk Turki dan semuanya handmade.
Memasuki toko ini aku sangat takjub pernak-pernik hiasan untuk melengkapi interiuor rumah sungguh sangat cantik dan indah (hobbyku mengumpulkan/mengkoleksi pernik-pernik interior rumah). Aku berkeliling toko hingga lantai 3 yang merupakan area menjual produk busana. Sebelum berangkat ke Turki aku sudah punya target harus membeli oleh-oleh khas Turki meski cuma 1. Tidak terlalu banyak aku hanya membeli 2 buah piring keramik, 1 ukuran besar seharga 79 lyra, dan 1 ukuran kecil seharga 20 lyra dan beberapa keramik seperti guci. Kalau gak bisa menahan emosi pingin dibawa pulang semua, karena semuanya indah dan keren.
|
Pelayan tokonya cantik dan ramah, bahasa Inggrisnya bagus |
|
Pelayan tokonya suka cita diajak foto bareng. Nice! |
|
Awal deket sama Edo ya disini.. |
|
Lihatlah handycraftnya cantik semua...bagaimana aku dapat membawa pulang semua ini. Koperku ohhh tidak! |
|
Cantik...cantik...gak bisa beli cukup difotoin buat dikenang |
|
Area pertokoan di Silk Market |
Selesai berbelanja dan window shopping di silk market kita langsung menuju hotel, cukup lelah karena sejak dari keberangkatan di Indonesia kita belum sempat istirahat sempurna. Hotelnya agak jauh tetapi berlokasi di pusat kota Bursa. Sayangnya hujan cukup deras sehingga kita gak bisa window shopping di toko-toko sekitar hotel. Padahal yuk Galuh dan uni Elly berniat untuk mencari coat, mereka yang memang tidak punya alias gak siap membawa.
Tapi daripada kecewa karena udah dandan untuk JJM (Jalan jalan Malam), kita obati dengan action lagi, ditengah hujan yang lumayan deras bukan halangan untuk foto di pinggiran jalan raya yang sangaaat indah dimalam hari. Kerlap kerlip lampunya indahhhh....
|
Teman sekamar uni Yulimar dan yuk Galuh (orang PLN) |
|
Tetap senyum meski tanpa coat dan kedinginan |
|
Di depan hotel |
Setelah foto-foto kita langsung naik lagi kekamar, bersihin make-up dan tidur persiapan packing untuk hari kedua besok, karena kita akan pindah ke Istambul yang merupakan sisi Eropa nya Turki.
No comments:
Post a Comment