Wednesday 18 May 2016

PERJALANAN DINAS KE ANYER



Dalam pekerjaan rutinku seringkali mengharuskan aku melakukan perjalanan dinas, entah itu hanya rapat, evaluasi teknis dan kunjungan pabrik sebagai verifikasi sebelum melakukan tender pembelian bahan kimia. Kadangkala aku merasa sangat lelah melakukan perjalanan dinas ini terlebih lagi apabila tujuannya untuk rapat dinas atau evaluasi.

Mengapa? Karena perjalanan ini merupakan agenda yang sangat melelahkan. Bayangkan saja jam 3 pagi bahkan azan subuhpun belum berkumandang aku sudah sibuk mempersiapkan diri. Jam 4 pagi sudah dijemput oleh pihak travel menunju bandara untuk mengejar pesawat pertama. Hmmmm...sholat subuh seadanya di musholla bandara. Dan selanjutnya sesampainya di Jakarta tanpa ada kesempatan istirahat aku langsung rapat (malah lebih sering terlambat sedikit, alias rapat sudah dimulai). Lalu belum berhenti sampai disitu nanti siang begitu rapat selesai sekitar jam 13.00 aku kembali bergegas menuju bandara kembali untuk pulang. Terkadang belum makan siang. Semua ini karena aturan perusahaan yang aku nilai pelit dan kejam. Judulnya selalu penghematan. Rapat dinas tidak boleh menyediakan makan siang bahkan snack pun tidak. Hmmmm...makanya setiap pulang dinas aku pasti sakit. Maag kumat dan batuk pilek.... hadehhh...

Tapi perjalanan dinas kali ini cukup menyenangkan, peninjauan pabrik untuk verifikasi sebelum rekanan ikut tender. Memang untuk dinas kunjungan pabrik agak lebih nyaman. Tidak perlu mengejar pesawat pertama, tidak perlu pulang hari. Biasanya setelah kunjungan pabrik kita akan dijamu bahkan refreshing. Yuppp....ini sebagai suatu gift.

Kali ini kunjungan pabrik adalah ke Asahimas di Serang Banten. Asahimas adalah produsen Kaustik Soda. Diskusi teknik dan plant tour sangat menyenangkan. Dan tak diduga selesai semua tugas inti vendor mengajak kami ke pantai anyer, sayang sekali gak tahu ada schedule ini jadi aku gak punya persiapan sama sekali bahkan sunglassespun gak bawa. Padahal siang hari terik. Akhirnya aku cuma intip-intip keindahan pantai Anyer dari restroomnya hotel Novotel. Foto-foto dikit sunset. Malam harinya kita dijamu makan di resto seafood dipinggiran pantai.


From my window pane the sea was appeared


The cozy bed room of  Novotel Hotel Anyer


Almost sunset from the restaurant


The shine and blue sea early in the morning


My window pane

Almost sunset...

Baru pagi hari besoknya aku berani turun ke pelataran pantai. Lumayanlah foto-foto sedikit. Dan sebelum pulang kita diajak ke mall baru , “Aeon Mall” didaerah Serpong. Mall ini milik Jepang dan semuanya bercirikan khas Jepang. Keren... Semoga sering ya dinas seperti ini. Melihat suasana disini dan makanan Jepangnya cocok dilidahku aku pengen banget travelling ke Jepang. Inshaa Allah...!


The sea......

My heart will go on and on...

I like the view

Japanese food culture... I am in Japan

Sushi Salmon fish saos teriyaki manis...suka banget yummy...

Sagami Japanese Cuisine Resto

Sagami...menunya yummy sangat...

Berburu oleh-oleh dan semua tentang Japanese food

Thursday 12 May 2016

SHORT TRIP PANTAI MUTUN DAN PULAU TANGKIL




Aku sudah lupa kapan tepatnya aku melakukan short trip ke Lampung ini, kalau tidak salah sekitar bulan Desember 2014. Kunjungan ke Lampung kali ini memang tidak direncanakan hanya mengambil cuti 1 hari di hari Jum’at. Tujuan utamanya menemani Iyun (kakak perempuanku) yang mengunjungi dan juga membenahi rumah kontrakan Ifan. Sudah hampir 5 bulan Ifan (anak cowoknya) merantau dan kerja di Lampung tapi dia belum sempat nengok sama sekali. Bahkan saat berangkat ke Lampung dia tidak bisa mengantar sama sekali. Kasihan... semua kondisi ini disebabkan oleh konflik rumah tangganya.

Berangkat hampir tengah malam menumpang mobil travel merupakan pengalaman seru bahkan sangat menegangkan. Bayangkan kami bertiga Iyun, aku dan Bunga semua perempuan. Kami duduk dibagian tengah, dibelakang kami 3 orang laki-laki dan didepan sopir dan seorang laki juga. Mobil selalu jalan dengan kecepatan sangat tinggi meski kondisi jalanan sangat buruk. Pengalaman perjalanan dengan mobil travel ini lebih mencekam lagi disaat menuju pulang ke Palembang.

Kondisi mobil yang tidak laik jalan benar-benar beresiko. Saat itu kami start keberangkatan dari Lampung ba’da Maghrib. Semula lancar...tetapi setelah beberapa jam perjalanan dan malam semakin larut mobil menepi dipinggir jalan. Sopir turun dan sepertinya memperbaiki kondisi ban, karena kondisi setengah mengantuk aku tidak begitu tertarik dengan permasalahan sopir dan mobilnya. Tetapi ketika sopir semakin sering menepikan mobilnya (hampir setengah jam sekali) aku mulai khawatir, terlebih mobil terlalu sering menepi dipinggiran hutan. Aku mulai takut dan khawatir. Kulihat dikursi depan Iyun tidur lelap dan Bunga yang disampingku juga tertidur. Aku mengintip disela-sela kaca mobil ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sopir. Tak begitu jelas, tetapi sepertinya masalah dengan ban. Situasi seperti ini terjadi setiap 15 menit sekali...waduh....kalau begini kapan nyampenya ke Palembang.

Dan akhirnya menjelang jam setengah 2 malam mobil berhenti disebuah perkampungan yang terdapat sebuah bengkel kecil. Perkampungan ditengah hutan saat tengah malam dimana orang-orang yang ada disana laki-laki semua. Pikiranku mulai macam-macam, takut dirampok takut diperkosa dan sebagainya. Aku membangunkan Iyun dan kami turun sekalian numpang buang air kecil di bengkel tersebut. Selesai dari WC kami menguping pembicaraan sopir dengan orang-orang bengkel. Akhirnya kami mengetahui permasalahan mobil travel ini. Ternyata parah dan amatlah berbahaya. 3 dari 4 roda mobil travel ini hanya mempunyai masing-masing 2 dan 1 baut (padahal harusnya setiap roda harus punya 4 baut. Dan baut yang terpasang itupun bukan jenis dan peruntukan mobil Inova.

Subhanallah..., innalillahi wa inna ilaihi rojiun...... , astaghfirullah.... desisku dalam hati ketika tahu letak permasalahannya. Jadi sang sopir berhenti setiap 15 menit sekali itu tujuannya adalah mengencangkan baut yang kendor. Ya Allah...alangkah tidak bertanggung jawab pihak travel ini. Begitu berani menawarkan ancaman nyawa penumpangnya. Aku baru paham mengapa mobil travel sangat amat terlambat menjemput kami tadi siang. Di schedule perjalanannya kami akan dijemput jam 3 sore tapi sampai jam 6 belum juga dijemput. Bahkan ketika ditelpon berkali-kali selalu jawabannya mohon bersabar karena mobilnya masih di bengkel. Dan akhirnya kami dijemput selesai maghrib. Ya Allah...

Dengan baut seadanya dan seketemunya, karena toh bengkel ini bukanlah bengkel resmi dan profesional. Tetapi minimal kami agak lega karena akhirnya 3 roda yang tadi bautnya tidak lengkap sudah lengkap. Perjalanan dilanjutkan dan alhamdulillah akhirnya sampai juga ke Palembang menjelang subuh. Sejak ini aku kapok dan tidak mau naik mobil travel antar kota lagi, mending naik kereta api saja. Carut marutnya transportasi antar kota, masih banyak terjadi disaat sorotan tentang keprofesionalan service dan keamanan jasa transportasi menjadi sorotan yang menghebohkan akhir-akhir ini.

Perjalanan ke Lampung dihari pertama membereskan rumah kontrakan Ifan yang sangat memprihatinkan. Sedih lihatnya ( aku jadi ingat Ardi), gak punya perlengkapan apa-apa. Bahkan jendela kacanya dibiarkan melompong sehingga dari luar orang lalu lalang dapat melihat dengan jelas isi dalam rumah. Di hari pertama kami sibuk ke pasar kelontong membeli peralatan dapur mulai dari piring, gelas, baskom, ranjang, kasur, seprai bahkan gorden.


Selesai mendandani rumah kontrakan Ifan lontang lantung tak tau arah, ngopi ke mall sebelum akhirnya memutuskan ke pantai mutun

Sudah ada keputusan dan sedang menunggu jemputan driver

Luntang lantung ditengah kota Lampung cari kuliner makan siang gak tentu arah

Hari Kedua. Pagi hari kami masih kembali lagi ke rumah kontrakan Ifan dan membenahi hal-hal yang belum tuntas kemarin. Setelah semua beres kami makan siang dan secara iseng menuju pantai Mutun karena Ifan sedang kerja dari pada tiduran di hotel, sedangkan mau city tour kami bingung tak tahu arah. Kenapa pilihan wisata singkat dan dadakan ini adalah pantai Mutun, itu karena informasi driver hotel yang kami booking untuk 3 hari perjalanan di Lampung. Pantai ini terletak tak jauh dari hotel kami menginap. Hanya menempuh 15 sampai 20 menit perjalanan dan juga murah banget. Kami hanya membayar 25 ribu untuk kesana itupun sudah termasuk mobil.
 
Kami sampai di pantai Mutun menjelang sore dan langit sangat gelap, mendung menggantung dan mau hujan. Tempat ini sepi pengunjung, bahkan bener-bener gak ada pengunjungnya kecuali kami. Mungkin karena hari  sudah sangat sore dan mendung. Tetapi aku sangat mengagumi pemandangan di pantai ini. Air laut tergolong bersih dan jernih. Ombak laut di Pantai Mutun cukup tenang sehingga cukup aman untuk pengunjung yang ingin menceburkan diri di laut Jika hanya ingin bersantai-santai, ada gubuk-gubuk yang untuk berteduh yang biasa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk atau tidur-tiduran ditiup angin pantai yang sepoi-sepoi. Kita juga dapat merasakan ketenangan karena air laut yang biru dan jernih serta hamparan pasir putih ditambah hijaunya pulau yang ada di seberang pantai ini membentuk pemandangan alam yang indah yang layak dikunjungi.

Indahnya awan dan laut yang membiru keputihan, paduan warna menyejukkan hati

Perahu sewaan yang berderet parkir dibibir pantai karean sepi pengunjung

Laut berbatasan dengan langit dan awan sungguh landscape yang awesome bangets...

Langit meskipun ada awan hitam menggantung aku tetap suka bongkahanmu yang putih

Sepi tak berpenghuni bagaikan aku tersesat di tempat luas yang mengajakku dalam kedamaian


Perahu sewaan untuk menyebrang ke Pulau Tangkil
 
Pesisir pantai yang damai dan tenang tidak ada ombak yang menghempas

Gubuk beratap jerami berderet dipinggir pantai


Tidak jauh dari pantai ini terdapat pulau yang terlihat hijau dan terasa asri untuk dikunjungi Pulau Tangkil. Untuk mendatangi pulau ini, kita dapat naik perahu dengan membayar biaya 10 ribu per orang. Bapak yang punya perahu ini sudah sangat renta. Kulitnya menghitam seperti terbakar matahari. Bapak tua ini sangat ramah dan santun sekali terhadap kami. Logat biacaranya khas orang Lampung. Dia berkali-kali mengucapkan terima kasih ketika aku membayar sewa perahunya 50 ribu dan menolak uang kembalian yang disodorkannya. Hmmm...sederhana sekali pola dan cara hidup orang-orang desa yang polos.


Berperahu tongkang menyebrangi luasnya samudra

Icon pulau Tangkil

Gak bisa untuk foto manis manja cantik...karena anginya deres banget tuh jilbabku sampe buyar. Harusnya pake jilbab instant aja, habissss gak rencana toh kita mau kepantai

Masih terus usaha kalau aja bisa fotonya manis manja

Tuh kan...amuradul gitu jilbabku.

Pulau Tangkil dalam kesendirian hahaaa....pas banget ya buat caption foto ini keren

Sunyinya pulau tangkil


Pasir yang putih, langit jernih dengan awan menggunpal merupakan

Pulau Tangkil Yang sunyi...cocok untuk merenung

Tidak dibutuhkan waktu terlalu lama untuk berkunjung ke pulau yang dikenal dengan Pulau Tangkil. meskipun selama penyebrangan mengarungi laut lepas aku sempat menahan nafas dan berdzikir, takut sekali. Tidak bisa berenang, tanpa jaket pelampung ditengah laut dengan menggunakan perahu yang meurutku kecil sekali bila dibandingkan hamparan laut lepas yang sangat luas ini. Aku memang mudah sekali baper dan phobia, karena pada saat itu sedang hangat-hangatnya pesawat Air Asia yang jatuh diperairan pangkalan Bun pulau Kalimantan. Hehhhhhh...jantungku berdegup gak karuan.

Begitu perahu sandar di pulau Tangkil aku memandang sekeliling. Maashaa Allah ........ alangkah indahnya lukisan alam yang ada disini. Laut jernih yang indah dilengkapi dengan langit mendung yang hitam menggantung dan gumpalan awan yang berbongkah-bongkah sungguh merupakan kombinasi yang sangat komplit. Suasana pulau ini sangat sepi tak berpengunjung. Ada penjaga warung yang menyambut dan menyapa kami. Bapak inilah yang menjelaskan segala sesuatunya menolong kami ambil foto-foto. Dan semua itu dilakukannya secara ikhlas tanpa minta bayaran. Salut...!

Menurut bapak itu bila musim liburan tempat ini akan sangat ramai dan padat pengunjung. Ada berbagai macam permainan, seperti banana boat, paralayang dsb. Selain itu kita dapat beristirahat dengan lebih nyaman karena suasana yang rimbun dan cukup hening di pulau ini. Air laut juga lebih bersih sehingga cocok untuk berenang, bahkan kita dapat melihat ikan-ikan yang berenang di dekat pantai. Setelah lelah melakukan aktivitas di pantai, kita dapat mencicip makanan dari tempat makan yang ada di pantai ini (tetapi hal ini tidak kami lakukan karena kami sudah makan siang sebelum sampai kesini). Puas memandang keindahan dan foto-foto kami memutuskan kembali, bapak pemilik perahu masih asyik ngobrol dengan pemilik warung, bergegas menarik tali penambat perahunya. Kembali aku harus merasakan degup suara jantungku ketika menyebrangi laut lepas.

Menjelang Maghrib kami kembali ke hotel, Ifan sudah menunggu di lobby hotel. Malam itu dia ikut menginap di hotel tempat kami menginap. Keesokan harinya kami mengantar Ifan ke tempat kerjanya dan kami melajutkan city tour kota Lampung cuma untuk wisata kuliner sembari menunggu jemputan travel yang akan menjemput di hotel jam 3 sore. Short trip yang cukup mengesankan.