Tuesday 9 May 2017

THAILAND LONG WEEK END 4th DAY HEADING TO MALAYSIA

Minggu, 30 April 2017
Dihari ke-4 kami menuju Malaysia, sebenarnya bukan kesengajaan mampir Malaysia. Hanya untuk transit sebelum back home keesokan harinya. Hal ini disebabkan karena schedule pesawat Air Asia hanya ada pagi hari di jam yang sama dengan schedule pesawat dari Bangkok – Kuala Lumpur. Tak ada schedule yang bisa connecting, jadi harus stay one night di Malaysia. Bagi pihak travel ini menambah keuntungan karena untuk one day stay di Kuala Lumpur kita kena biaya hampir 1 juta rupiah.

Tak panjang cerita yang dapat aku tuangkan di sini karena, aku sudah merasa sangat bosan dan jenuh dengan travelling ini. Yang ada dalam pikiranku hanyalah ingin cepat pulang. Yah...di Malaysia kami hanya sempat mampir di area Putrajaya, Sungei Wang Plaza dan Petronas Twin Tower.

Putrajaya berada di antara Kota Kuala Lumpur dan Bandara Internasional Kuala Lumpur. Letaknya sekitar 25 kilometer dari Kuala Lumpur atau sekitar 30 menit berkendara. Putrajaya didirikan pada tanggal 19 Oktober 1995, sebagai pusat administrasi pemerintahan Malaysia menggantikan Kuala Lumpur yang semakin padat. Selama berkeliling sang driver menjelaskan satu persatu gedung yang ada di area tersebut. Kesimpulan aku adalah gedung-gedung itu merupakan dinas atau instansi dari suatu kementrian.

Selain gedung pemerintahan, bangunan indah lainnya di Putrajaya adalah masjid. Setidaknya ada dua masjid cantik di Putrajaya, yaitu Masjid Putra dan Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin. Masjid Putra terletak di Presint 1, satu kompleks dengan Dataran Putra dan Putra Perdana. Masjid berwarna dominan merah muda (pink) ini berada tepat di pinggir danau, sehingga nampak seperti terapung bila dilihat dari kejauhan.

Kami berhenti di sebuah rest area dekat masjid untuk makan siang, lalu yang lain mengerjakan sholat di masjid raya yang cantik itu. Sementara yang lain sholat aku bisa mengambil moment untuk capture beberapa foto di pelataran depan masjid. Senang rasanya karena sang driver termasuk fotografer yang professional juga. Dia suka menjepret aku dengan cameraku dan aku sangat senang karena hasil fotonya bagusss sekali. Terima kasih abang. Masih ada orang yang mau mengulurkan tangan berbuat baik kepada yang lain tanpa pamrih.

Area Putrajaya central
Danau buatan di depan rest area, minta tolong wisatawan India buat fotoin
Pelataran taman dekat masjid Raya yang pink, foto ini diambil seorang bapak yang sudah sangat tua seumuran bapakku, bapak ini peserta umroh dari Padang,  yang transit dulu sehari di Malysia. Terima kasih bapak. Foto dan anglenya sangat bagusss..
Gedung hijau itu bukan masjid tetapi keresidenan kata abang driver
Best picture dari seluruh foto travelling kali ini, terima kasih abang..!
Ini baru masjidnya....
Setelah usai sholat kami menuju ke sebuah mall yaitu “Sungei Wang Plaza”. Estimasi waktunya lama sekali di tempat ini. Pokoknya sang driver bilang jam 6 sore dia akan kembali menunggu di meeting point. Aku hanya menunggu saja tanpa minat belanja apapun. Oh ya... saat menunggu di depan pintu masuk plaza tiba-tiba aku bertemu dengan group wisata dari PT. Pusri mereka dalam jumlah banyak 25 orang. Kalau tahu mending aku ikut group Anggaran dan SPI.

Usai belanja kami melanjutkan makan malam di sebuah resto, India sepertinya. Aku hampir tidak berselera makan. Entahlah bagaimana aku harus mendeskripsikan tentang resto ini. Ahhhh... sudahlah kali ini memang kurang baik kondisi travellingku. Lalu kembali perjalanan dilanjutkan lagi untuk ke sebuah ikon wajib bila kita berkunjung ke Malaysia yaitu Petronas Twin Tower.

Petronas Twin Tower ini memiliki ketinggian 451.9 meter di atas permukaan tanah. Petronas Twin Tower beralamat di Jalan Ampang, Kuala Lumpur, Malaysia. Petronas Twin Tower ini memiliki 88 lantai. Maestro dibalik menara kembar yang terkenal ini adalah sang arsitek master bernama Cesar Pelli. 

Menara yang dibangun pada 1 Januari 1992 ini menghabiskan dana sebesar $1.6 juta untuk pembangunannya. Jika berada di atas menara kita bisa melihat pemandangan seluruh negara Malaysia. Sayang aku gak sempat naik dan masuk ke menara.

Menara pertama atau menara satu diisi oleh perusahaan Petronas, seluruh kantor yang berhubungan dengan Petronas terdapat di menara satu ini. Kemudian menara kedua diisi oleh perusahaan-perusahaan lain seperti Huawei Technologies, Microsoft, IBM, Boeing, Bloomberg, Reuters, Krawler dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dilantai bawah dari Petronas Twin Tower ini terdapat sebuah mall terbesar yaitu Suria KLCC. merupakan pusatnya retail dan juga sebuah mall yang menjual barang-barang branded. Hari sudah malam dengan kelelahan yang amat sangat aku tak berminat untuk masuk mall, hanya menunggu di taman depan tower. Berfoto-foto mencoba mendapatkan angle foto yang menarik dengan si “Twin Tower”. Sulit dan tak sebagus yang pernah aku lihat di foto-foto para blogger. Tapi jadilah dari pada tak punya sama sekali.

Air mancur di taman depan Twin Tower
Berusaha sebisanya agar dapat angle yang bagus. Anak orang India ini seneng banget diajak foto langsung nempel dalam pelukanku. Hmmmmm...... Terima kasih Tiara..
Tiara yang cerdas dan helpfull..
Beginilah hasil fotonya andai mau dapat lancipnya ituhhhh..
Yah... hampir jam 10 kami sampai di hotel, kemas koper, tidur dan mempersiapkan diri untuk bangun dan mandi jam 3 pagi karena jam 4.30 akan sudah dijemput menuju bandara. Aku girang karena sudah mau pulang.Sampai di rumah aku merasa sangat lega sekali. Alhamdulillah...!

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (al-Baqarah: 216)

Yah... sekian dulu update blog ini. Selanjutnya akan sedikit vacum dulu untuk travelling karena harus memenuhi pundi-pundi rekening dahulu, ada rencana besar untuk umroh keluarga di bulan Februari 2018 juga mendaftarkan adik bungsuku haji. Kabulkanlah ya Allah... I wanna be back to basic dulu. Heheee....

Pengalaman travellingku kali ini menjadi sebuah pengalaman sangat berharga yang dapat aku ambil hikmah. Tidak bisa dijelaskan secara detail karena semua cukup tersimpan di dalam hati. Bertolak dari kekisruhan kemaren aku harus semakin hati-hati menulis, melontarkan kalimat. Meskipun yang kutulis adalah rentetan fakta perjalanan, tetapi tak boleh terlalu vulgar. Iyalah...harus semakin belajar. Namun yang pasti untuk sementara waktu.aku jadi agak trauma untuk travelling lagi bersama group yang tak aku kenal sama sekali sebelumnya  Minimal harus ada teman akrab yang sudah dalam kukenal atau bersama keluarga. Relaxing dan exhale....dululah.

Friday 5 May 2017

THAILAND LONG WEEK END 3rd DAY


Minggu, 29 April 2017
Tepat jam 7.30 kami sudah way out from Hotel (sayang aku lupa mencatat nama hotelnya) untuk destinasi wisata hari ke-3 yaitu balik lagi ke pusat kota yaitu Bangkok. Seperti pada perjalanan menuju Pattaya di hari ke-2 kemaren, perjalanan balik ke ke Bangkok juga ditempuh dalam waktu 3 – 4 jam. Dalam kondisi yang amat sangat lelah aku tertidur lelap sepanjang perjalanan, terbangun ketika mendengar suara pak Bong bahwa kita sudah hampir sampai di tempat pertama kunjungan hari ini yaitu Gem store.

GEMS JEWELRY FACTORY BANGKOK
Gems Jewelry Factory merupakan tempat pembuatan dan pengolahan batu-batu berharga yang dihasilkan Thailand hingga menjadi perhiasan yang indah. Menurut keterangan pak Bong local guide kami begitu tiba di tempat ini kami akan menaiki kereta bawah tanah dimana kami akan dapat menyaksikan proses pembuatan batu permata, mulai dari tahap paling pertama yaitu pengambilan bahan dasar batu dari tambang. Namun mengingat ini adalah “peak season”, maka saat sampai ke lokasi deretan bus pariwisata yang mengantri untuk masuk di parkiran factory ini mengular, pak Bong langsung memutuskan kami tak usah antri untuk menaiki kereta melainkan langsung ke display storenya saja. Okelah kalau begitu... gak penting juga yang penting lihat produk akhirnya saja. (Belakangan melalui beberapa blogger baru kuketahui bahwa naik kereta itu bukannya ke area tambang melainkan, kita dibawa ke underground level untuk nonton film tentang proses pembuatan batunya. Untung saja gak jadi ke underground...buang waktu percuma).


Kami masih antri sedikit untuk memasuki tempat display penjualan produk permata ini, begitu masuk kami langsung disambut oleh seorang pramuniaga wanita yang fasih berbahasa Indonesia. Sebelum memasuki ruang display kami melewati ruang kerja para pegawai dalam merangkai dan membuat sebuah perhiasan. Pada ruangan ini kami masih diperkenankan untuk mengambil foto, namun pada ruang display tidak diperkenankan mengambil foto. Baiklah baiklah....!

Ruang ini adalah bengkel tempat pembuatan produk. Kita harus melewati ruang ini dulu sebelum masuk ke ruang display produk
Berbagai tools(peralatan)  untuk pembuatan produk

Akhirnya sampailah kami pada ruang display produk yang dijual. Pengunjung padat merapat. Tapi mata dan hati seorang wanita seperti aku yang memang mencintai perhiasan selalu bisa menemukan bentuk produk yang sesuai selera hati. Ditemani seorang pelayan yang ramah dan pandai menarik hati maka hancurlah pertahananku untuk menjaga kantong dan rekening agar tak bocor. Lucunya untuk melakukan pembayaran aku menebar semua uangku dengan 3 jenis mata uang. Rupiah, dolar dan bath....semua ludes terkikis. Hanya tersisa rupiah dalam bentuk puluhan, lima ribuan, seribuan haaahhhaaa.
Semua ini aku lakukan karena aku tak mau gesek kartu debit, karena sistemnya adalah bila pembayaran dilakukan cash maka akan dapat potongan harga 5% dan untuk tax refund akan langsung dipotong sebesar 10% tanpa harus mengurus di bandara, aku juga gak mau mengurus tax refund di bandara karena butuh waktu

Jenis barang yang kubeli adalah sebuah cincin bermata topaz seharga 8000 bath, dipotong 5% menjadi 7600 bath, lalu dipotong 10% tax refund menjadi 6840 bath. Dengan nilai kurs 417 rupiah maka total dalam rupiah adalah 2,85 jutaan. Hmmmm... apa boleh buat. ... tongpesss gak apa apa asal senang. Namun menurut pendapatku kualitas permata disini masih belum sebagus produk Jeil Ametheyst di Korea. Ya sudah... begitu selesai mendapat hasil buruan kami langsung keluar, setelah kumpul di bis ternya semua wanita yang ada dalam rombongan masing-masing menghasilkan 1 hasil buruan juga. Hmmmm....hmmmm...
Lalu kami kembali melaju dengan bis menuju pusat penjualan souvenir dan oleh-oleh khas Thailand yaitu Dried Food.

Ini nih yang membuat aku terjatuh dan merobek dompet
Tangan tangan yang menorehkan hasil buruannya
 
BOWTIP MARKET (DRIED FOOD MARKET)
Toko besar yang terletak di jalan antara Pattaya dan Bangkok ini menyediakan beragam rupa oleh-oleh yang bisa dibeli untuk dibawa pulang, seperti snack, souvenir berupa replika Thailand , piring hias , gantungan kunci, kerjainan tangan berupa tas, dompet  serta yang tak pernah tertinggal adalah kaos serba Thailand. Untuk menarik minat pembeli toko ini memberlakukan promo dengan cara pembelian 3 free 1 atau ada juga produk 5 free 1.

Aku sudah sangat tidak minat berbelanja karena sudah tak punya stock uang lebih, selain itu produk yang dijual hanya itu-itu saja. Bosan rasanya melihat gantungan kunci dan sebagainya itu. Untuk produk makanan/penganan aku juga tak berminat. Memangnya siapa yang mau makan dan aku mau ngasih siapa. Toh aku cuma hidup sebatangkara. Penganan dan snack yang kubeli saat travel ke Bandung  bahkan yang dari Korea saja masih belom termakan. Jadi setelah melihat-lihat sekilas isi toko aku segera keluar dan mengamati tingkah laku rekan-rekan dari jauh saja. Iseng aku shoot beberapa view sekitar toko untuk aku simpan di cameraku. Hmmmm...bosan dan memang selalu membosankan bila travelling terlalu banyak adegan belanja/shoppingnya.

Ini sebagian produk snack yang dijual di Bowtip Market
Snack kering lainnya
Pemandangan di luar toko
Sisi luar kanan toko deket WC nya yang jorokkkk
Patung apakah ini ???? sepertinya sesembahan mereka, lihatlah patung ini diberikan sesajian minuman fanta dan buah mangga segar
Cafe kecil di sisi kiri toko, untuk melepas penat.
Si adek cowok yang lugu dan baik hati, meski gak beli eh...dia ngasih permen asem. Kapunka...
Selain bisa membeli oleh-oleh khas Thailand, di toko oleh-oleh yang sekaligus bisa dijadikan sebagai rest area setelah menempuh perjalanan lumayan jauh ini, pengunjung juga bisa membeli kelapa muda sebagai pelepas dahaga. Ada juga penjual buah segar. Namun selain memang kantongku tak punya lagi persedian cash money harga buah disini sangat mahal. Gila 1 buah harganya 60 bath, padahal saat di Bee Farm harganya hanya 25 bath. Ya sudahlah biarkan aku asyiik dengan cameraku saja.

1 jam waktu yang diberikan sudah usai dan kami harus mulai kembali ke bus, kulihat ibu-ibu rombongan kami sudah menenteng belanjaan yang banyaaaakkkk lagi. Hmmmmm....duitnya tak berseri jadi gak habis-habis belanja

Bus kembali melaju tujuannya adalah makan siang di sebuah resto hotel, “Picnic Hotel”. Hotel bintang 5 yang restonya bagus, besar dan elit. Seluruh jenis makanan ada. Di resto ini aku makan agak banyak. Mulai dari 2 potong puding, semangkuk besar buah, sedikit nasi dan fillet ikan, spagethi lalu terakhir aku mengambil sepiring kecil buah lagi. Mantap kenyangnya.... Usai makan aku hanya duduk-duduk di lobby sementara yang lain mengerjakan sholat. Aku sangat tertarik sekali melihat ada area foto shoot dipojokan lobby. Desain tata letak interiornya cantik sekali, ada sepeda putih dengan keranjang bunga, lalu kursi taman putih yang cantik. Aku hanya memandanginya dari jauh karena gak bisa untuk foto di situ tak ada yang bisa motoin. Hiks.....

Bus kembali melaju menuju destinasi selanjutnya. Di sini ada sedikit kesewotan aku sama pak Bong, menurut pak Bong karena masih banyak itinerary yang harus dijalani hari ini dan karena dia mengamati bahwa sebagian besar ibu-ibu peserta sangat hobby shopping, maka pak Bong bernegoisasi bagaimana seandainya 1 dari 2 tempat yang dikunjungi diskip saja supaya waktu untuk shopping di MBK agak lebih panjang.

Waduhhhh....aku langsung duluan sekali menjawab. Pak Bong tujuan saya ke Thailand adalah wisata bukannya shopping, jadi kunjungan ke Golden Budha,Chao Praya dan Wat Arun harus tetap seperti schedule semula. Justru waktu untuk ke MBK biarlah secukupnya saja. Terserahlah mau suka atau tidak suka yang mendengarnya.Aku sudah bosan menjadi centeng yang selalu menunggu-nunggu di depan toko ketika orang belanja. Alhamdulillah omonganku di aminkan sebagian peserta dan yang paling banyak setuju adalah peserta laki-laki. Akhirnya sepakat tak ada tempat wisata yang di skip. Kami segera menuju Golden Budha.


GOLDEN BUDHA
Objek wisata yang selanjutnya dikunjungi adalah Wat Traimit atau lebih dikenal dengan Golden Budha. Wat Traimit buka pukul 09.00 am – 5.00 pm, dengan lokasi di Traimit Road (sebelah barat Hua Lampong Station). Mengunjungi Wat Traimit gratis tidak dipungut biaya. Tapi, di puncak paling atas untuk masuk museum dikenakan biaya sekitar 100 Baht.

Di puncak atas Wat Traimit ini ada patung Buddha yang dikenal dengan nama Golden Buddha. Patung Buddha tersebut berumur sekitar 9 abad, dibuat pada abad ke-13 pada masa Kerajaan Sukhothai. Patung Buddha tersebut berukuran 3 meter (9.8 ft) dan terbuat dari emas murni (18 karat) dengan total berat 45 kg dan diperkiraan nilai emasnya mencapai 250 juta dolar.

Masuk kedalam lokasi pengunjung sangat padat, aku berdiri dan mataku berkeliling menatap keatas sambil sekali-sekali menjepret cameraku untuk mengambil view menarik. Agak sulit.... dapat hasil foto yang baik. Tapi easy going ajalah... yang penting aku dapat mengamati tempat ini. Saat beruntung aku bisa meminta tolong wisatawan asing (kebanyakan orang India) yang dengan ikhlas mengambil fotoku. Pas di patung budha dibagian dalam kuil aku sempat minta fotoin sama peserta dari Medan, ibu dokter muda. Alhamdulillah dia mau dan tidak keberatan.... Terima kasih....!

Golden Budha
Mengingat estimasi waktu yang diberikan, aku dan yuk Erni yang kebetulan bertemu saat aku sudah hendak turun ke bawah segera keluar menuju parkiran bis. Kami melaju ke lokasi wisata Chao Praya dan Wat Arun Temple.

Foto ini di shoot oleh seorang wisatawan India, dan yang foto bersama aku yang baju jeans dan garis2 merah itu teman segroup dia. Selalu ada orang baik yang mau membantu meski tidak mengenalnya sama sekali.
Golden Budha dan lihatlah semua terbuat dari emas murni
Langit-langitnya (attic) nuansa gold
Berkali kali aku foto attic ini suka karena motifnya mirip songket Palembang
Golden Budha
View dari atas...lantai 2
View di tempat yang sama dari lantai 1
Foto alm. Raja yang selalu ada dimana-mana. Rakyat Thailand sangat mencintai rajanya.
Dari bagian bawah sulit untuk bisa dapat top
Area in enter dan exit
Nemu ini Tuk..tuk yang lagi ngetem tunggu penumpang. Dulu saat dinas dengan pak Indra dan pak Zailani Nur sempat nyobain naik ini seru! Sekarang travellingnya gak seru!
 
CHAOPRAYA
Salah satu daya tarik utama wisata Bangkok adalah Sungai Phraya atau yang lebih dikenal sebagai Chao Phraya. Sungai besar yang berair kecokelatan tapi bersih ini, telah menjadi jalur transportasi penting sepanjang sejarah kota Bangkok. Chao Phraya juga menjadi jalur yang efektif untuk mengunjungi berbagai tempat wisata di Bangkok dengan murah.

Ada dua jenis kapal (boat) yang bisa Anda gunakan untuk eksplorasi berbagai tempat wisata di sepanjang sungai ini. Jika tidak memiliki banyak waktu dan hanya ingin pergi ke satu atau dua tujuan saja, misalnya ke Grand Palace atau Wat Arun, bisa naik Chao Phraya Express Boat. Kapal ini berfungsi layaknya bus umum, tinggal naik dan nanti katakan tujuan kita ke kondektur yang akan menarik bayaran. Tarifnya tergantung jarak, sekitar 10 sampai 30 baht. Tarif akan lebih mahal pada jam sibuk, begitu pun jadwal kedatangan kapal. Pada jam sibuk, jumlah kapal yang beroperasi juga semakin banyak.
Dermaga penyebrangan menunggu kapal tongkang yang disewa menjemput
View gedung-gedung menjulang di seberang
Gedung-gedung pencakar langit
Sebagian group wanitanya, dari Semarang dan Jakarta semuanya ramah dan disiplin
Dermaga kami tempo dulu...

Mengarungi sungai Praya (haha lebai banget seperti mengarungi samudra saja), kami menyewa sebuah kapal tongkang kecil. Serem sekali pas naik kapal ini, sepertinya kapal ini tidaklah dalam kondisi yang baik. Aku mengamati dari tadi saat kapal ini datang bahkan berlabuh di dermaga menjemput kami, kapal sangat oleng dan miring ke sebelah kiri. Sangat berbeda dengan kapal kecil lain yang ada disekitaran situ, yang tegak dan tidak miring. Aku tak henti berdzikir selama perjalanan, memang kapalnya miring kok seperti mau tumpah. Ya Allah lindungi kami.

Sejauh mata memandang, di kanan dan kiri sungai ini kami disuguhi dengan panorama gedung-gedung pencakar langit. Rupanya di sepanjang sungai Chao Phraya juga dihiasi dengan berbagai hotel mewah bintang 5, seperti Mandarin Oriental Bangkok, Royal Orchid Sheraton Hotel, Shangri-La Hotel Bangkok, dan The Peninsula Bangkok. Kerennya, hotel-hotel tersebut memiliki akses langsung ke Sungai Chao Phraya.

Ikon yang paling menonjol dari pulau ini adalah Che di Mutao, sebuah pagoda di Wat Poramai Yigawat. Selama menjelajah Sungai Chao Phraya, perahu yang kita naiki seringkali berpapasan dengan kapal lainnya. Tak jarang mata ini melihat beberapa restoran apung yang menjajakan makannya di atas kapal. Mendekati dermaga pemilik kapal menjajakan roti bantal yang besar sekali seharga 10 bath. Roti tersebut adalah makanan ikan keramat yang jumlahnya ribuan di tepi dermaga. Ketika kami melemparkan roti, maka ribuan ikan berkerumun berebut memakan roti tersebut. Bentuk ikannya sangat mirip dengan ikan patin tetapi ukurannya agak lebih kecil. Menurut pak Bong rakyat Thailand tidak berani mengambil apalagi mengkonsumsi ikan-ikan tersebut, karena mereka menganggap ikan ini adalah titisan dewa, makanya disebut ikan keramat. Karena tidak pernah diambil makanya populasi ikan di pinggiran dermaga sangat banyak. Hmmmmm....Kapal sandar di dermaga, satu persatu kami naik ke dermaga dibantu oleh isteri dan anak pemilik kapal.

Ikan keramat yang berebut roti
WAT ARUN
Selepas naik ke dermaga kami langsung disambut oleh sebuah bangunan menjulang dengan patung budha berwarna emas di depan pintu masuk bangunan ini adalah temple (=kuil) Wat Arun. Wat Arun disebut juga sebagai kuil fajar atau candi fajar. Candi ini merupakan Candi budha yang terletak di distrik Bangkok Yai, kota Bangkok, di tepi barat sungai Chao Phraya. Dikutip dari wikipedia, Nama panjang Wat Arun adalah Wat Arunratchawararam Ratchaworamavihara.
 
Wat Arun di tahun 2011
Patung emas Budha dulu dan sekarang tetep sama stabil berat badannya, berhubungyang ambil fotonya pak Satpam jadi view kiri kanan tak balance. Tak apalah yang penting dapat moment di entry gate ini.
Wat Arun dibangun pada masa kerajaan Ayutthaya, yang dikenal dengan sebuat Wat Makok. Setelah Raja Rama II & Raja Rama IV berkuasa, Wat Makok kemudian diganti nama menjadi Wat Arun seperti sekarang.

Dari sungai Chao Phraya, Wat Arun terlihat megah dan terlihat indah. Apabila senja maupun matahari terbit, keindahan Wat Arun tak tertandingi. Banyak momen yang bisa diabadikan pada dua waktu tersebut. Menikmati sebuah bangunan dengan tinggi sekitar 70 meter ini, bisa memberikan rasa senang, karena memang Wat Arun terkenal dengan sebutan "Temple of Dawn", kuil atau candi yang indah saat terbenam matahari.

Detail ornamen Wat Arun mengingatkan pada sebuah guci yang terbuat dari porselen dan keramik dari Tiongkok. Dinding candi ini berwarna-warni layaknya keramik dari Tiongkok. Berkeliling Wat Arun haruslah ektra hati-hati karena tangganya memiliki sudut yang sangat sempit dan memiliki tangga yang sempit dan cukup menukik. Namun, apabila telah sampai pada puncaknya, pemandangan yang sangat indah akan terlihat dengan jelas. Sebuah lukisan alami yang bisa dilihat dengan mata telanjang sebuah pemandangan aktivitas sungai Chao Phraya dan kota Bangkok.

Dulu saat dinas ke Thailand tahun 2010 aku pernah mengunjungi temple ini, namun suasana dan kondisinya sudah sangat berbeda. Dulu untuk menuju dermaga kami melewati lorong-lorong pasar tradisional yang menjual berbagai penganan tradisional, souvenir, kerajinan tangan Thailand dan yang paling penting adalah jajanan buah segar khas Thailand yang manis dan legitnya luar biasa. Tadi saat ke dermaga kami melalui jalur berbeda, turun bis langsung di dermaga. Saat ini Wat Arun temple sedang dalam proses renovasi sehingga kami tidak diperbolehkan naik ke level yang paling atas yang dari situ kita akan dapat menikmati area bahkan pemandangan seluruh kota Bangkok termasuk istana raja dan Golden Budha tadi. Satu catatan yang aku rekam adalah dinding candi sudah dicat dan dibuat menjadi berkesan agak modern, dulu semua masih asli jadi mirip candi borobudur. Tak seronok lagi....! Aku lebih suka yang dulu.

Wat Arun on Duty 2011 with my team
Sisi yang sama yang pernah aku ambil di tahun 2011 dulu
Wat Arun tempo masa kini
Pernik dinding temple yang dulu lebih natural. Sekarng catnya sangat putih alias keputihan
Wat Arun sekarang
Usahaku untuk foto selfie hehe,,,
Exit gate
Setelah mengambil foto seadanya bersama yuk Erni yang sudah tak sabaran untuk belanja karena ada toko yang terletak di jalan bagian belakang temple, aku langsung bubar dan mencari toilet saja. Aku hanya bengong sendiri karena sebagian besar peserta wanita kulihat sangat sibuk dan asyik berbelanja. Akhirnya aku kembali naik ke temple sendirian, suasana di temple mulai sepi karena pengunjung mulai berangsur pulang , hari sudah hampir menjelang sore/maghrib.

Iseng aku mengambil HP dan memakai selfie camera. Menggunakan timer dan meletakkan Hpku di dinding temple lumayan aku dapat foto dengan angle dan view yang bagus. Yah...memang salah seharusnya aku bawa tongsis atau tripod. Bukankah aku tidak bisa memprediksi kondisinya akan seperti ini. Heheeee.... sudahlah ada baiknya aku tak terlalu banyak foto supaya instagramku tak overload. Puas foto aku menuju jalan keluar dan meeting point. Di situ aku melihat sudah hampir sebagian besar peserta menunggu, hanya beberapa ibu-ibu saja yang belum muncul termasuk beberapa rekan anggota group aku.

Duduk menunggu, ada peserta yang bercerita bahwa harga barang yang dijual di toko Wat Arun jauuhhh lebih murah dibanding di Bowtip market tadi. Untuk produk yang sama misalnya bross di Bowtip seharga 20 bath disini hanya 10 bath. Bahkan ada yang lebih dari 50% lebih murah, tetapi rata-rata harganya 50% lebih murah dibanding Bowtip market Maka itulah banyak ibu-ibu yang kembali belanja dengan jumlah yang tidak sedikit. Hmmm.... aku paham alasannya mengapa. Bowtip kan adalah toko wajib yang sudah punya link dengan tour travel sedangkan toko di Wat Arun adalah toko mandiri. Jadi kenapa Bowtip lebih mahal? Karena harus menyediakan sebagian dananya untuk fee para tour travel/local guide yang lazimnya sebesar 20% dari total pembelian. Itu hukum pasti dimana-mana.

Karena keasyikan belanja maka estimasi waktu yang diberikan di lokasi ini agak sedikit ngaret. Lebih 30 menit akhirnya kami kembali ke dermaga dan kembali ke tempat parkir bis. Tujuan selanjutnya adalah sebagian peserta ke MBK Mall dan 13 orang ke Madamme Tussaud yaitu patung lilin. Sebenarnya ku berminat untuk ke patung lilin, tetapi mikir nanti kalau tidak ada yang motoin yah akan sia-sia padahal harus bayar sebesar 800 bath. Aku memilih ikut yang ke MBK Mall saja, meski inipun bukan pilihan yang menarik buatku, aku tidak punya budget dan tak suka shopping. Apa boleh buat nikmati saja.


MBK Mall
Namanya merupakan kependekan dari MahBoonKrong, yang merupakan mal legendaris dan menjadi tempat favorit untuk belanja oleh-oleh dan souvenir bagi para wisatawan. MBK Center merupakan mall terbesar di Bangkok, berada di pusat kota, memiliki delapan lantai dengan koleksi barang yang sangat lengkap mulai dari fashion, tas, sepati, hingga elektronik dan masih banyak lagi.

Berbagai macam barang dan produk dapat Anda temukan di pusat perbelanjaan ini, tenant terbesar adalah Tokyu Department Store, kemudian ada bagian khusus untuk komputer, DVD, video games, kamera, sentra gadget, fashion dan aksesoris, juga food court, kafe dan restoran.

MBK Center sangat populer di kalangan wisatawan, walaupun tetap pengunjung utamanya adalah warga Bangkok. Banyak toko disini yang menjual souvenir / merchandise unik. MBK Center terhubung dengan Siam Discovery dan Siam Paragon melalui jembatan penyeberangan yang nyaman. Di lantai 6 mal ini khusus menjual handicrafts dan cinderamata. Barang-barang disini masih bisa ditawar lho. Untuk oleh-oleh jajanan dan makanan kering, bisa cari di lantai 2.
Salah satu spot menarik yang ketemu saat kami nyasar keluar gedung
Cantik ya ... selalu suka with colorfull view
Estimasi yang diberikan di MBK adalah 2 jam, sesuai dengan jam kunjungan peserta lain yang ke Madamme Tussaud. 2 jam....ahhhh tidakkk. Lama banget rasanya bagiku (tapi masih lebih singkat dari waktu yang diberikan oleh Ramazan saat shopping di Grand Bazaar 4 jam hiks).

MBK ku masa lalu kami masuk lewat pintu yang berbeda karena menuju kesini naik MRT
Melewati MRT dulu untuk ke MBK
Lelah berkeliling aku mengajak untuk turun dan langsung ke meeting point saja. Sudah ada beberapa peserta yang menunggu di meeting point namun sang sopir dan pak Bong belum kelihatan jadi kami balik lagi ke area depan mall yang menjajakan aneka jajanan. Disana aku penasaran mencoba membeli rujak mangga ala Bangkok. 1 porsi harganya 60 btah. Lumayan tapi masih belum bisa menandingi rujak Indonesia...heheee...

Mengingat destinasi selanjutnya adalah menonton pertunjukan Nanta Show yang pertunjukannya akan dimulai tepat jam 8 maka makan malam ditunda menjadi schedule terakhir saja. Bis segera melaju ke semacam teathre tempat pertunjukan Nanta Show diadakan. Sampai ke sana kami sudah telat 20 menit dari jam pertunjukan. Kami masuk... dan karena aku sudah pernah menyaksikan Nanta Show di negara asalnya saat ke Korea Februari kemaren aku tahu bahwa kami  sudah benar-benar telat. Adegannya sudah pada saat keponakan sang manajer membuat huru hara karena belum piawai bekerja. Tak apalah aku tak begitu antusias.

Aku agak terperangah melihat para artis yang ada di atas panggung adalah artis yang pernah memberikan pertunjukan saat aku ke Korea. Yah... sang wanita, laki-laki jangkung yang masuk kotak sampah, lalu satu lagi laki-laki yang terlibat adegan mesra sama wanita itu. Yang berbeda hanyalah sang manajer dan keponakannya. Pertunjukannya juga tidak begitu memukau dan membahana seperti di Korea. Sound sistem, tata lampu, desain interiornya minimalis sekali. Kondisi teathrenya kumuh, mana kami dapat di belakang dan sayap pojok paling kanan. Hufthh..... ! Karena sudah pernah nonton aku tak begitu exited melihat adegan demi adegannya tapi tetap masih bisa tersenyum dan tertawa.

Yah....akhirnya pertunjukan usai dan lucunya jika saat di Korea dulu sang artis langsung bubar jalan bahkan berlarian dengan menutupi muka dengan baju atau topi, di sini sang artis justru mejeng di deretan pintu masuk tadi. Disitu beberapa petugas berteriak-teriak mempromosikan bagi siapa yang mau foto bersama artis tersebut harus bayar sebesar 100 bath. Hmmmm...mirip saat Ladyboy show tapi lebih mahal. Rombongan kami tak ada yang minat untuk foto. Dan bis langsung melaju ke sebuah resto hotel untuk makan malam. Menurut pak Bong sebenarnya resto hotel tersebut sudah tutup, tetapi karena kami sudah reserve maka ditunggu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, rasa lelah yang amat sangat, ngantuk membuat aku kehilangan selera makan. Maka saat makan aku hanya mengambil 3 potong kecil puding, 2 potong semangka, 2 potong nanas. Itu saja. Pengen cepat sampai ke hotel beberes dan tidur.

Malam ini kami nyampe di hotel jam 11.15 malam, bayangin lelahnya. Belum lagi besok kami harus sudah standby jam 4.30 untuk diantar ke bandara. Selamat malam.....sampai besok last day travel in Kuala Lumpur.