Thursday, 31 March 2016

AMAZING TURKEY DAY 8 BOLU VAN HOTEL, SULTAN EYUP CAMII, PIERE LOTTI CAFE, SPICE BAZAAR, YENI CAMII, BOSPHORUS CRUISES

Kamis, 03 Maret 2016
Setelah sarapan tepat jam 7.30 kami sudah mulai melanjutkan perjalanan ke Istambul, jarak antara Bolu dan Istanbul dalam kondisi lalu lintas yang biasa akan memakan waktu sekitar 3 jam. Sepanjang perjalanan ini beberapa kali kami mampir ke rest area, aktifitas yang umum dilakukan adalah toilet visiting, karena udara yang sangat dingin disertai hujan yang cukup lebat menyebabkan aku dan juga sebagian peserta harus sering ke toilet.


Sayonara Bolu Van Hotel

Sejak kemarin aku merasa sudah sangat lelah dan bosan dengan trip ini. Sudah sangat kangen rumah! Berdasarkan pengalaman trip kali ini Aku menyimpulkan bahwa trip selama 10 hari itu terlalu lama dan bosan, menurut hematku yang paling pas adalah 5 day 4 night atau maksimal 7 day 6 night. Analisisku perjalanan ke Turki ini cukup sampai selesai trip ke Cappadochia di hari ke 6 kemaren. Selebihnya itinerary yang gak begitu penting, objek wisatanya juga tidak begitu menarik, apalagi untuk 2 hari terakhir full schedule shopping, bener-bener wasting time dan budget tentunya. 

Perjalanan ke Istabul memakan waktu yang lebih lama diluar prediksi, ini disebabkan kondisi lalu lintas yang macet parah. Menjelang tengah hari kami menuju suatu resto lokal yang menyajikan menu sayap bakar, Buhara Restaurant. Harus melakukan sedikit perjuangan mencapai resto ini, berjalan cukup jauh ditengah hujan menyusuri lorong-lorong pertokoan. Sesampai di resto sembari menanti menu disajikan mataku tertuju pada dapur resto. Aku melihat sebuah lobang menganga seperti sumur dengan bara api membakar. Rupanya di situ adalah tempat pemanggangannya. 

Dapur resto dengan tungku pembakaran seperti sumur
Roti tipis dan krispi, jika dimakan saat masih panas. Bila dingin melempem dan sensasinya hilang

Menu yang pertama kali disajikan adalah roti yang berbentuk tipis lebar yang ketika dimakan terasa sangat krispi. Aku menyantapnya beberapa dengan mengolesi dengan sajian seperti sambal terasi tapi bukan, entah apa rasanya asam asin. Enak.... tapi bila dibiarkan agak lama (5 menit) roti tersebut akan segera layu alias lempem dan hilang sensasinya. Setelah merasakan sensasi roti yang krispi, menu utamapun datang. Potongan-potongan sayap kecil yang disediakan lumayan banyak (6 – 7 potong) per porsi. Rasanya seperti ayam bakar kecap meski tidak ada kecapnya, rasa manis mungkin dari madu. Aku menyantap habis jatah 1 porsi ayam bakar tersebut ditemani separuh porsi dari nasi gurih yang disajikan. Recomended deh cita rasa menu di resto ini. 

Keluar resto kita harus jalan lagi ditengah rintik hujan menyusuri lorong-lorong pertokoan yang cukup rame menuju bis. Selanjutnya kita akan sholat dzhur (jamak Ashar pastinya) dan ziarah ke masjid Sultan Eyüp. 

Masjid Sultan Eyüp 
Kunjungan pertama di hari ke-8, adalah mengunjungi masjid Sultan Eyüp. Masjid Sultan Eyüp merupakan masjid pertama yang dibangun oleh kesultanan Turki Ottoman setelah penaklukan Konstantinopel di tahun 1453. Di dalam kompleks masjid terdapat makam Abu Ayyub al-Ansari yang juga dikenal dengan nama Khalid bin Zaid Al-Anshari. Masjid Sultan Eyüp (Turki: Eyüp Sultan Camii) terletak di distrik Eyüp dari Istanbul, di luar tembok kota dekat Golden Horn. Bangunan ini berasal dari awal abad ke-19. 

Sultan Eyüp adalah salah satu sahabat yang diyakini wafat dan dikebumikan di Istanbul. Dalam sejarah Islam diceritakan bahwa beliau membuka pintu rumahnya ketika Rasul hijrah ke Madinah. Sebelumnya Rasulullah sudah memuji sosok yang akan menaklukkan ibukota Byzantium ini. Dalam satu sabdanya, Baginda Rasul berkata, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.“ (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335) 

Lokasi makam beliau awalnya tak diketahui. Penasihat spiritual Sultan Mehmed II, Syeh Aksemsettin mengetahui keberadaannya lewat mimpi. “Aku mendengar baginda Rasulullah SAW mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut dan aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik pemimpin yang mana dia akan memimpin sebaik-baik pasukan seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda.”

Desain Attic dari Sultan Eyup Camii, kermaik biru yang cantik
Bagian dalam Eyup Camii
Sultan Eyüp diyakini telah meninggal selama pengepungan Arab pertama Konstantinopel di 670s. Makamnya sangat dihormati oleh umat Islam dan menarik banyak peziarah. Makam Sultan Ayub Al Anshari terletak di sisi utara dari sebuah halaman di seberang pintu masuk utama ke ruang doa dari masjid. Dinding makam menghadap masjid dilapisi keramik khas berwarna biru dengan motif yang sangat indah .

Dinding keramik biru di gedung tempat pemakaman Khalid bin Zaid Al-Anshari.Ini yang ambil foto asal  karena sudah diteriakin untuk kembali, berdiri aja belum lurus mata masih merem, arrggghhhh...bener juga ya aku kan minta objek dan orangnya abaikan saja

Pengunjung sangat padat di masjid ini, setelah menyelesaikan sholat aku ikut dalam deretan antrian pengunjung untuk masuk dan ziarah ke makam Khalid bin Zaid Al-Anshari, membacakan doa dan segera keluar agar pengunjung lain yang antri dapat masuk. Diluar mesjid aku kebingungan karena tak melihat Sapta ataupun Kotada, padahal aku ingin sekali berfoto. Sempat minta tolong Dhana untuk ambil foto, tetapi baru foto 2 kali raut wajah mbak Nuke agak kurang senang (Aku memang baper-an orangnya, melihat wajah jutek jadi gak enak hati).

Dua orang turis dari Rusia kalau gak salah, yang awalnya minta difotoin dan akhirnya minta foto bareng, mereka takjub dengan cara aku pake jilbab. Hmmmm...biasa aja kalee (inilah foto yang minta tolong Dhana memotonya)

Aku cuma melihat-lihat saja sambil sesekali membantu wisatawan asing yang minta tolong difoto. Lucu wisatawan asing sangat takjub dengan gaya pakaianku, sampai jilbabku dipegangin, mungkin dia nanya gimana sih cara pakenya. Aku menjawab dengan senyuman saja, terakhir mereka minta foto bareng (foto bareng inilah aku minta tolong Dhana dan wajah mbak Nuke langsung asam, padahal cuma sekali ini loh..... ya Allah). Setelah bengong beberapa saat Sapta dan Kotada muncul rupanya mereka sengaja menunggu aku di pintu masuk pertama kali kami di drop. Yah...karena waktu kunjungan sudah harus berakhir aku hanya sempat pose dikit dan hasil fotonyapun terlihat bahwa terlalu buru-buru. 

Pengunjung yang cukup ramai
Kebagian juga yang disekitarnya agak sepi
Halaman depan Sultan Eyup Camii

Keluar dari komplek mesjid Sultan Eyüp kami antri untuk naik “cable car”, perjalanan di atas kereta gantung melintasi dalam kota dan dibawahnya terdapat pemakaman orang-orang terkenal (tempat pemakaman mahal alias elit). Kukira kita naik cable car karena untuk menyebrang ternyata tidak. Entah apa tujuan kita naik cable car ini, hanya 10 – 15 menit kita kembali lagi ke tempat awal kita naik

PIERE LOTTI COFFEE SHOP
Pierre Loti (1850-1923) adalah seorang pengelana dan novelis legendaris asal Prancis. Loti terpikat oleh sihir keindahan dunia Timur. Ia pun berkelana ke kota-kota legenda yang dikatakannya sebagai penjelmaan mimpi: mulai dari Fez, Rabat, Tunis, Kairo, Alexandria, Sinai, Sahara Arabia, Jerusalem, Galilea, Damaskus sampai akhirnya berlabuh dan menghabiskan sisa usianya di Istanbul, kota yang paling ia cintai dari kota-kota lain yang pernah ia singgahi.

Di kota dua benua ini, Loti memiliki tempat favorit untuk merenung, menghabiskan waktu dan menuliskan novel-novelnya, yaitu di atas puncak bukit kompleks pemakaman Abu Ayyub Al-Anshari (Sultan Eyüp . dari atas sana, pemandangan kota Istanbul terlihat indah menghampar, dengan langitnya yang biru, dengan selat Tanduk Emas(Golden Horn) dan Bosphorusnya yang berkelok-kelok, dengan ratusan kubah dan menara yang menjulang indah.

Pemandangan dari Bukit Piere Lotti
Apakah karena langit mendung dan gelap sehingga gak dapet pemandangan yang indah seperti cerita orang?

Di puncak bukit terdapat semacam cafe yang menyajikan minuman khas Turki, pelayan segera menawarkan kepada kami untuk memilih jenis minuman khas Turki. Aku memilih nescafe latte karena tidak terlalu suka dengan cita rasa kopi Turki yang sangat pahit. Memandang sekeliling tak nampak pemandangan indah yang diceritakan beberapa blogger. Mungkin karena hujan dan mendung yang menghalangi pandangan. Aku melihat deretan kursi dan keadaan tanaman disekitar cafe tidak tersusun rapih, sangat berbeda dengan suasana di Camlica Hill yang benar-benar indah dan rapih. Ketika aku tanyakan ke Ramazan dia bilang untuk masa sekarang pemandangan di Camlica Hill sedang tidak bagus (mungkin juga ya di musim dingin kan semua pohon jadi gundul). Puas menikmati kopi kami harus melanjutkan perjalanan.

Sebuah cafe yang menyediakan minuman khas Turki, kopi, teh dan coklat
Jamuan minum kopi Turki di Cafe Piere Lotti. Aku cuma pilih nescafe gak sanggup minum kopi Turki pahittt dan kental sekali.

SPICE BAZAAR
Tujuan selanjutnya adalah shopping time di Spice Bazar (hmmm...untuk tiap tour aku paling tidak suka dengan schedule shopping time, aku paling gak suka belanja. Sehari-hari aja aku selalu belanja online kalau harus beli sesuatu).

Spice Bazaar atau disebut juga Misir Carsisi, seperti pada papan di gerbang masuknya tertulis bahwa berdiri tahun 1664, disebut juga Egyptian market. Ini merupakan pasar terbesar ke dua setelah Grand Bazaar. Lokasinya di daerah Fatih, dekat dengan Eminonu, dan satu area atau satu bagian dengan Yeni Camii, atau masjid baru. Cukup melangkahkan kaki beberapa langkah saja ke sebelah kanan Spice Bazaar kita akan memasuki halaman masjid tersebut.

Yeni Camii
Udaranya tuh biasa aja disini tapi anginnya tuh menusuk hatiku dan tulangku
Pengunjung yang berkeliaran cukup banyak

Ratusan burung yang mangkal di pelataran masjid ini
Istirahat dan berlindung dari teriknya matahari
Barang-barang yang dijual di Spice Bazaar, hampir sama saja dengan yang terdapat di Grand Bazaar. Hanya saja di Grand Bazaar memang lebih lengkap. Seperti yang aku lihat sekilas, untuk produk kerajinan kulit seperti jaket, tidak terlihat di pasar ini. Namun, souvenir, t-shirt, keramik, makanan seperti turkish delight dan baklava, bumbu-bumbu, pashmina, tas, peci, perhiasan emas, perak dll, semua ada di sini. Sama saja dengan di Grand Bazaar, di sini juga diperlukan keahlian menawar.

Memasuki pertokoan Ramazan segera membawa kami ke sebuah toko milik temannya. Toko ini menyediakan berbagai rempah-rempah herbal, penganan khas Turki. Tadinya aku tertarik untuk membeli shafron. Karena ada tawaran discount jika membeli 5. Beberapa orang diantara kami sepakat untuk bergabung beli biar dapat discount, mbak Nuke, mbak Ris cs, Dan setelah dilihat lagi semua mundur teratur. Mahal sekali untuk kemasan 10 gram seharga 600 TL. Haaaaaa....tadinya dikira 60 TL.

Aku langsung ke luar dari toko tersebut karena tidak berminat untuk membeli apapun. Rempah, minyak zaitun dan turkish delight sudah kubeli dalam perjalanan ke Pamukkale kemaren. Sempat melihat-lihat ke lorong-lorong pertokoan, semua biasa-biasa saja dan tidak ada satu pernikpun yang membuat aku tertarik. Akhirnya kami bertiga keluar pasar, dimuka gerbang aku lihat bu Andi Sukma juga sedang bengong sendirian diluar. Akhirnya si ibu foto-foto bersama Kotada dan aku sempat bermain-main memberi makan merpati yang berkumpul di halaman mesjid Yeni. Cukup lama rasanya menunggu mereka yang semuanya doyan belanja. Terik matahari sore dan dinginnya hembusan angin sangat mengganggu, aku segera mencari tempat istirahat dan berteduh dibangku taman di pinggiran depan Yeni Camii , mengamati pengunjung yang ramai dan lalu lalang.

Berbagai ramuan dan rempah herbal
Extract herbal dan minyak-minyak
Bumbu dan rempah khas Turki
Lorong-lorong pertokoan, sedang mencari yang gak dijual :D
With Bu Andi Sukma, awalnya jutek nih si ibu tapi lama-lama jadi deket juga dia
Yeni Camii

DINNER DAN BOSPHORUS CRUISES
Schedule terakhir trip hari ini adalah makan malam dan Bosphorus Cruises.Hari sudah menjelang Maghrib ketika kami sampai ke te dermaga kapal. Angin dingin yang menghembus kencang dipinggiran dermaga sangat menusuk tulang. Satu persatu kami naik ke kapal. Kapal yang kami tumpangi terlihat lebih mewah tetapi jauh lebih kecil dari yang pernah kami tumpangi tahun lalu saat group tour kami melintasi Bhosphorus (bayangkan yang dulu jauh lebih besar saja aku merasa sangat sempit dan sulit untuk ambil foto, apalagi yang ini).

Dermaga, bergegas untuk masuk kapal niar gak kedinginan
Begitu masuk kekapal dibagian tengah kulihat meja makan panjang dengan sajian yang penuh. Aku tidak tertarik sama sekali. Yang aku cari adalah lokasi dan posisi agar aku dapat mengambil foto view di sekitar Bosphorus. Aku segera naik ke geladak setelah menemukan anak tangga. Tetapi lagi-lagi sangat sulit. Ombak besar, angin kencang dan peserta yang banyak dan gak punya rasa pengertian untuk bergantian membuat aku sulit sekali ambil foto. Hmmmm...aku sangat kecewa. Padahal tadinya aku sangat antusias bisa mengambil view di sekitar Bosphorus saat senja atau malam. Zonk....! Akhirnya kami bertiga turun dan santap malam aja deh. Aku sedih sekali!

Masjid  Otakoy di pinggiran selat Bosphorus

Bangunan elit di pinggiran Cruises

Jembatan Bosphorus
Kata Ramazan ini rumah-rumah mahal, jadi inget rumahnya Cansu
Suasana pinggiran menjelang sunset tp gak dapet momentnya
Usai santap malam alunan musik menghentak diperdengarkan oleh Ramazan. Secara spontan seluruh peserta hingar bingar menggoyang kapal kecil ini. Aku hanya memandang dari kejauhan ulah peserta. Aku tidak terbiasa dan dalam tuntunan syariatkupun dilarang bagi seorang muslimah mengumbar goyangannya. Ketika mereka sibuk berpesta pora, aku terniat ingin mengintip kembali view Bosphorus dari geladak kapal, kuajak serta Sapta dan Kotada, baru saja dapet 4 – 5 foto tiba-tiba ada beberapa peserta ikut naik ke geladak kapal juga. Kami langsung bubar karena bu Winda dan mbak Yuyun juga ingin berfoto disitu, gantian yah..!

Makan malam di cruises
Akhirnya dapet juga suasana malam di Bosphorus, kilau lampu selalu memancarkan keindahan
Jembatan Bosphorus biarpun gak sempurna viewnya karena kapalnya ngebut banget

Dan makan malam terakhir ini ditutup dengan moment sedih, disaat kami membuat lingkaran dan bernyanyi bersama lagu “Kemesraan”. Ah...terasa sedih juga ya harus berpisah, tapi yang paling sedih raut wajahnya adalah Ramazan, mungkin dia sedih karena harus berpisah dengan gadis cantik anak pak Ari. Entahlah aku tak tahu ada jalinan apa...ada sebagian ibu-ibu yang cerita bahwa terjalin sesuatu diantara mereka. Wallahu alam...dosa bila harus ikut bergosip ria, bukankah sah saja seorang laki-laki dan wanita single saling jatuh cinta. Aku gak mau ikut ngerumpi.

Loket pembelian tiket Cruises di Uskudar
Menuju tempat pemberhentian bis

Malam itu kami kembali menginap untuk terakhir kalinya di Istanbul. Sesampai di lobby hotel Hilton Park Sa, proses penurunan bagasi dan pembagian kamar agak rada lama, karena barang-barang harus diturunkan semua untuk di packing rapih. Disamping itu ini hotel berbintang jadi agak rada jelimet aturannya. Yah...akhirnya setelah nunggu lama dan dapat jatah terakhir (entah kenapa kami bertiga selalu terakhir kalau pembagian gini). Kamar 214, sampe kamar langsung mandi, sholat dan packing sedikit aku cuma masukin baju kotor yang tadi kupakai, ngeluarin baju buat besok. Bukankah aku sudah mulai menata rapih koper sejak di Cappadochia dan ini juga efek samping yang menyenangkan kalau kita gak terlalu banyak shopping. Yeayyyy...mbak Diba masih pusing bagaimana cara menyusun belanjaan dan baju-baju kotornya aku sudah lelap. Senang karena besok malam kita pulang. Selamat mimpi yang indah .

Hilton Park sa Hotel

1 comment:

Echie said...

It is really great travelling...hmmm