Tuesday 19 September 2017

BATAM ON VACATION, FAMILY WEEK END SHORT TRIP DAY 2nd

Hari yang cerah, ini adalah hari ke-2. Peserta sangat exited dan antusias bangun pagi ini. Terutama ibu Angga yang selalu “halo-halo” untuk segera mandi dan bersiap-siap biar hemat waktu katanya. Hmmmm... mengapa begitu menggembirakan? Karena hari ini spesial for shopping, sesuai tujuan utama ke Batam ini adalah for shopping. Ayooooo...semangatttt. 

Jam 6 pas kami sudah rapih banget, lalu menuju resto hotel buat sarapan. Resto sudah buka, sapaan ramah petugas hotel (ramahnya mereka bukan basa basi karena tugas dan aturan yang mereka harus lakukan, tapi dari hati) menjadi catatan plus pertama yang aku simpan diingatan (2 jempol), Yang bikin senyum lagi adalah ternyata kami adalah orang pertama yang masuk resto pagi ini. Hmmmm... so pasti senang. Karena kami pengunjung pertama resto yang membuka sajian yang masih dibungkus plastik (buah-buah dan puding) ataupun membuka tutup-tutup pancinya. Asli kita terlalu semangat.... yeayyy!

Sajian menu sarapan di Nagoya Hill Hotel sangat beragam dan semuanya maknyusss. Bagiku menu special terfavorite adalah salad buah/sayur dan mie Titi asli Makassar. Waduhhhh mie Titi nya enak sekali, baru kali ini aku mencobanya langsung jatuh cinta. Mie nya krenyes-krenyes seperti kerupuk asinan Bogor, lalu disiram kuah kental seperti berlendir yang dimakan hanya dengan sambal cabe, tanpa saos, tanpa kecap. Dan cita rasanya hmmmm...yummy. 

Selesai sarapan kita naik lagi ke kamar. Rapih-rapih lagi setelah toilet visitting, dan langsung turun ke lobby. Tadinya mau menunggu Ali menjemput sesuai janjinya kemaren sekitar jam 9-an. Ibu Angga mengusulkan “sebaiknya kita langsung pergi sendiri saja, bukankah toko-toko grosir itu berada diseberang jalan, tinggal nyeberang aja kok. Tunggu Ali kesiangan nanti, wasting time. Telpon aja Alinya bilang bahwa kita sudah langsung ke toko dan nanti dijemputnya dipertokoan saja buat bawain belanjaan”. Hmmm... cerdas dan masuk akal juga. Okelah kalau begitu. Cusss kita cabut......! Saat itu masih pagi sekali jam setengah 8 kami sudah siap menjelajah pertokoan grosir tas. Sambil jalan sempat foto-foto di depan hotel. 

Berkeliaran depan hotel menuju pertokoan tas di seberang jalan, 

Ibu Angga pegang komando hari ini

Ketinggalan rombongan ya???

Ayooo kita shopping... yes I am ready...!

Meskipun belum jam 8 sudah ada beberapa toko yang sudah buka (rajin sekali mereka menyongsong rezeki) dan kami sudah merogoh kocek. Beli tas, parfum dan ikat pinggang. Lanjuttt... pokoknya semua indah, bagus dan yang pasti jauh lebih murah dibanding harga barang di Palembang, dengan kualitas barang yang sama. Untuk kualitas tergantung kesukaan dan pilihan kita, mulai dari yang KW, premium sampai ori juga ada. Hmmmm... 

Batam, salah satu pulau di Indonesia yang mendapatkan julukan sebagai surganya belanja. Mengapa demikian? Tentu saja karena harga barang di pulau ini relatif murah. Murah meriahnya barang di Batam ini lantaran pasokan yang datang bukan dari tanah Jawa, melainkan luar negeri. Seperti yang diketahui, lokasi Batam memang lebih dekat dengan negeri Jiran, Malaysia dan Singapura. Salah satu sebab harga barang di Batam murah adalah karena Batam merupakan salah satu kota yang bebas pajak, tapi dengan syarat barang yang dibeli cuma 1 atau hanya untuk milik pribadi alias bukan buat dijual lagi.

Aku membuktikan sendiri bahwa harga tas di Batam ini murah. Kemarin saat di Nagoya Hill super mall, aku sempat masuk toko branded Bonia. Semua yang dijual disana produk original. Saat aku masuk dan berkeliling sang pemilik toko melihat tas merk Bonia yang kupakai, dengan senyum ramah dia menunjuk tas yang sama dengan punyaku di deretan displaynya. Aku balas tersenyum dan iseng bertanya berapa? 3,6 juta masih bisa kurang dikit katanya. Waduhhh... di Palembang tas itu harganya mahal amat ya...???? Aku beli di toko sepatu dan tas Fiesta Palembang Trade Centre tahun 2015 tas tersebut 4,8 juta. Sakiitttt.....!.

Baru jam 9 belanjaan sudah banyaaaakkkkk. Kebetulan Ali menelpon ingin menyusul kami, jadi barang sudah bisa masuk mobil dari pada kasian lihat Kotada yang harus tungguni barang belanjaan di emperan toko. Jam setengah 10, kami sudah merasa lelah belanja, lagipula barang belanjaan juga sudah membludak. Heheeee.... Oh iya dari survey kami, ada sebuah toko grosir yang paling recomended yaitu “Toko Erika”. Ada 2 toko yang pemiliknya sama, yaitu “Erika” dan “New Erika”. Kelebihannya adalah harga di toko ini agak lebih miring dari toko-toko lain, bisa selisih 20-30 ribu rupiah lebih murah all item (lumayankan kalau beli banyak bisa untung), pelayannya sabar dan ramah, “encik pemilik toko juga ramah bahkan tak pelit berbagi info tentang barang baru, bagaimana beda KW, premium dan ori dan yang paling penting gak pelit untuk kasih diskon dan diskon lagi. 

Puas belanja tas, parfum, ikat pinggang kami masih ingin mencari gadget, baik itu smart phone maupun tablet, atas info dari si “encik” pula kami tahu bahwa pusat penjualan gadget adalah Lucky plaza. Cussss...kita kesana. Tak sampai 5 menit kami sudah sampai di sana.

LUCKY PLAZA
Tak jauh dari Nagoya Hill ada sebuah mall yang menjadi tempat belanja ponsel dan aksesoris seluler yang terkenal murah di Batam, tempat ini bernama Lucky Plaza. Cukup dengan berjalan kaki saja bila Anda ingin ke Lucky Plaza dari Nagoya Hill.

Beragam jenis dan merek ponsel maupun gadget tersedia di tempat ini dengan harga yang lebih murah dibandingkan tempat perbelanjaan di kota-kota lainnya.Tak hanya ponsel baru, ponsel dengan kondisi bekas atau secondhand pun juga tersedia di Lucky Plaza. Perlu Anda ketahui juga kalau Lucky Plaza juga menjadi tempat kulakan grosir para pedagang ponsel dari kota-kota lain di Indonesia. Anda juga masih bisa menawar harga ketika belanja untuk mendapatkan harga terbaik.

Tadinya aku sudah bahagia banget karena sudah berhasil mengekang dan mengendalikan diri untuk tidak ikut belanja, tapi rupanya di Lucky plaza bocor juga. Kami mampir di sebuah toko yang menurut Ali recomended. Kami menemani ibu Ade yang ingin membelikan smart phone buat sang suami tercinta. Saat milih-milih Kotadapun ingin minta dibelikan mengingat Hpnya sudah lumayan lama. Yah bener saja murah..... Aku kurang begitu memperhatikan Kota beli apa detailnya aku cuma tahu Samsung yang lumayan update. Murah katanya. 

Ibu Ade masih asyik cari-cari, karena cuma duduk-duduk aku iseng bertanya pada pramuniaga yang berdiri dekat mejaku tentang tablet, dan dengan keramah-tamahan pramuniaga dia segera mengeluarkan berbagai jenis tablet dari berbagai tingkatan harga. Keramahannya luar biasa, dia menjelaskan secara detail dan rinci tentang, nilai plus dan kurangnya suatu tablet dibanding yang lain, bla bla... Akhirnya gaya dan cara pramuniaga ini melayanani pelanggan telah berhasil merobek kantongku. Jebollah pertahananku untuk tidak belanja. Hmmm....

Memang sudah hampir setahun ini aku ingin sekali beli tablet buat “pengajian baik itu membaca Al-qur’an maupun mencatat isi tausiyah ustadz”. Alasan aku memilih tablet karena tulisannya besar, jadi mataku tak lelah buat bacanya, tapi selalu sayang mengingat harganya hampir rata-rata 3,5 jutaan ke atas. Ah...nanti saja, aku sedang hemat. Saat pramuniaga menjelaskan spesifikasi dan harga aku langsung tertarik dengan Samsung tablet A6, harganya hanya 2,3 juta saja, plus cover, kartu Tri 10 GB, plus anti gores. Itu harga fix setelah tarik-tarikan urat leher tawar menawar, aku nyerah dah ... bungkus. Nah melihat aku bilang murah ibu Ade malah tak jadi beli smart phone buat ayah Ade, beli tablet sajalah tulisannya kan lebih besar. Lalu ibu Anggapun terhipnotis beli juga (heheee...). Aliyudin senyum-senyum saja melihat kami. Dan aku pecah telor juga gesek deh tuh uang....Bocor juga!

Puas di Lucky plaza, waktu sudah menunjukkan jam 11 saatnya makan siang, ibu Angga menginginkan makan siang di tempat kemarin saja, maknyuss alasannya. Ayoooo siapa takut. Dan usai makan siang,  ibu Angga mengusulkan agar sholat Dzuhur dan Ashar sebaiknya kita balik ke hotel saja, supaya nyaman bisa bersih-bersih, ganti daleman, wudhu dan sholatnya lebih sempurna. Masuk akal....cusss siapa takut, beruntung sekali kami memilih Nagoya Hill Hotel jadi dekat kemana-mana.

Hari masih siang, tapi belanja sudah gak minat lagi dan aku hanya mengantongi satu destinasi referensi yaitu Marina Beach tapi dengan persyaratan aku ingin dapat sunset. Ali mengangguk mengerti, ditengah perjalanan dia mengusulkan untuk ke taman miniatur rumah yang lokasinya sekalian jalan ke Marina Beach (kami sempat mampir ke suatu komplek perumahan untuk order lapis legis prunes khas Batam langsung ke tempat pembuatannya. Orderdulu besok saat mau pulang baru diambil). Kami setuju-setuju saja. Lucunya tuh dalam benak kami taman itu seperti TMII, ternyata...hahaaa...

TAMAN MINIATURE RUMAH ADA GOLDEN PRAWN
Kalau di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta ada anjungan-anjungan daerah yang menampilkan rumah adat dan kebudayaan lain dari setiap provinsi yang ada di Indonesia, di Batam ada Golden City. Sebuah taman berisikan miniatur rumah-rumah adat dari setiap provinsi di Indonesia.

Sejak dibuka pada tahun 2009 yang lalu, Golden City tak pernah sepi pengunjung terutama saat weekend. Baik pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara. Biasanya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke sini karena sekalian ingin mencicipi seafood di Golden Prawn, salah satu restoran seafood yang terkenal di Batam. Hal ini cukup beralasan, karena memang Golden City ini merupakan satu area dengan Restoran Golden Prawn di Bengkong Laut.

Rumah-rumah adat mini yang ada di sini dibangun di atas hamparan rumput luas, dan setiap rumah adat dikelilingi pagar tanaman. Inget ya blogger lovers jangan dibayangkan rumahnya miniatur seperti TMII, rumah yang dimaksud memang rumah kecil-kecil seperti mainan anak-anak, dimana kita hanya bisa foto doang di depannya. Tak bisa masuk ke dalam. 

Selain rumah-rumah adat mini, di Golden City juga terdapat wahana permainan lain seperti go-kart, flying fox, kolam renang anak, dan kolam ikan. Sayangnya taman ini agak kurang terawat sehingga rumput dan bunga-bunganya kurang rapih, apalagi dekat kolam ikan yang terdapat patung-patung binatang nyamuknya luarrrrr biasaaa, pada bentol. Hari ini cuaca Batam terik menyengat membuat kami buru-buru ingin segera masuk mobil biar adem.

Itulah miniatur rumah adat nusantara, kecil kan???

Selalu senyum senang...

Selfie for complete and full team

Panas dan teriknya matahari Batam. Hmmmmm...

Mereka yang lengket dan kompak, rumah adat Minang Kabau

Rumah adat Palembang

Kolam pemancingan yang nyamuknya ruaaarrrr biasa sekali



Patung kuda dikerubuti ibu-ibu

Keluar dari lokasi itu, Ali mengantar kami ke sebuah butik batik dan pusat oleh-oleh khas Batam “Kampung Oleh-oleh (KO2)” namanya. Masuk ke dalam sebentar kami segera keluar lagi, selain produknya kurang menarik di hati harganyapun mahal. Memang butik ini biasa disinggahi wisatawan dari luar negeri yang berkunjung sehabis menikmati permainan Go-kart dan flying fox. Tak jauh dari butik ada resto tepi laut golden Prawn, tapi kami tak minat masuk.

Butik KO2...

MARINA BEACH
Yah....marilah kita ke tujuan yang paling aku inginkan yaitu Marina Beach. Perjalanan ke sana memakan waktu cukup lama. Lebih dari 1 jam, aku lupa menghitung jam karena semua kami tertidur pulas, lalu tiba-tiba terbangun karena saat mendekati lokasi jalan berlubang, Kami masuk ke gate penjagaan sekitar jam 5, ada tanda masuk yang harus dibayar untuk masuk area pantai, 1 mobil dengan 6 orang penumpang harga KTM yang harus dibayar sebesar 50 ribu rupiah. Tak apalah... harga itu tak sebanding dengan keindahan pantainya. Keindahan itu kusaksikan sejak mobil masih mengatur posisi saat parkir.

Begitu mobil berhenti penuh aku langsung melompat turun ke bibir pantai diikuti oleh Kotada, dan yang lain bertiga memilih duduk di bawah pepohonan. Pantai ini sangat sepi sekali.Tidak berpenghuni dan sepi. Bayangkan di area parkir mobil hanya ada 2 mobil yang terparkir itupun sudah termasuk mobil kami. Tak ada pengunjung satupun yang turun ke bibir pantai. Hanya ada beberapa petugas yang memonitor di menara pengintai yang tak jauh dari parkiran. Hmmmm.... memang kalau tak melihat keindahan pantai yang airnya sangat jernih, terik matahari yang sangat menyengat ini membuat malas. Untuk aku ini bukan halangan landscape yang indah apapun kendalanya aku harus dapat fotonya. Aku sudah “prepare” sunglasses. Berdua Kotada kita seide. Jepret-jepret sampai puas.

Laut jernih dan terik matahari... ayo aja...

Birunya laut dan langit selalu membuat aku bertasbih. Maa syaa Allah....

Dari sisi sebelah kiri disinilah menurut ibu Angga best point for sunset

Ngejajal jika sunsest datang disinilah yang pas
Family act, pohon sebatang dikeroyok rame.rame..(=baca dikerubuti)

Aku dan Kotada menuju tempat para ibu kumpul. Baru saja duduk ibu Angga kasih ide tentang angle foto yang paling bagus (dia memang pinter tentang sudut foto yang baik, bukankah dia seorang radiography alias ahli rontgent kalau dulu di RS tempat dia kerja suka diejek dengan sebutan tukang foto). Untuk mempraktekkan idenya dia nyuruh aku ke sana-kemari jadi model dan dia jadi fotografernya. Hasilnya luar biasaaaa... bagusss. Aku berteriak-teriak senang. Bahkan ibu Angga memberikan teori di bagian mana sunset yang paling pas difoto nanti. Okelahhhh... terimakasih ibu atas ilmunya. 

Teknik ambil foto ala ibu Angga, bagussss

Beda kemiringan camera, maka biru langit dan lautnya jadi beda, meski dari posisi take yang sama

Memang nyata ini bagusss

Latihan ambil angle buat sunset, bener juga ibu Angga

Melihat hasil fotoku dengan angle yang dibuat oleh ibu Angga, akhirnya Kotada, Vera bahkan para ibu juga mau di foto. Sip...sip. Puas foto kami ngaso kembali di kursi yang ada di bawah pohon. Aku yang berkali kali bertanya jam pada Kotada yang pake jam tangan, karena tak sabaran ingin sunset segera datang. Memang sunsetnya kok lama ya, soalnya sudah jam 6 langit masih sangat terang sekali. Aku, Kotada dan Vera sudah berjaga-jaga di lokasi yang menurut ibu Angga paling pas buat sunset. Foto-foto sepuasnya, namun sunset belum juga datang. Jam setengah 7 sunset perlahan datang, kami stand by camera dan standby act, mengingat di Jakabaring kemarin sunset itu cepat berlalu. Tapi di Marina Beach tidak, mataharinya lambat sekali pulang ke peraduan. Mana hari mulai mendung. Tapi kami gigih menunggu.

Ibu-ibu ikutan act

Matahari perlahan turun, meskipun belum utuh kembali ke peraduannya

Inilah full sunset yang bisa diambil, karena 2 ibu yang nungguin sudah berteriak-teriak dan pak Satpam sudah 3 kali bolak balik, cuma buat negur dia segan
Hai sunset...please come...we waiting for you

In turn Kota full sunset, kurang dapet juga karena awan menutupi langit dan matahari

Inilah situasi terakhir sebelum kami berlalu.
Dari jauh ibu Angga dan ibu Ade sudah berteriak-teriak memanggil pulang dan segera ke mobil, kami cuek saja jepret-jepret. Bahkan Satpam yang jaga disitu sudah 3 kali bolak balik mengawasi kami. Akhirnyaaaa.... sang Mataharipun sudah kembali ke peraduannya. Langit sudah gelap dan kami segera ke mobil. Ibu Angga dan ibu Ade mulai menceracau hmmmm... kalian ini “ladasss nian”. Lalu mulailah ibu Ade bercerita tentang sesuatu yang menyeramkan.

Dia memang memiliki apa ya namanya “indigo???”, sehingga dia bisa melihat makhluk halus. Dia cerita mengapa di segera balik ke mobil dan berteriak-teriak memanggil kami untuk pulang, adalah karena saat hari hampir gelap dia menyaksikan banyak sekali makhluk halus di area tempat mereka duduk yang mengelilingi mereka, terutama di dekat WC yang ada di belakang mereka. Menyeramkan.... Apaaaaaaa????? Astaghfirullah ...! Waduhhhhh untung baru ceritanya di mobil kalau tadi dia teriak lalu mendekati dan bercerita tentang apa yang dia lihat, pasti kami (terutama aku) langsung ngacir dan batal nungguin sunset. Selamet...selamet.

Keluar area Marina beach hujang turun sangat deras, apalagi hampir ke arah pusat kota macetnya padat merayap. Dan kamipun segera menuju hotel, namun ibu Angga dan Ade masih ingin mampir lagi ke Nagoya Hill super mall kareana masih ada teman, anak menantu yang belum terbeli oleh-olehnya pagi tadi (alias alfa dari ingatannya). Karena sudah lelah aku bilang aku langsung aja ke hotel saja ya gak ikut ngemall. Mereka setuju-setuju saja, tapi tiba-tiba disepanjang perjalanan menuju hotel aku inget cerita ibu Ade tadi. Segera aku bilang aku ikut aja ahhhh ke mall, paling duduk-duduk lagi. Hmmmm....

Tak lama sih ngemallnya karena item yang mau dibeli sudah ada ditambah waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 sedangkan jam 9 mall tutup. Pulang dari mall kami kembali mampir di kuliner pinggir jalan seperti kemaren dengan pilihan menu berbeda-beda. Ibu Angga/Ade/Kota sate Madura, Vera kerak telor dan aku bakso komplit. Semua makanan di bungkus buat dimakan di hotel saja karena sudah terlalu malam dan lelah.

Hampir jam setengah 10 kami masuk kamar, mandi, sholat, makan, packing dan tidur. Selamat malam sampai besok di hari terakhir half day pula.

No comments: