Wednesday 20 September 2017

BATAM ON VACATION, FAMILY WEEK END SHORT TRIP, DAY 3RD

Day 3rd

Selamat pagi.....! Pagi yang cerah, dan ini hari terakhir trip kami. Wajah-wajah ceria menyambut pagi dengan sumringah. Dari bincang-bincang menjelang tidur semalam hari ini kami hanya akan leha-leha saja di kamar, sambil menunggu jemputan Ali sekitar jam 11 untuk OTW ke bandara. Namun rencana tinggallah rencana ..... Sehabis sarapan kami memang naik kembali ke kamar, koper sudah rapih dan stand by. Bincang-bincang ngalor ngidul, hari masih pagi jam 7. Ihhhh... ternyata semuanya punya rasa yang sama, “Bosan”!

Usul punya usul daripada bete yokkk kita cuci mata saja di seberang jalan. Hmmm... ayolah... pusing juga kalau rebahan di kasur dengan perut penuh habis sarapan. Alasannya biar makanan cepat turun menjadi energi. Ahayyyy.... Cusss kita jalan lagi.

Siaaaapppp...semangat kita sight seeing lagi
Hari ini kami menuju pertokoan jadi jauh lebih pagi yaitu jam 7.15. Hari Jum’at suasana kota Batam menjadi lebih padat dan ramai, seperti tadi saat di resto sarapan pengunjung sangat padat sehingga cari tempat duduk tak bisa milih seperti kemarin. Di lobby pun tadi penuh , sebagian pengunjung seperti menunggu jemputan. Benar saja tak berapa lama datang bus atau minibus yang menjemput lalu rombongan berangkat. Menurutku mereka-mereka itu menuju Singapura. Hmmmm... eh jadi ingat iyalah ini week end.... semua orang refreshing.

Kami menyeberang jalan dengan bercanda, tergelak-gelak dan juga semangat melihat-lihat isi toko. Atas gagasan ibu Angga kalau kemarin kami menjelajah tokonya di sisi sebelah kiri hari ini ke sebelah kanan yok.... Ayo...siapa takut! Di saat injury time inilah yang ....hiks..hiks... membobol pertahanan aku. Ternyata produk-produk yang dijual lebih sangat menarik hati. Aku...belanja juga akhirnya....Subhanallah aku dapat 2 tas, 1 tas pesta dan 1 tas sandang buat travelling (buat umroh sih...!). Hmmm...hmmmm. Yang lainpun kembali belanja. Waduhhhh...

Diskusi dijalanan ... masih mau balik lagi ke toko kah??? :)
Jam 10 kami berjalan riang menuju hotel. Sampai di hotel terpaksa bongkar koper dan packing kembali. Sibuuukkkk... Beres dan siap-siap dandan. Pas semua ready, Ali telpon dia sudah nunggu di Lobby. Ayooooo turun. Hmmmm koper yang barupun sudah full diisi. Tak apalah toh tidak setahun sekali kami ke Batam.

Done.... dengan tawa ceria dan bungkusan di tangan masing-masing
Setelah check out dari hotel, Ali antar kami ke Botani mall buat makan siang, sedangkan dia dan Kotada langsung ke mesjid untuk menunaikan sholat Jum’at. Menu yang aku pilih siang ini adalah ayam penyet cabe hijau. Aku penasaran karena semua yang kemarin order ini bilang luar biasa maknyus dan pedassss. Benar saja... maknyusss dan recomended banget. Best tasty dan terfavorite..... yummy.

Agak lama kami duduk di kedai makan Botani mall ini. Makanan sudah habis, sudah sholat, bolak balik toilet bahkan sudah ngintip-ngintip isi mall di lantai 2, bahkan ibu Ade sudah beli gamis dan khimar buat gantiin outfitnya yang tak nyaman buat perjalanan (doi memakai palazo jadi memang agak ribet jika ke toilet). Ali dan Kotada belum balik dari sholat Jum’at. Sekitar jam 1 an baru mereka kembali, order makanan. Jam setengah 2 kami menuju bandara.

Hanya memakan waktu 15 menit kami sudah sampai di bandara Hang Nadim suasana ramai padat dan gak karuan bagaimana harus dideskripsikan. Ali stop di dropping area menurunkan kami juga koper selanjutnya dia cari parkir. Ini ada sedikit evaluasi untuk bandara Hang Nadim, karena aku jengkel sekali. Di bandara ini dari dropping area itu tidak ada fasilitas untuk menjalankan trolly, maksudnya dari aspal ke lantai pelataran bandara itu tidak tersedia lantai yang landai untuk menjalankan trolly. Beda level antara aspal dan lantai itu lumayan tinggi sehingga trolly harus diangkat, bukan di dorong. Saat mengangkat roda depan trolly untuk naik ke lantai itulah yang membuat koper kami jatuh berantakan. Aku sempat ngedumel kok begini sih desain bandara ini?????

Susah payah sampai keringetan angkat-angkat trolly dan menyusun kembali koper yang banyak dan isinya berat, kami segera masuk ke bagian dalam. Ya Allah... astagfirullah kok bener-bener amburadul begini ya, calon penumpang yang berdesakan dan tak mau antri. Aduhhh ...sabar mengalah untuk meletakkan barang di mesin x ray. Lepas dari mesin X-ray aku langsung mencari check in counter, daannnnn ternyata sama saja amburadul tak terkira. Entahlah... kurasa penyebabnya counter check in kurang banyak alias tidak mencukupi. Ataukah memang arus penumpangnya sangat-sangat over capacity?????? 

Akhirnya aku meminta ibu-ibu dan Vera untuk menunggu dan duduk manis saja dan urusan check in biarlah aku dan Kotada saja. Aku berjalan dari ujung ke ujung membaca dan mengamati counter check in. Belum terbaca counter berapa destinasi Palembang, Di display TV rencana keberangkatanpun belum terbaca. Aku takut tertinggal karena kalau check in telat, sudah tak bisa memilih seat lagi, padahal rombongan khawatir kalau dapat di seat belakang bisa gak nyaman. Aku menanti dengan sabar sambil mengawasi sana sini. Kulihat ada petugas Lion air yang mondar mandir dan ramah memberi petunjuk kepada calon penumpang. Aku mendekati beliau dan bertanya kalau pesawat yang ke Palembang keberangkatan jam 17.10 check in di counter berapa? Beliau menjelaskan counter check in baru dibuka 2 jam sebelum keberangkatan dan di perkirakan di counter depan tempat aku menunggu itulah, yaitu saat itu sedang check in untuk penumpang tujuan Padang. Oke baiklah aku menunggu.... !

Mondar mandir cari informasi, trolly di belakang dengan 4 koper itu bagasi kami di 1 trolly. Masih ada 1 trolly lagi
Aku mengamati sistem check in yang kurang sistematis ini. 1 counter itu ditunggu oleh calon penumpang untuk 3 destinasi. Tanpa antri dan sesak. Aku sempat ngobrol-ngobrol dengan bapak yang ikut berdiri menanti destinasinya ke Padang keberangkatan jam 15.40, padahal saat itu sudah jam 14.50. Aku segera memberitahukan bapak tersebut juga kepada petugas Lion Air tentang bapak tersebut. Akhirnya bapak itu diantar petugas Lion untuk memotong jalur antri yang tak jelas. Karena di display monitor tidak tertera yang sedang check in itu destinasi mana, jam berapa.

Sebagai contoh saja aku untuk destinasi Palembang, sesuai info dari petugas Lion tadi bahwa check in sudah bisa dilakukan 2 jam sebelum keberangkatan, pas jam 15.00, display monitor di counter tempat aku antri masih tertulis Padang. Padahal itu sudah jam 15.00 artinya destinasi Palembang sudah mulai antri check in dong. Hanya karena aku orang yang aktif saja bisa menjadi jelas. Aku kembali menanyakan kepada petugas Lion yang mondar mandir dari tadi, tentang check in destinasi Palembang, 17.10. Ketika aku tanya bapak itu bilang ayo ibu... sudah boleh check in antrilah disini. Akulah yang menginfokan kepada sesama calon penumpang Palembang. Masih harus antri agak lama juga karena penumpang Padang masih ada yang antri dan check ini.

Mojok ngantri karena belum boleh check in
Meski sudah antri di bagian yang paling pertama untuk destinasi Palembang aku dan rombongan dapat seat no. 17 dan 18 an mencar-mencar. Aneh ya... setelah bincang-bincang dengan petugas Lion ternyata kita bisa check in online pada hari keberangkatan. Beda dengan City Link dimana kita bisa booking seat sejak saat pembelian tiket. Hmmm.... dan setelah keringetan berdiri lama di tempat antri yang penuh sesak karena linenya tak beraturan (mirip antri beli daging di pasar Lemabang jika hendak lebaran... begitu!), aku dan Kotada meninggalkan tempat tersebut. Anehnya sampai saat kami hendak menuju gate kami melewati check in counter tersebut display monitornya masih tertulis Padang, padahal saat itu sudah jam 16.00 dan destinasi padang itu berangkat jam 15.40. Aduh.... gimana sih sistem di sini???? Pantes saja banyak penumpang yang pusing dan bingung gak karuan seperti bapak ke Padang tadi. Tak jelas informasinya. 

Berharap jika aku ke Batam ataupun transit ke Hang Nadim lagi, di area keberangkatan antara aspal dan lantai pelataran bandara sudah ada area lantai yang landai untuk fasilitas trolly. Dan juga counter check in sudah ditambah sehingga tidak over lapping lagi. Kami naik ke lantai 2 menuju gate 8A. Hujan deras dan cuaca gelap menyebabkan pesawat Lion air untuk beberapa destinasi mengalami delay. Delay terparah adalah destinasi Padang, sudah 2 kali dan 2 jam cancel terus, kasian penumpangnya pada ngedumel. Ini juga yang menyebabkan penumpukan penumpang di area ruang tunggu. Bahkan sebagian penumpang harus duduk di lantai (jadi inget saat ke Bandung dulu). 

Wajah wajah lelah menunggu keberangkatan, lihat tuh tambahan kantong kresek belanjaan yang sudah tak muat di koper. heheee...
Namun, nasib anak sholeh itu selalu baik. Tadinya dari announcement diumumkan bahwa pesawat destinasi Palembang diperkirakan akan mengalami keterlambatan keberangkatan kurang lebih 30 menit. Kami sih sudah pasarah, ehhh... ternyata baru 15 menit telat kami sudah disuruh masuk pesawat. Alhamdulillah delaynya gak jadi lama. Yuhuu...pas jam 17.30 pesawat take off, dan Alhamdulillah kali ini pesawatnya saat take off dan landing mulus, nyaman dan aman. Cukup membantah argumen ibu Ade kalau duduk dekat sayap itu suka bikin kuping sakit, buktinya pulang ini kami juga duduk di bagian sayap. Artinya mungkin cara pilot menerbangkan pesawatnya. Alhamdulillah trip sudah selesai.... selamat sampai di rumah dannn.... kemarin sudah berencana bahwa family trip selanjutnya adalah  Padang. Siappppp...!

Tuesday 19 September 2017

BATAM ON VACATION, FAMILY WEEK END SHORT TRIP DAY 2nd

Hari yang cerah, ini adalah hari ke-2. Peserta sangat exited dan antusias bangun pagi ini. Terutama ibu Angga yang selalu “halo-halo” untuk segera mandi dan bersiap-siap biar hemat waktu katanya. Hmmmm... mengapa begitu menggembirakan? Karena hari ini spesial for shopping, sesuai tujuan utama ke Batam ini adalah for shopping. Ayooooo...semangatttt. 

Jam 6 pas kami sudah rapih banget, lalu menuju resto hotel buat sarapan. Resto sudah buka, sapaan ramah petugas hotel (ramahnya mereka bukan basa basi karena tugas dan aturan yang mereka harus lakukan, tapi dari hati) menjadi catatan plus pertama yang aku simpan diingatan (2 jempol), Yang bikin senyum lagi adalah ternyata kami adalah orang pertama yang masuk resto pagi ini. Hmmmm... so pasti senang. Karena kami pengunjung pertama resto yang membuka sajian yang masih dibungkus plastik (buah-buah dan puding) ataupun membuka tutup-tutup pancinya. Asli kita terlalu semangat.... yeayyy!

Sajian menu sarapan di Nagoya Hill Hotel sangat beragam dan semuanya maknyusss. Bagiku menu special terfavorite adalah salad buah/sayur dan mie Titi asli Makassar. Waduhhhh mie Titi nya enak sekali, baru kali ini aku mencobanya langsung jatuh cinta. Mie nya krenyes-krenyes seperti kerupuk asinan Bogor, lalu disiram kuah kental seperti berlendir yang dimakan hanya dengan sambal cabe, tanpa saos, tanpa kecap. Dan cita rasanya hmmmm...yummy. 

Selesai sarapan kita naik lagi ke kamar. Rapih-rapih lagi setelah toilet visitting, dan langsung turun ke lobby. Tadinya mau menunggu Ali menjemput sesuai janjinya kemaren sekitar jam 9-an. Ibu Angga mengusulkan “sebaiknya kita langsung pergi sendiri saja, bukankah toko-toko grosir itu berada diseberang jalan, tinggal nyeberang aja kok. Tunggu Ali kesiangan nanti, wasting time. Telpon aja Alinya bilang bahwa kita sudah langsung ke toko dan nanti dijemputnya dipertokoan saja buat bawain belanjaan”. Hmmm... cerdas dan masuk akal juga. Okelah kalau begitu. Cusss kita cabut......! Saat itu masih pagi sekali jam setengah 8 kami sudah siap menjelajah pertokoan grosir tas. Sambil jalan sempat foto-foto di depan hotel. 

Berkeliaran depan hotel menuju pertokoan tas di seberang jalan, 

Ibu Angga pegang komando hari ini

Ketinggalan rombongan ya???

Ayooo kita shopping... yes I am ready...!

Meskipun belum jam 8 sudah ada beberapa toko yang sudah buka (rajin sekali mereka menyongsong rezeki) dan kami sudah merogoh kocek. Beli tas, parfum dan ikat pinggang. Lanjuttt... pokoknya semua indah, bagus dan yang pasti jauh lebih murah dibanding harga barang di Palembang, dengan kualitas barang yang sama. Untuk kualitas tergantung kesukaan dan pilihan kita, mulai dari yang KW, premium sampai ori juga ada. Hmmmm... 

Batam, salah satu pulau di Indonesia yang mendapatkan julukan sebagai surganya belanja. Mengapa demikian? Tentu saja karena harga barang di pulau ini relatif murah. Murah meriahnya barang di Batam ini lantaran pasokan yang datang bukan dari tanah Jawa, melainkan luar negeri. Seperti yang diketahui, lokasi Batam memang lebih dekat dengan negeri Jiran, Malaysia dan Singapura. Salah satu sebab harga barang di Batam murah adalah karena Batam merupakan salah satu kota yang bebas pajak, tapi dengan syarat barang yang dibeli cuma 1 atau hanya untuk milik pribadi alias bukan buat dijual lagi.

Aku membuktikan sendiri bahwa harga tas di Batam ini murah. Kemarin saat di Nagoya Hill super mall, aku sempat masuk toko branded Bonia. Semua yang dijual disana produk original. Saat aku masuk dan berkeliling sang pemilik toko melihat tas merk Bonia yang kupakai, dengan senyum ramah dia menunjuk tas yang sama dengan punyaku di deretan displaynya. Aku balas tersenyum dan iseng bertanya berapa? 3,6 juta masih bisa kurang dikit katanya. Waduhhh... di Palembang tas itu harganya mahal amat ya...???? Aku beli di toko sepatu dan tas Fiesta Palembang Trade Centre tahun 2015 tas tersebut 4,8 juta. Sakiitttt.....!.

Baru jam 9 belanjaan sudah banyaaaakkkkk. Kebetulan Ali menelpon ingin menyusul kami, jadi barang sudah bisa masuk mobil dari pada kasian lihat Kotada yang harus tungguni barang belanjaan di emperan toko. Jam setengah 10, kami sudah merasa lelah belanja, lagipula barang belanjaan juga sudah membludak. Heheeee.... Oh iya dari survey kami, ada sebuah toko grosir yang paling recomended yaitu “Toko Erika”. Ada 2 toko yang pemiliknya sama, yaitu “Erika” dan “New Erika”. Kelebihannya adalah harga di toko ini agak lebih miring dari toko-toko lain, bisa selisih 20-30 ribu rupiah lebih murah all item (lumayankan kalau beli banyak bisa untung), pelayannya sabar dan ramah, “encik pemilik toko juga ramah bahkan tak pelit berbagi info tentang barang baru, bagaimana beda KW, premium dan ori dan yang paling penting gak pelit untuk kasih diskon dan diskon lagi. 

Puas belanja tas, parfum, ikat pinggang kami masih ingin mencari gadget, baik itu smart phone maupun tablet, atas info dari si “encik” pula kami tahu bahwa pusat penjualan gadget adalah Lucky plaza. Cussss...kita kesana. Tak sampai 5 menit kami sudah sampai di sana.

LUCKY PLAZA
Tak jauh dari Nagoya Hill ada sebuah mall yang menjadi tempat belanja ponsel dan aksesoris seluler yang terkenal murah di Batam, tempat ini bernama Lucky Plaza. Cukup dengan berjalan kaki saja bila Anda ingin ke Lucky Plaza dari Nagoya Hill.

Beragam jenis dan merek ponsel maupun gadget tersedia di tempat ini dengan harga yang lebih murah dibandingkan tempat perbelanjaan di kota-kota lainnya.Tak hanya ponsel baru, ponsel dengan kondisi bekas atau secondhand pun juga tersedia di Lucky Plaza. Perlu Anda ketahui juga kalau Lucky Plaza juga menjadi tempat kulakan grosir para pedagang ponsel dari kota-kota lain di Indonesia. Anda juga masih bisa menawar harga ketika belanja untuk mendapatkan harga terbaik.

Tadinya aku sudah bahagia banget karena sudah berhasil mengekang dan mengendalikan diri untuk tidak ikut belanja, tapi rupanya di Lucky plaza bocor juga. Kami mampir di sebuah toko yang menurut Ali recomended. Kami menemani ibu Ade yang ingin membelikan smart phone buat sang suami tercinta. Saat milih-milih Kotadapun ingin minta dibelikan mengingat Hpnya sudah lumayan lama. Yah bener saja murah..... Aku kurang begitu memperhatikan Kota beli apa detailnya aku cuma tahu Samsung yang lumayan update. Murah katanya. 

Ibu Ade masih asyik cari-cari, karena cuma duduk-duduk aku iseng bertanya pada pramuniaga yang berdiri dekat mejaku tentang tablet, dan dengan keramah-tamahan pramuniaga dia segera mengeluarkan berbagai jenis tablet dari berbagai tingkatan harga. Keramahannya luar biasa, dia menjelaskan secara detail dan rinci tentang, nilai plus dan kurangnya suatu tablet dibanding yang lain, bla bla... Akhirnya gaya dan cara pramuniaga ini melayanani pelanggan telah berhasil merobek kantongku. Jebollah pertahananku untuk tidak belanja. Hmmm....

Memang sudah hampir setahun ini aku ingin sekali beli tablet buat “pengajian baik itu membaca Al-qur’an maupun mencatat isi tausiyah ustadz”. Alasan aku memilih tablet karena tulisannya besar, jadi mataku tak lelah buat bacanya, tapi selalu sayang mengingat harganya hampir rata-rata 3,5 jutaan ke atas. Ah...nanti saja, aku sedang hemat. Saat pramuniaga menjelaskan spesifikasi dan harga aku langsung tertarik dengan Samsung tablet A6, harganya hanya 2,3 juta saja, plus cover, kartu Tri 10 GB, plus anti gores. Itu harga fix setelah tarik-tarikan urat leher tawar menawar, aku nyerah dah ... bungkus. Nah melihat aku bilang murah ibu Ade malah tak jadi beli smart phone buat ayah Ade, beli tablet sajalah tulisannya kan lebih besar. Lalu ibu Anggapun terhipnotis beli juga (heheee...). Aliyudin senyum-senyum saja melihat kami. Dan aku pecah telor juga gesek deh tuh uang....Bocor juga!

Puas di Lucky plaza, waktu sudah menunjukkan jam 11 saatnya makan siang, ibu Angga menginginkan makan siang di tempat kemarin saja, maknyuss alasannya. Ayoooo siapa takut. Dan usai makan siang,  ibu Angga mengusulkan agar sholat Dzuhur dan Ashar sebaiknya kita balik ke hotel saja, supaya nyaman bisa bersih-bersih, ganti daleman, wudhu dan sholatnya lebih sempurna. Masuk akal....cusss siapa takut, beruntung sekali kami memilih Nagoya Hill Hotel jadi dekat kemana-mana.

Hari masih siang, tapi belanja sudah gak minat lagi dan aku hanya mengantongi satu destinasi referensi yaitu Marina Beach tapi dengan persyaratan aku ingin dapat sunset. Ali mengangguk mengerti, ditengah perjalanan dia mengusulkan untuk ke taman miniatur rumah yang lokasinya sekalian jalan ke Marina Beach (kami sempat mampir ke suatu komplek perumahan untuk order lapis legis prunes khas Batam langsung ke tempat pembuatannya. Orderdulu besok saat mau pulang baru diambil). Kami setuju-setuju saja. Lucunya tuh dalam benak kami taman itu seperti TMII, ternyata...hahaaa...

TAMAN MINIATURE RUMAH ADA GOLDEN PRAWN
Kalau di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta ada anjungan-anjungan daerah yang menampilkan rumah adat dan kebudayaan lain dari setiap provinsi yang ada di Indonesia, di Batam ada Golden City. Sebuah taman berisikan miniatur rumah-rumah adat dari setiap provinsi di Indonesia.

Sejak dibuka pada tahun 2009 yang lalu, Golden City tak pernah sepi pengunjung terutama saat weekend. Baik pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara. Biasanya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke sini karena sekalian ingin mencicipi seafood di Golden Prawn, salah satu restoran seafood yang terkenal di Batam. Hal ini cukup beralasan, karena memang Golden City ini merupakan satu area dengan Restoran Golden Prawn di Bengkong Laut.

Rumah-rumah adat mini yang ada di sini dibangun di atas hamparan rumput luas, dan setiap rumah adat dikelilingi pagar tanaman. Inget ya blogger lovers jangan dibayangkan rumahnya miniatur seperti TMII, rumah yang dimaksud memang rumah kecil-kecil seperti mainan anak-anak, dimana kita hanya bisa foto doang di depannya. Tak bisa masuk ke dalam. 

Selain rumah-rumah adat mini, di Golden City juga terdapat wahana permainan lain seperti go-kart, flying fox, kolam renang anak, dan kolam ikan. Sayangnya taman ini agak kurang terawat sehingga rumput dan bunga-bunganya kurang rapih, apalagi dekat kolam ikan yang terdapat patung-patung binatang nyamuknya luarrrrr biasaaa, pada bentol. Hari ini cuaca Batam terik menyengat membuat kami buru-buru ingin segera masuk mobil biar adem.

Itulah miniatur rumah adat nusantara, kecil kan???

Selalu senyum senang...

Selfie for complete and full team

Panas dan teriknya matahari Batam. Hmmmmm...

Mereka yang lengket dan kompak, rumah adat Minang Kabau

Rumah adat Palembang

Kolam pemancingan yang nyamuknya ruaaarrrr biasa sekali



Patung kuda dikerubuti ibu-ibu

Keluar dari lokasi itu, Ali mengantar kami ke sebuah butik batik dan pusat oleh-oleh khas Batam “Kampung Oleh-oleh (KO2)” namanya. Masuk ke dalam sebentar kami segera keluar lagi, selain produknya kurang menarik di hati harganyapun mahal. Memang butik ini biasa disinggahi wisatawan dari luar negeri yang berkunjung sehabis menikmati permainan Go-kart dan flying fox. Tak jauh dari butik ada resto tepi laut golden Prawn, tapi kami tak minat masuk.

Butik KO2...

MARINA BEACH
Yah....marilah kita ke tujuan yang paling aku inginkan yaitu Marina Beach. Perjalanan ke sana memakan waktu cukup lama. Lebih dari 1 jam, aku lupa menghitung jam karena semua kami tertidur pulas, lalu tiba-tiba terbangun karena saat mendekati lokasi jalan berlubang, Kami masuk ke gate penjagaan sekitar jam 5, ada tanda masuk yang harus dibayar untuk masuk area pantai, 1 mobil dengan 6 orang penumpang harga KTM yang harus dibayar sebesar 50 ribu rupiah. Tak apalah... harga itu tak sebanding dengan keindahan pantainya. Keindahan itu kusaksikan sejak mobil masih mengatur posisi saat parkir.

Begitu mobil berhenti penuh aku langsung melompat turun ke bibir pantai diikuti oleh Kotada, dan yang lain bertiga memilih duduk di bawah pepohonan. Pantai ini sangat sepi sekali.Tidak berpenghuni dan sepi. Bayangkan di area parkir mobil hanya ada 2 mobil yang terparkir itupun sudah termasuk mobil kami. Tak ada pengunjung satupun yang turun ke bibir pantai. Hanya ada beberapa petugas yang memonitor di menara pengintai yang tak jauh dari parkiran. Hmmmm.... memang kalau tak melihat keindahan pantai yang airnya sangat jernih, terik matahari yang sangat menyengat ini membuat malas. Untuk aku ini bukan halangan landscape yang indah apapun kendalanya aku harus dapat fotonya. Aku sudah “prepare” sunglasses. Berdua Kotada kita seide. Jepret-jepret sampai puas.

Laut jernih dan terik matahari... ayo aja...

Birunya laut dan langit selalu membuat aku bertasbih. Maa syaa Allah....

Dari sisi sebelah kiri disinilah menurut ibu Angga best point for sunset

Ngejajal jika sunsest datang disinilah yang pas
Family act, pohon sebatang dikeroyok rame.rame..(=baca dikerubuti)

Aku dan Kotada menuju tempat para ibu kumpul. Baru saja duduk ibu Angga kasih ide tentang angle foto yang paling bagus (dia memang pinter tentang sudut foto yang baik, bukankah dia seorang radiography alias ahli rontgent kalau dulu di RS tempat dia kerja suka diejek dengan sebutan tukang foto). Untuk mempraktekkan idenya dia nyuruh aku ke sana-kemari jadi model dan dia jadi fotografernya. Hasilnya luar biasaaaa... bagusss. Aku berteriak-teriak senang. Bahkan ibu Angga memberikan teori di bagian mana sunset yang paling pas difoto nanti. Okelahhhh... terimakasih ibu atas ilmunya. 

Teknik ambil foto ala ibu Angga, bagussss

Beda kemiringan camera, maka biru langit dan lautnya jadi beda, meski dari posisi take yang sama

Memang nyata ini bagusss

Latihan ambil angle buat sunset, bener juga ibu Angga

Melihat hasil fotoku dengan angle yang dibuat oleh ibu Angga, akhirnya Kotada, Vera bahkan para ibu juga mau di foto. Sip...sip. Puas foto kami ngaso kembali di kursi yang ada di bawah pohon. Aku yang berkali kali bertanya jam pada Kotada yang pake jam tangan, karena tak sabaran ingin sunset segera datang. Memang sunsetnya kok lama ya, soalnya sudah jam 6 langit masih sangat terang sekali. Aku, Kotada dan Vera sudah berjaga-jaga di lokasi yang menurut ibu Angga paling pas buat sunset. Foto-foto sepuasnya, namun sunset belum juga datang. Jam setengah 7 sunset perlahan datang, kami stand by camera dan standby act, mengingat di Jakabaring kemarin sunset itu cepat berlalu. Tapi di Marina Beach tidak, mataharinya lambat sekali pulang ke peraduan. Mana hari mulai mendung. Tapi kami gigih menunggu.

Ibu-ibu ikutan act

Matahari perlahan turun, meskipun belum utuh kembali ke peraduannya

Inilah full sunset yang bisa diambil, karena 2 ibu yang nungguin sudah berteriak-teriak dan pak Satpam sudah 3 kali bolak balik, cuma buat negur dia segan
Hai sunset...please come...we waiting for you

In turn Kota full sunset, kurang dapet juga karena awan menutupi langit dan matahari

Inilah situasi terakhir sebelum kami berlalu.
Dari jauh ibu Angga dan ibu Ade sudah berteriak-teriak memanggil pulang dan segera ke mobil, kami cuek saja jepret-jepret. Bahkan Satpam yang jaga disitu sudah 3 kali bolak balik mengawasi kami. Akhirnyaaaa.... sang Mataharipun sudah kembali ke peraduannya. Langit sudah gelap dan kami segera ke mobil. Ibu Angga dan ibu Ade mulai menceracau hmmmm... kalian ini “ladasss nian”. Lalu mulailah ibu Ade bercerita tentang sesuatu yang menyeramkan.

Dia memang memiliki apa ya namanya “indigo???”, sehingga dia bisa melihat makhluk halus. Dia cerita mengapa di segera balik ke mobil dan berteriak-teriak memanggil kami untuk pulang, adalah karena saat hari hampir gelap dia menyaksikan banyak sekali makhluk halus di area tempat mereka duduk yang mengelilingi mereka, terutama di dekat WC yang ada di belakang mereka. Menyeramkan.... Apaaaaaaa????? Astaghfirullah ...! Waduhhhhh untung baru ceritanya di mobil kalau tadi dia teriak lalu mendekati dan bercerita tentang apa yang dia lihat, pasti kami (terutama aku) langsung ngacir dan batal nungguin sunset. Selamet...selamet.

Keluar area Marina beach hujang turun sangat deras, apalagi hampir ke arah pusat kota macetnya padat merayap. Dan kamipun segera menuju hotel, namun ibu Angga dan Ade masih ingin mampir lagi ke Nagoya Hill super mall kareana masih ada teman, anak menantu yang belum terbeli oleh-olehnya pagi tadi (alias alfa dari ingatannya). Karena sudah lelah aku bilang aku langsung aja ke hotel saja ya gak ikut ngemall. Mereka setuju-setuju saja, tapi tiba-tiba disepanjang perjalanan menuju hotel aku inget cerita ibu Ade tadi. Segera aku bilang aku ikut aja ahhhh ke mall, paling duduk-duduk lagi. Hmmmm....

Tak lama sih ngemallnya karena item yang mau dibeli sudah ada ditambah waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 sedangkan jam 9 mall tutup. Pulang dari mall kami kembali mampir di kuliner pinggir jalan seperti kemaren dengan pilihan menu berbeda-beda. Ibu Angga/Ade/Kota sate Madura, Vera kerak telor dan aku bakso komplit. Semua makanan di bungkus buat dimakan di hotel saja karena sudah terlalu malam dan lelah.

Hampir jam setengah 10 kami masuk kamar, mandi, sholat, makan, packing dan tidur. Selamat malam sampai besok di hari terakhir half day pula.

Friday 15 September 2017

BATAM ON VACATION, FAMILY WEEK END SHORT TRIP

DAY 1st

Lama aku tak travelling, sejak trauma saat travel ke Thailand kemarin aku memang membatasi diri untuk tidak melakukan travelling kemana-mana dulu. Jika mau travelling harus lihat penyelenggaranya dan rekan seperjalanannya siapa dulu? Itulah kesimpulan alias yang aku “resume” dari pengalaman “my last travelling” April lalu. Agak rada bete alias bosan juga di rumah terus, bahkan untuk mencari view dan memandang alam beberapa waktu lalu aku sempat mengejar sunset di Jakabaring. Hehehe...jadilah kecil-kecilan.

Dan tiba-tiba di group WA family, ibu Ade menawarkan short trip ke Batam, alias minta temani ke Batam karena dia gak PD jalan ke luar Palembang ini. Tujuannya ke Batam adalah menyambut tawaran muridnya dulu yang sudah stay di Batam dan juga berburu tas untuk dijual lagi sebagai bisnis sampingan. Secara aku sudah kangen buat angkat koper lagi yang pasti aku segera bilang “bersedia”. Toh cuma ke Batam budgetnya gak begitu besar (maklum aku lagi mengencangkan ikat pinggang buat membawa keluarga besarku umroh bersama Februari tahun 2018).

Kami sepakat akan berangkat tanggal 6 – 8 September 2017. Aku secara tidak langsung diangkat sebagai tour leader, bertugas booking tiket etc, etc. Tiket sudah di booking per tanggal 14 Agustus 2017 melalui Varita travel di kantorku (bayangin semangatnya jauh-jauh hari sudah booking tiket). Tadinya mau sekalian booking hotel online, tapi muridnya ibu Ade bilang tak usahlah. Mendingan pas sudah arriving aja langsung cari hotel. Menurutnya banyak dan tak susah cari hotel. Okelah...kalau begitu jadi tak terlalu menambah tugasku sebagai tour leader. 

Karena sudah terlalu lama rencana mendekati hari H kok adem ayem saja tak ada chit chat lagi di group WA tentang rencana keberangkatan. Waduh... ternyata semua sibuk mempersiapkan Idul Adha. Namun aku tetap dengan kebiasaan aku 2 minggu sebelum hari “H” koperku sudah stand by depan pintu. Baru sehari menjelang hari “H”, ibu Ade telpon bahwa besok berangkat aku akan dijemput ibu Angga jam 6 pagi, tunggu di rumah saja (padahal aku sudah order mobil antar jemput Varita, dan seketika harus dibatalkan).

Tadinya rencana yang berangkat 6 orang, tetapi 3 hari menjelang hari H, Iyun kakakku yang no 3 bilang batal dan tak bisa ikut, karena sebagai abdi negara harus patuh pada atasan. Kasiannnya.... aku terus membujuk untuk tetap ikut saja, karena rugi tiket sudah dibayar. Rugi tak apalah dia bilang. Hmmm... tinggal aku saja yang sibuk. Beruntungnya aku booking tiket melalui travel anak perusahaan tempatku bekerja, dimana Direkturnya adalah teman sendiri. Aku mengontak beliau dan dia menyambungkan dengan stafnya. Kesimpulan tiket itu tak bisa dialihkan pada orang lain (padahal Atik bersedia menggantikan), tetapi bisa di refund. Untuk City Link bisa direfund dan uangnya akan bisa diambil 2 minggu stelah proses. Sedangkan Lion Air wallahu alam, kalaupun bisa juga paling hanya 20% an. Yah tak apalah... namanya juga salah kami. 

Aku percaya “Everything happen for a reason”. Selama ini aku sama sekali tak pernah booking tiket pribadi melalui Varita, biasanya online booking. Ini entahlah kenapa aku mau booking via Varita, rupanya akan ada peristiwa ini. Coba bayangkan jika aku harus urus sendiri uang refund itu, pasti aku bolak balik ke kantor City Link atau Lion Air. Ini tidak! Karena pertemanan tadi maka staf Varita saja yang urus aku tinggal tunggu kabar saja. Hmmm...hmmm...

Wajah-wajah ceria di ruang tunggu bandara SMB 2
Singkat cerita akhirnya tepat pukul 8.30 WIB kami berlima terdiri dari ibu Angga, ibu Ade, Vera mantunya ibu Ade, Kotada dan aku menumpang pesawat City Link take off menuju Batam dari bandara SMB2. Ada pengalaman tak enak nih terbang kali ini. Entah karena cuaca yang buruk atau cara pilot mengemudikan pesawat, sehingga pada saat take off itu kok gak nyaman banget ya? Ayunan untuk naik menambah step-step ketinggian goncangan pesawat terasa sekali. Aku mual, mau muntah dan pusing. Waduh...! Mendadak aku harus menelan obat sakit kepala dan makan permen mentos untuk menghilangkan mualnya. Oh iya seat yang jatah Iyun sudah laku terjual tuh....! Cepat ya... !

Palembang – Batam ditempuh dengan perjalanan selama lebih kurang 1 jam. Terjadi lagi kondisi tak enak saat landing. Pesawat goncang dan telinga berdenging rasa mau pecah. Belom pernah aku merasakan penerbangan setidak enak begini. Aku mengangakan mulut lebar-lebar supaya rasa gendang telinga mau pecah itu hilang. Kasiannya ibu Ade dia cemas sekali, Ibu Ade pernah trauma saat flight (dulu dia pernah mengalami cuaca buruk saat flight sehingga pesawat muter-muter lama bahkan sampai akhirnya balik lagi ke terminal pemberangkatan) jadi dia sedang membangun kembali keberanian untuk flight. Kali ini dia berani karena kami rame. Eh ternyata mendapatkan kondisi seperti ini pula. Duh kasian....untunglah ibu Angga yang duduk disebelahnya menenangkan dengan berbagai cara, misalnya diajak ngobrol biar tak terlalu terasa.

Just arriving di Hang Nadim airport, bertemu mbak Nani kawan kantor ibu Angga dulu
Akhirnya kami mendarat dengan selamat di Hang Nadim Airport. Cuaca cerah dan bersahabat. Tak lama menunggu bagasi kami langsung keluar menuju pintu “Kedatangan”, terlihat murid ibu Ade , “Aliyudin” sudah menunggu dan melambaikan tangan. Saat masuk ke dalam mobil dan melaju, Ali tanya mau kemana kita? Ibu-ibu bilang terserah. Ehhhh... aku langsung nyeletuk, kita ke “Pantai Nongsa” tak jauh dari bandara kan?” ujarku. Barangkali yang lain bingung ya aku sudah punya itinerary??? Hahaaa...secara traveller sejati aku tak mau rugi waktu dong. Meskipun tujuan ibu-ibu ke Batam untuk “Shopping” aku tak mau rugi, harus dapat landscape dan view yang menarik untuk setiap daerah yang dikunjungi. 

Hmmmm...jauh sebelum hari H aku sudah browsing di google searching mengenai lokasi wisata menarik di Batam. Keluarlah beberapa nama destinasi dan aku menyusunnya berdasarkan lokasi terdekat menuju perjalanan. Hehee... anak mama... cerdas (begitu dulu mama alm selalu memuji aku. Duh kok jadi sombong ya...???:D). Lanjut... Ali menyetujui ke pantai Nongsa, tetapi dia akan mengajak ke Nongsa Point Marina Resort. Sebuah kawasan resot dimana dia bekerja sebagai Satpam. Dia bilang lebih indah dibanding pantai Nongsa. Okelah kalau begitu.

NAGOYA POINT MARINA RESORT
Nongsa Point Marina Resort Batam adalah resort bintang 5 yang terletak di semenanjung Nongsa, timur laut Pulau Batam. Jl. Hang Lekiu, Sambau, Nongsa, Kota Batam, Kepulauan Riau 29466. Nongsa Point Marina & Resort dirancang dengan sentuhan Mediterania dan dibangun di sekitar teluk alami Nongsa, di Pulau Batam, Indonesia. Ini adalah destinasi tepi laut yang benar-benar unik di lingkungan damai dan surgawi. Nongsa Point Marina resort menawarkan kamar hotel, vila dengan 2 atau 3 kamar tidur. 

Bagi mereka yang mencari gaya hidup santai dan pemilik kapal pribadi resort ini menyediakan fasilitas tersebut. Di resort ini terdapat dermaga Marina Internasional sebagai pintu gerbang ke Kepulauan Riau dan sekitarnya. Nongsa Point Marina & Resort adalah tempat yang ideal untuk menginap saat kita bepergian jauh dari rumah, baik itu selama seminggu atau untuk liburan singkat (short trip) akhir pekan. Resort ini menawarkan berbagai fasilitas rekreasi termasuk Lapangan Golf, Spa, pilihan olahraga air dan kapal charter untuk memancing, snorkeling menyelam dan menyebrangi pulau.

Hanya memakan waktu 10 – 15 menit dari bandara kami sudah memasuki kawasan resort dimaksud, tapi sayangnya cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba saja menjadi sangat tak bersahabat. Hujan mulai deras. Menurut Aliyudin area Nongsa memang area yang paling sering turun hujan. Begitu mobil memasuki kawasan resort kami disajikan view yang sangat cantiiikkk. Di gerbang resort tanaman hijau, warna warni bunga dan rumput hijau membentang di lapangan golfnya sangat menyejukkan mata. Kami sangat beruntung diantar oleh Aliyudin yang merupakan Satpam resort tersebut, kalau tidak pasti tidak boleh masuk. Yang diperbolehkan masuk hanyalah pengunjung/penyewa rumah/hotel di resort tersebut. Kalau melihat tampilannya aku berkesimpulan ini adalah penginapan yang elite dan pasti mahal. Setelah aku browsing memang benar penginapan disitu berkisar 2 jutaan per malam. Hmmmm..... Dari cerita Ali yang booking penginapan disitu adalah turis asing yang menghabiskan waktu week end.

Aliyudin langsung membawa kami pada spot yang paling menarik yaitu dermaga kapal-kapal pribadi yang cantik. Begitu mobil memasuki pelataran parkir aku langsung exited sekali lihat viewnya. Dan tentunya langsung “act”. Namun sayang karena hujannya cukup lebat gak bisa terlalu lama disitu. Tak sampai 15 menit langsung ke mobil lagi, itupun aku sudah basah kuyup sampai ke bagian dalam. Ali membawa kami berkeliling resort yang sangat luas itu. Indahnya maa syaa Allah.

View paling menarik yaitu dermaga kapal-kapal pribadi, jika cuaca cerah view dikejauhan itu adalah negara Singapura

Balik badan gerakkk...!

Di sisi sebelah kiri

Jembatan untuk naik ke kapal sayang pintunya forbidden alias no entry padahal kalau foto di ujung jembatannya pasti keren banget

Full team

Tuh kan...dari sini aja bagus apalagi kalau diujung dermaga itu lautnya pasti dapet

Trotoarnya aja viewnya keren, ibu-ibu diajar foto ala ibu-ibu sosialita

Area kantor 
Nongsa Point Resort Full team
Baiklah tujuan selanjutnya lokasi yang masih berdekatan yang sudah tercatat dalam itinerary aku adalah pantai Nongsa dan pulau Putri. 


PANTAI NONGSA
“Satu lagi wisata pantai populer di Pulau Batam, yaitu Pantai Nongsa. Pantai Nongsa atau biasa juga disebut Nongsa Tua terletak di kawasan Kampung Nongsa, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa. Pantai Nongsa dapat dicapai dari Bandara Hang Nadim dengan menggunakan taksi yang memakan waktu sekitar 30 menit. Sementara para wisatawan luar negeri, seperti dari Singapura dan Malaysia biasanya menggunakan Kapal Ferry. Kapal Ferry ini bersandar di dermaga Tanah Merah Singapura dengan tujuan Terminal Ferry Nongsa di Pulau Batam.

Dahulunya pada abad ke 18, hidup seorang tokoh penguasa yang mengembangkan kawasan pantai tersebut, beliau bernama Nong Isa. Karena nama tokoh tersebut hingga kini kawasan tersebut dinamai Nongsa. Konon tokoh tersebut adalah orang yang pertama kali mengembangkan kawasan Nongsa dimana pada saat itu belum ada kampung-kampung lainnya di Pulau Batam.

Pantai Nongsa memang menjanjikan pesona keindahan bagi siapa saja yang mengunjunginya, Air lautnya yang jernih, ombaknya yang tenang, hamparan pasir putih dan suasana alam pantai yang masih asri siap menanti kedatangan anda. Tidak berlebihan jika obyek wisata ini menjadi destinasi wisata pantai populer dan favorit di Pulau Batam.

Mengingat lokasi wisata pantai Batam ini dekat dengan negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia menjadikan Pantai Nongsa berada di lokasi yang strategis. Inilah yang menarik dari destinasi wisata pantai ini. Jika anda berkunjung ke sana, anda dapat melihat langsung keberadaan Negara Singapura dan Negara Malaysia yang letaknya tepat di seberang Pantai Nongsa. Malam hari adalah saat yang tepat untuk melihat negara tetangga dari area pantai ini. Anda akan melihat lampu-lampu yang menyala berwarna-warni seakan berkelap-kelip dari bangunan-bangunan yang ada di Negara Singapura. Pemandangan ini menjadikan daya Tarik tersendiri dari Pantai Nongsa

Hal menarik lainnya dari destinasi wisata pantai ini, adalah keberadaan sebuah pulau kecil yang dekat dengan Pantai Nongsa, yaitu Pulau Putri. Pulau Putri yang merupakan sebuah pulau kecil yang masih termasuk dalam Provinsi Kepulauan Riau. Pulau Putri pun memiliki pesona alam yang tidak kalah menariknya dari Pulau Nongsa sehingga banyak para wisatawan yang datang ke destinasi pantai ini menyempatkan diri untuk berkunjung juga ke Pulau Putri.

Selain menjanjikan keindahan alam pantainya, Pantai Nongsa juga telah dilengkapi dengan fasilitas penginapan berupa resort, seperti Turi Beach Resort dan Nongsa Point Marina. Resort-resort ini juga menjadi fasilitas penginapan bagi pengunjung Pantai Sekilak yang jaraknya memang dekat dengan Pantai Nongsa.

Apabila anda berencana ke Pulau Batam, sempatkan diri anda untuk mengunjungi Pantai Nongsa hingga malam. Mengapa demikian? Karena sore hari adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh parapengunjung pantai ini. Bagaimana tidak, pesona matahari terbenam yang terlihat dari kawasan wisata pantai Kepulauan Riau ini sangat menakjubkan. Dan malam hari, anda akan melihat kilauan lampu dari bangunan yang berada di negara Singapura. Sungguh kedua pemandangan ini tidak akan anda lupakan dalam hidup anda.!”

Untaian kalimat yang ditulis miring diatas adalah review tentang pantai Nongsa yang aku dapat dari Google search. Dan karena alasan itu pulalah aku menetapkan pantai Nongsa dalam itinerary trip kami, Dan lanjut .... hanya memakan waktu kurang lebih 10 menit dari lokasi Nongsa Point Resort kami sudah memasuki kawasan pantai Nongsa. Tetapi.... sampai ujung kok aku gak dapat view seindah yang aku lihat di google? Sesungguhnya pantainya memang indah, tapi untuk mencapai bibir pantai tak bagian landainya. Yang ada pantainya ada dibawah bagian rumah penduduk yang datarannya jauh lebih tinggi sekitar 2 meteran. Tak ada fasilitas buat turun ke pantai, trus gimana caranya ku bisa dapat view foto pantainya sedangkan rumah penduduk sekitar itu dipenuhi pohon besar. Untuk lihat pantai hanya bisa mengintip lewat celah-celah daun doang. Padahal pantainya bagus dan jernih (sebagian besar pantai-pantai di Batam air lautnya masih sangat jernih).

Kalau melihat kondisi ini sepertinya pantai ini belum jadi tujuan wisata, seperti pantai tinggal. Atau apakah Aliyudin salah menuju spot untuk turun??? Entahlah... aku masih bertanya-tanya. Disamping itu yang lain juga bilang katamu indah Esi???? Hmmmm.... atas permintaan aku kami diantar lagi ke pulau Putri. Pulau Putri masih satu lokasi dengan pantai Nongsa. Dan... hmmmm kecewa suasananya masih sama aja, gak ada fasilitas untuk main di bibir pantai. Masa aku harus terjun berenang dulu supaya bisa main di bibir pantai. Trus naiknya nanti lewat mana. Yah...sudahlah... kita balik aja. Aku yakin Aliyudin menurunkan kami pada lokasi yang salah.

Ini loh view pantai Nongsa yang kudapat di google. Indah kannnn????
Menelan kekecewaan kami melaju meninggalkan lokasi. Ketika Aliyudin tanya mau kemana lagi ibu-ibu jawabnya tetap sama. Aku akhirnya ambil kendali. Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 dan perutku sudah berasa perih, karena sejak semalam aku memang tidak makan, dan pagi tadipun belum sempat makan apa-apa selain menenggak kopi radix. Aku bilang kita makan siang aja dulu, setelah itu kita sholat Dzuhur jamak Ashar di masjid Raya Batam Centre, trus kita booking hotel dan ke Barelang. Hehehee... semuanya setujuuuu. Aliyudinpun bilang bagussss, karena tempatnya berurutan. 

Baiklah mobil menuju tempat makan siang (plus pagi???) yang enak dan murah. Tempat itu adalah Botani Mall di area Batam Centre. Sebenarnya Botani Mall adalah pasar yang menjual segala macam rupa, termasuk sayur mayur, buah-buahan, busana, elketronik dsb. Komplit plit. Di lantai dasar dekat area parkir ada lokasi yang cukup luas dimana di sana berbagai pedagang makanan dari segala macam jenis lauk-pauk ada. Seperti area fast food di lantai 7 pasar Tanah Abang begitu. 

Kami masuk dan datang seorang pelayan menyodorkan buku menu. Pelayan mencatat pesanan kami di secarik nota yang beraneka rupa. Kerennya dia sangat hapal nota mana yang harus ditulis untuk setiap jenis makanan yang diorder, karena setiap kedai memiliki nota masing-masing. Nanti pada saat makanan yang diorder siap disajikan maka pemilik kedai sendiri yang mengantarkan makanan ke meja kami. Nota tadi dia paraf lalu dimasukkan ke dalam gelas plastik kosong warna pink fanta yang ada di meja. Setelah makan selesai kita langsung membayar ke kasir dengan membawa beberapa buah nota yang ada digelas itu. Seru juga sistem ini.

Untuk makan siang kali ini aku memilih menu ayam penyet, plus sop ayam kampung. Ibu Angga menunya sama denganku, Kotada memilih tongseng kambing, Ibu Ade dan Vera ayam bakar, nah Aliyudin memesan menu ayam penyet cabe hijau. Kalau harus memberi testimoni aku menyatakan rasa masakan disini maknyusss dan kasih 2 jempol. Dan tambahan lagi saat membayar aku sangat kaget, bayangkan dengan menu seperti itu untuk berenam dan minumnya pake es jeruk, jus alpukat, teh botol sosro aku hanya membayar 160 ribu rupiah saja. Hmmmmm.... Lucunya saking doyan selama 3 hari kami di Batam tiap makan siang ibu Angga selalu minta dianterin kesitu aja. Hahaaaa.... padahal aku pengen cari kuliner lain khas Batam seperti gong-gong. Tapi oke juga kesitu jadi dompet bisa irit. Dan selama 3 hari makan di sini menu favorit yang paling top adalah, menua ayam penyet sambel hijau. Mantabs..maknyusss...top markotop, recomended banget.

Menanti makanan siap ....
Perut sudah kenyang kini saatnya kami harus menunaikan kewajiban. Kami menuju masjid Raya Batam Centre yang terletak tak begitu jauh. Dan rezekinya itu mendekati area masjid hujan turun sangat deras. Kebetulan ketika sampai di pelataran parkir adzan berkumandang, namun mobil kami masih harus berputar-putar mencari tempat parkir yang sudah sangat penuh. Kalau melihat dari plat mobil sebagian besar jamaah yang ada adalah wisatawan. Alhamdulillah masih sangat banyak muslim yang melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Hampir seperempat jam akhirnya kami dapat tempat parkir itupun karena ada sebuah mobil yang keluar karena sholat dzuhur berjamaahnya sudah kelar. 

Untuk masuk ke dalam masjid kami kebingungan lagi, karena hujan yang turun sangaaaaat deras, air menggenang di pelataran sedangkan mobil diparkir masih lumayan jauh sekitar 5-6 meteran. Aliyudin hanya punya 1 payung. Kami yang masih muda mengalah payung itu dipakai ibu Angga saja sedangkan kami berlarian menuju tangga yang menuju tempat wudhu. Agar tak kepeleset aku sengaja buka sepatu dan kaos kaki alias nyeker, kalau baju sudahlah jangan ditanya. Basah telas semua sampai kedalam. Hari ini saja sudah 2 episode baju kami basah dan kering di badan. Subhanallah.

MASJID RAYA BATAM
Masjid Agung Batam atau disebut Masjid Raya Batam merupakan sebuah masjid yang terletak di Batam Kepulauan Riau Indonesia. Masjid ini memiliki kubah dengan bentuk unik yang berdesain limas segi empat atau seperti piramida

Masjid Raya Batam dibangun di atas lahan seluas ± 75.000 m2, terdiri dari ruang salat dan mezanin 2515,00 m2, ruang wudhu pria 506,70 m2, ruang wudhu wanita 178,10 m2, ruang simpan sepatu 39,96 m2, Ruang kegiatan (lantai dasar) 2.190,24 m2, dilengkapi dengan menara setinggi 66 m dengan luas 9,00 m2, ditambah selasar penghubung seluas 1.270,00 m2. Dengan ukuran yang demikian besar Masjid Raya Batam dapat menampung jemaah di dalam masjid ± 3.500 jamaah dan luar masjid ± 5.000 jamaah

Masjid Raya Batam di desain oleh Ir Achmad Noe'man dan disetujui pada tanggal 31 Agustus 1997. Mulai di bangun pada tahun 1999. Ir Achmad Noe'man terkenal dengan karya karya monumentalnya termasuk diantaranya adalah Masjid Salman di ITB di Bandung, Masjid Baiturrahim di kawasan Istana Negara Jakarta, Masjid Al-Furqan di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (d/h IKIP) Bandung, Masjid Al-Markaz Al-Islami di Makasar dan Masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo, Bosnia Herzegovina.5.000 jamaah.

Foto masjid raya Batam yang kudapat via googgle
Dengan tubuh basah kuyup kami segera menuju tempat wudhu yang terletak di underground. Tempat wudhu dan toiletnya sangat luas. Dan yang paling menjadi catatan penting bagi aku adalah “sangat bersih”. Airnya mengalir deras. Kembali 2 jempol buat masjid ini.

Ruang masjidnya sangat besar dan nyaman dengan ornamen-ornamen dinding, lampu gantung dan lantai keramik yang bagus. Pada saat kami masuk di tengah ruangan sedang ada sebuah prosesi seorang wanita “kembali ke Islam” (itu istilah ustadz Hidayatullah untuk orang yang mengucapkan syahadat untuk masuk Islam). Kami segera sholat Dzuhur dijamak dengan Ashar. Selesai sholat kami masih duduk-duduk karena rasanya nyaman sekali berada di dalam masjid ini, tapi tak berapa lama Aliyudin memanggil lewat kaca untuk menuju keluar. Hujan masih sangat deras.

Kami segera keluar, rupanya Aliyudin mengajak untuk berfoto dari tangga masjid supaya pemandangan di kejauhan, dimana ada sebuah bukit hijau bertuliskan “Welcome to Batam” itu dapat. Hmmmm.... sedih banget padahal aku ingin sekali ke pelataran masjid yang sangat luas agar dapat mengambil foto masjid yang indah ini secara keseluruhan seperti yang sudah aku lihat di web. Tapi gak bisaaaaa..... hujan deras. Sedangkan aku berfoto turun tangga dikit ibu Angga dan Ibu Ade sudah berteriak melarang karena memang hujannya derasss...takut sakit katanya. Huuuhuuuhuuuu.... yah cukup puas dapat fotonya segitu saja. Karena sudah hampir sejam lebih kami di masjid ini, kami memutuskan lanjutkan perjalanan. Menuju tempat parkir seperti tadi aku kembali melepas sepatu dan kaos kaki. Alhamdulillah....

Kita cuma dapat ini foto di Masjid Raya Batam, lihat gelak tawa kami entah bincang tentang apa kok tawanya sampai lebar begitu

Bukit yang dibelakang dengan tulisan "Welcome to Batam". Coba lihat ujung baju bagian bawah itu basah...
Rehat sejenak setelah sholat, prosesi masuk Islam di tengah itu sudah selesai


Full Team di Masjid Raya Batam
Sesuai itinerary yang aku buat selanjutnya kami mencari hotel dulu. Supaya koper bisa diturunkan, kasihan Vera dari pagi tadi dia duduk berdampingan dengan tumpukan koper. Sesuai kriteria yang ditetapkan ibu Angga bahwa hotel yang kami cari adalah yang punya fasilitas family room. Atau kalau tidak ada room yang berdampingan dan mempunyai pintu penghubung. Aliyudin langsung paham dengan apa yang dimaksud (aku sih menebak bahwa si Aliyudin ini profesi sampingannya adalah tour guide atau minimal driver, karena sejak tadi aku melihat di setiap tempat pemberhentian entah itu di Botani mall, masjid selalu saja semua orang mengenal dia)

Aliyudin langsung mengantar kami ke Nagoya Hill Hotel Batam Center. Dia yang turun duluan untuk menanyakan adakah kamar seperti yang kami maksud. Kami menunggu saja di mobil. Tidak sampai 5 menit dia sudah kembali ke mobil, memberi tahu bahwa kamar seperti yang kami maksud ada. Silahkan lihat dulu kamarnya, kalau setuju baru koper diturunkan. Berlima kami turun menuju resepsionis. Diantar oleh seorang service room kami dipersilahkan melihat kamar yang ada. Di lantai 4 harganya 679 ribu rupiah permalam per kamar, sedangkan di lantai 2 seharga 594 ribu rupiah permalam per kamar. Setelah meninjau kami memutuskan untuk mengambil yang di lantai 4 saja karena lebih luas dan sepertinya lebih nyaman. Oke booking langsung untuk 2 malam. Karena kami tidak menginginkan tambahan bed maka untuk sarapan Kotada harus membayar sebesar 105 ribu per sarapan, dibayar langsung di restoran saat hendak sarapan.

Deal! Kami segera menurunkan koper dan menuju kamar, Aliyudin menunggu di lobby. Tak lama kami dikamar. Hanya bersih-bersih alias pipis dan ganti CD doang. Tidak ganti baju karena toh baju yang dibawa sudah ngepas jumlahnya. Lagipula toh baju yang basah kuyup tadi sudah kering di badan. Area sekitar hotel ini justru sangat terik dan panas. Cussss kita ke Barelang itinerary terakhir untuk hari ini yang aku susun.

JEMBATAN BARELANG
Lokasi Jembatan Barelang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Batam, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Jembatan Barelang terdiri dari enam buah jembatan yang menghubungkan tiga pulau besar dan beberapa pulau kecil yang termasuk dalam provinsi Kepulauan Riau. Nama Barelang sendiri merupakan kepanjangan dari Batam-Rempang-Galang. Batam-Rempang-Galang adalah nama tiga buah pulau besar yang dihubungkan oleh jembatan ini.

Jembatan ini dibangun pada tahun 1992 dan selesai tahun 1998, pemrakarsanya adalah Bapak B.J Habibie yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Pembangunan jembatan ini menghabiskan biaya lebih dari Rp 400 miliar. Biaya yang dihabiskan ini tampaknya sangat sebanding jika dilihat dari kemegahan jembatan kokoh ini.

Jembatan dengan total panjang 2.264 meter ini terdiri dari rangkaian enam jembatan yang masing-masing diberi nama raja yang pernah berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau pada abad 15-18 Masehi.

1. Jembatan yang pertama sekali kita temui disebut dengan nama Jembatan Tengku Fisabilillah. Jembatan ini adalah jembatan yang paling dikenal oleh masyarakat. Jembatan ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton dan memiliki lebar tinggi 642 x 350 x 38 meter. Ada sumber yang mengatakan bahwa struktur dan model jembatan ini mirip dengan golden gate-nya San Fransisco USA.. tampaknya benar sekali.

2. Jembatan kedua bernama Jembatan Narasinga yang menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah, berbentuk lurus tanpa lengkungan dan memiliki panjang lebar tinggi 420 x 160 x 15 meter. Tidak kalah megahnya dengan Jembatan sebelumnya.

3. Jembatan ketiga adalah Jembatan Ali Haji yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok dan memiliki panjang lebar tinggi 270 x 45 x 15 meter.

4. Jembatan keempat bernama Jembatan Sultan Zainal Abidin yang menghubungkan Pulau Setokok dengan Pulau Rempang dan memiliki panjang lebar tinggi 365 x 145 x 16,5 meter.

5. Jembatan kelima adalah Jembatan Tuanku Tambusai yang menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang dan memiliki panjang lebar tinggi 385 x 245 x 31 meter.

6. Jembatan keenam atau yang terakhir bernama Jembatan Raja Kecil, menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru dan memiliki panjang lebar tinggi 180 x 45 x 9,5 meter. Jembatan keenam ini sangat dikenal karena nilai sejarah dari pulau yang dihubungkannya. Di Pulau Galang ini pernah dijadikan tempat penampungan sedikitnya 250.000 pengungsi dari Vietnam pada tahun 1975-1996. Bekas tempat pengungsian yang berada di Desa Sijantung, Kecamatan Galang ini masih menyisakan benda-benda atau bangunan-bangunan peninggalan para pengungsi. Peninggalan yang kaya dengan nilai sejarah ini, tidak ada yang mau melewatkannya dan telah membuat takjub banyak orang. Semua benar-benar ada dan nyata di sini.

Jika dulu saat ke Batam bersama karyawati Pusri, kami diturunkan oleh travel yang mengkoordinasi tour kami di tengah-tengah jembatan. Dimana kala itu untuk foto aja amat susah karena kencangnya laju kendaraan yang melintas, apalagi untuk dapat view yang menarik gak banget dah. Nah dari berbagai foto traveller yang ke sini mereka mengambil sisi lain. Aku menuturkan itu pada Aliyudin, dia paham dan bilang memang kami akan turun ke lokasi yang strategis, aman dan paling penting viewnya bagus. Siiippp...

Turun dilokasi bagian samping bawah (aku gak pula mencatat apakah sisi utara, selatan, timur, atau barat), ada beberapa mobil yang di parkir di pelataran parkir. Genangan air yang cukup dalam disana-sini menandakan baru saja hujan deras di area ini. Kami berjalan menuju spot utama. Disana cukup banyak wisatawan yang juga sedang mengabadikan (baca= selfie). Baru berjalan beberapa meter ada pedagang rujak dengan gerobak dorongnya, aku langsung berteriak ingin beli rujak. Ibu Angga langsung teriak melarang, takut sakit perut jajan sembarangan secara dia orang medis harus selalu memperhatikan segi higienisnya. Aku ngeyel pokoknya aku mau rujak, aku bilang ibu belum tahu aja rujaknya enakkkk banget (saat 2010 ke Barelang kami juga mamakan jajanan rujak dan wuenakkkk tenannn). Akhirnya ibu Angga membujuk, iyalah yang penting kita ke tujuan utama dulu yaitu spot menarik.

Genangan air disana-sini

Entah pantai apa ini

Spot utama yang selalu rame, inipun harus menunggu lama untuk sepi seperti ini dan harus cepat

Sisi lain dibagian bawah spot utama tidak ada pengunjung yang turun kesini

Candid.....

Bujang kami...

Kakak beradek yang lengket-lengket dan muridnya Aliyudin

Full team
Mampir sejenak di tengah jalan demi mengabadikan suasana sunsetnya. Tapi tidak begitu dapet karena mendung.
Sampai di lokasi pengunjung lumayan ramai meski tidak sampai padat banget. Untuk menghindari ramai kami turum ke bawah dekat sungai dimana lokasi itu tidak dijamah orang. Aku sih iseng aja karena dari atas sepertinya menarik. Namun setelah sampai bawah kalau untuk menikmati pemandangan saja memang oke. Tapi kalau untuk foto sulit ambil angle yang bagus. Akhirnya kami naik ke atas lagi, dan Alhamdulillah mulai agak sepi. Bisalah kami dapat beberapa foto yang baguss.

Dannnnn ayo kita memenuhi janji yang tadi....beli rujak. Waktu hendak memesan aku langsung menghitung jumlah orang, dan bapak-bapak alias kaum pria menolak, termasuk ibu Angga juga, Aku bagi 2 dengan Ita saja, katanya. Baiklah... aku pesan 2 porsi. Lalu setelah menyicip ibu Angga langsung bilang oh iya ya enak... lalu dia minta pesan 1 bungkus lagi. Belum tahu dia rujak Barelang itu enak karena gula merahnya itu loh. Mirip rujak di keraton Jogya. Kaum pria dan Vera memesan jagung bakar dan kopi Batam. Semua bilang enak. Aneh ya kuliner di Batam itu semuanya enak, sampai rasa kopiny saja bedaaaaa. 

Meninggalkan Barelang waktu sudah menunjukkan jam setengah enam. Kami segera menuju hotel. Pikirku bisa langsung istirahat, namun ketika memasuki pelataran hotel ibu Angga dan ibu Ade minta pada Aliyudin tak usah parkir. Muter aja masuk ke Nagoya Hill Super Mall yang letaknya persis di sebelah hotel kami. Hayoooo aja.... alasan ibu Angga kita lihat-lihat aja dulu sambil survey harga buat belanja besok di toko-toko grosir. Hmmmm bener juga. 

Mallnya lumayan besar dan elit, disini barang-barang dijual dari premium sampai yang ori. Asli bener-bener sight seeing aja. Apalagi aku memang mudah lelah untuk keluar masuk toko, aku memang paling gak suka shopping saat travelling atau saat biasa (selalu online shopping), jadilah aku cuma berdiri-diri dilorong-lorong atau duduk-duduk menunggu di kursi yang disediakan di lorong-lorong mall.

Gayaku membuang jenuh...
Saat lelah meminjam kursi pemilik toko...Kotada iseng aja di fotoin huft...
Promo sale nya....
Hampir setengah sembilan malam akhirnya kelelahan dan evaluasi harga sudah fix kami jalan kaki menuju hotel. Untuk makan malam kami makan di restoran pinggir jalan menu yang kami pilih adalah sate. Lagi-lagi sajiannya maknyusss. Oh iya... aku dan Vera sempat membeli jajanan khas Batam yaitu "Kerak Telor Batam". Tadinya aku pikir mirip kerak telor Betawi karena namanya sama, ternyata beda. Kerak telor Batam adalah kudapan dengan bahan utama telor terus entahlah dicampur apa selanjutnya dipanggang dalam cetakan bulat-bulat dan disajikan dengan berbagai varian saos seperti, saos cabe, mayoness.

Mengamati si abang menyiapkan "Kerak Telor Batam"
Penampakan "Kerak Telor Khas Batam"
Karena sudah terlalu malam sampai ke hotel, ditambah cuaca sangat dingin aku dilarang ibu Ade dan ibu Angga untuk mandi (takut bengekku kumat). Sebagai anak paling kecil aku patuh jadi hanya membersihkan badan seadanya , berwudhu lalu tidur. Hmmmm... hari pertama trip ini menyenangkan dan mengesankan. Sampai besok pagi ya.