Wednesday 3 May 2017

THAILAND LONG WEEK END 2nd DAY


Jum'at, 28 April 2017
Pagi ini dalam penjelasan Pak Bong (local guide) kemaren malem kami harus stand by untuk dijemput. Bagi peserta yang menginap di Season Hotel adalah jam 7.30, sedangkan yang menginap di Dinasty hotel jam 7.45. Ya...jadi pagi sekali aku sudah selesai mandi dan dandan. Jam 6 pas malah aku dan yuk Erni sudah turun ke resto hotel buat sarapan.

Sepagi itu resto sudah sangat ramai lagi-lagi mirip pasar pagi, dan takjubnya seluruh orang yang ada di resto itu adalah orang Indonesia. Artinya penduduk Indonesia itu kaya alias orang mampu, buktinya dimanapun di belahan dunia yang pernah aku kunjungi sebagian besar wisatawan berasal dari Indonesia. Bukankah wisata itu butuh uang banyak yang sudah lebih dari kebutuhan pokok? Hmmmm...keren ya orang Indonesia.

Meskipun “Season Hotel” ini hotel kecil dengan fasilitas seadanya tetapi menu sarapannya keren. Segala rupa hidangan ada, dari makanan pokok nasi, nasi goreng, mie goreng, bihun goreng, bubur ayam, sereal. Minumannya beragam, teh, kopi, coklat, susu, aneka jus jeruk, guava, grape, melon. Lalu buah-buahan yang disajikan dalam bentuk buah segar, maupun pilihan salad buah, juga salad sayuran.

Aku berkeliling memilih menu, pertama yang aku ambil adalah buah semangka dan nanas. Bangkok terkenal penghasil buah yang kualitasnya mendunia. Semangka dan nanasnya manissssss sekali. Selesai menyantap buah seperti biasa selaku orang Indonesia aku memilih nasi, telor dadar, sayur dan fillet ikan asam manis dan segelas teh manis. Menghabiskan menu utama aku masih ketagihan dengan semangka dan nanasnya. Aku kembali mengambil 2 potong semangka dan 2 potong nanas, dan segelas jus guava. Ditempat antri jus aku menyaksikan 2 remaja putri asal Jakarta yang entahlah apa istilahnya. Sudah tahu antrian mengambil jus itu banyak, eh...mereka berdua berdiri di depan deretan jus dengan gelas mereka menenggak jus satu persatu sambil berdiri tanpa mempedulikan antrian. Aku hanya berucap istighfar dalam hati. Duh....besar banget muatan perutnya, 4 macam jus dicoba satu persatu segelas penuh dan meminumnyapun sambil berdiri dan ngobrol. Hmmmm....hmmmm..hmmmm.

Usai sarapan aku naik lagi ke kamar, untuk bongkar muatan alias toilet. Lalu membawa koper dan tas turun menunggu jemputan. Tepat jam 7.30 bis yang menjemput datang. Senangnya para peserta lain juga sangat “on time”. Bis melaju menuju Dinasty hotel untuk menjemput rombongan peserta lain. Kalau istilah pak Bong kelompok 4, 7, 8 yaitu dari Medan, Surabaya, dan Jakarta. Kelompok inipun sudah stand by di pelataran parkir malah.Cusss...kita melaju.....menuju Pattaya. 

DARI BANGKOK – PATTAYA
Pattaya merupakan resort city yang terkenal di Thailand. Letaknya sekitar 102 mil tenggara dari ibukota Bangkok. Pattaya menjadi salah satu destinasi ngetop di kalangan orang-orang Asia, salah satunya Indonesia. Di mata para turis mancanegara, Pattaya merupakan spot yang sangat cocok untuk menikmati nightlife scene, terutama bagi orang-orang barat. Di Pattaya juga sudah banyak tourist attractions yang dibangun oleh para investor seperti villa, resort hotel, service apartment & condominium dan shopping mall lengkap yang berada di tepi pantai.

Di Thailand, Pattaya adalah salah satu kota yang paling mudah untuk dijangkau karena dihubungi dengan Highway 7 (Motorway) dan Highway 3 (Bangna-Chonburi route). Beberapa bus jarak jauh berangkat dari Eastern Bus Terminal (Ekamai) setiap setengah jam sekali. Banyak sekali para turis lokal maupun internasional yang berangkat menggunakan bus dari Bangkok ke Pattaya. Rute keberangkatan yang paling sering digunakan adalah dari Eastern Bus Terminal yang terletak dekat dengan Stasiun Ekkamai BTS di Jalan Sukhumvit di Soi 63 (Soi Ekkamai). Perjalanan dari Bangkok – Pattaya akan ditempuh selama 2,5 jam – 3 jam bergantung pada traffic lalu lintas jalannya.

Perjalanan menuju Pattaya cukup lama hampir 4 jam karena traffic jam yang lumayan namun tidak parah. Kondisi jalan tolnya seperti bergelombang sehingga aku merasa seperti naik kapal laut. Belum lagi cuaca Bangkok yang luar biasa panas 44 derajat celcius membuat aku pusing dan mual. Aku menenggak Paramex untuk menghilangkan pusing dan agar bisa tidur. Untuk mual aku hanya makan perment mint. Akhirnya aku tertidur lumayan pulas.

BEE FARM
Jam setengah 12 kami tiba di tujuan pertama wisata hari ini, yaitu Bee Farm pusat pengolahan madu. Bee farm merupakan salah satu destinasi wisata wajib yang sangat menarik untuk dikunjungi oleh siapapun wisatawan yang berkunjung ke Thailand. Bee Farm adalah salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat yang cukup berhasil dilakukan oleh pemerintah kerajaan Thailand. Bermula dari gagasan raja Thailand yang ingin mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, kemudian kelompok masyarakat di wilayah tersebut diberi bantuan untuk melakukan budidaya lebah madu.

Yang wujudnya berbeda sendiri itu adalah lebah ratu yang mampu menghasilkan royal Jelly
Lokasi yang beralamat di 221/89 Moo 12 Thaepprasit Rd. Nongpure, Banglamung Chonburi 20261. Trik promosi yang patut diacungi jempol mengingat banyak wisatawan yang berasal dari Indonesia yang mengunjungi tempat ini. Suatu langkah yang dapat ditiru bagi pariwisata Indonesia. Bee farm sudah dilengkapi dengan sebuah souvenir shop, atau malah mirip dengan super market, sesuai namanya disini dijual segala macam bentuk olahan dari lebah seperti Madu asli, bee pollen, royal jelli, dodol madu, asem madu dll.

Di lokasi ini kami dipandu oleh salah satu staf Big Bee Farm yaitu mbak Merry seorang pekerja yang berasal dari Semarang. Dia menjelaskan mengenai asal muasal madu. Kami juga bisa menemukan sarang-sarang lebah dan bisa melihat lebah terkecil bernama Tetragonula pegdini, ukurannya lebih kecil dari lalat dan sekilas memang seperti lalat. Lebah ini menghasilkan propolis yang biasa digunakan untuk obat.

Mbak Merry yang menjelaskan detail asal muasal madu, royal Jelly dan bee pollen
Selanjutnya rombongan diajak ke sebuah ruangan ber AC untuk mendengarkan penjelasan panjang lebar. Mbak Merry memberikan penjelasan tentang lebah dan madu, khasiat madu, bee pollen, royal jelly dan cara membedakan madu asli/murni dengan madu campuran. Masing-masing pengunjung diberi kesempatan mencicipi madu hasil produksinya. 

Ruang dimana mbak Merry mempresentasikan produk dan manfaatnya dan ini sebagian dari group kami yang disiplin dan kompak
Untuk produk kesehatan yang khasiatnya membersihkan peredaran darah, mencegah kolesterol, asam urat, memperbaiki metabolisme aku sangat tertarik. Usiaku yang sudah memasuki 50 memang harus sudah mengarah pada pencegahan terhadap hal-hal tersebut meskipun dari general check up tahunan hasilnya masih baik. Meskipun aku hanya punya bekal uang yang sedikit aku keukeh untuk membelinya dalam bentuk paket produk paling kecil yang bisa dikonsumsi selama 2 bulan . Harganya relatif murahlah untuk madu berkualitas. Paket yang aku beli senilai 2,6 juta. Gesek debit card Mandiriku, untuk kesehatan uang toh gak ada artinya.

Gedung utamanya store location
Selesai melakukan transaksi aku dan yuk Erni keluar tujuannya ingin segera kembali ke bis, namun tertahan sebentar melihat gerobak pedagang yang menjajakan buah-buahan segar asli Bangkok. Bangkok memang raja buah. Aku membeli buah mangga manis, satu buah mangga dipotong memanjang dengan pisau sang pedagang asal Penang Malaysia sangat panjang tajam dan mengkilat. Mangga yang telah dipotong dikemas dalam kantong plastik dan diberikan sebungkus kecil garam halus bercabe. Untuk 1 jenis buah dihargai 30 bath, tetapi kalau beli 2 disikon menjadi 50 bath. Jangan tanya rasanya. Manisssss.... Baru saja kami menyelesaikan transaksi si abang penjual buah diserbu pembeli. Kami segera masuk ke bis. Bis melaju untuk menuju destinasi wisata yang selanjutnya.


NOONG NOOCH VILLAGE
Jam 1 kurang seperempat bis kami mendarat di suatu lokasi yang indah, dari gerbang masuk terlihat view taman bunga, patung-patung buah, binatang dan segala macam yang indah-indah, namun sayang bisnya tak mau berhenti di lokasi itu, jadi jelas tak bisa untuk ambil foto di best view tersebut. Hmmm...enak banget kalau kita private trip yang pakai mobil sendiri dan kecil, bebas mau stop dimana saja.Hiks...hiks...

Noong Nooch Village terletak di Km. 163, Sukhumvit Road (Highway 3), Provinsi Chonburi, Pattaya. Noong Nooch Village ini merupakan sebuah theme park seluas 2,4 km2 (600 acre) yang juga menyajikan daily cultural show dan berbagai atraksi. Noong Nooch Village ini awalnya merupakan tempat penanaman bunga-bunga tropis dan juga sebagai wildlife conservation. Noong Nooch Village dibuka untuk umum sejak tahun 1980. Adapun Nong Nooch dalam bahasa Thailand berarti “gadis manis”.

Noong Nooch Botanical Garden merupakan taman yang dipenuhi dengan jutaan bunga-bunga lokal maupun dari berbagai belahan dunia, seperti baby snapdragon, lavender, rose, lily, dan iceland poppies. Boleh dibilang Noong Nooch Botanical Garden mirip-mirip dengan Taman Everland di Provinsi Gyeonggi-do, yang berlokasi tidak jauh dari Seoul.

Taman bunga ini dihias dan ditata sedemikian rupa untuk menarik perhatian para turis lokal maupun mancanegara. Didekorasi dengan kolam-kolam, patung-patung dan candi-candi khas budaya Thailand. Selain itu yang paling banyak disukai oleh turis adalah taman bunga anggrek, kaktus, bonsai dan palm gardennya. Selain taman bunga, di sini juga ada pertunjukkan gajah. Gajah-gajah tersebut sudah dilatih untuk beratraksi, bisa bermain bola dan naik motor beroda tiga.

Karena sudah sangat siang dan perut juga sudah berteriak maka pertama kali yang kami lakukan adalah santap siang . Di tempat ini banyak terdapat restoran-restoran dengan menu beraneka ragam, seperti western food, thai food, korean food, chinese food dan fresh seafood. Kami makan di lantai 2 dengan sistem “buffet” alias makan prasmanan. Aneka menu dan sajian banyak dan tersedia di beberapa deretan meja panjang membentang dari ujung ke ujung.

Selesai makan aku masih harus mencari ATM untuk menarik uang “Bath” karena ada tambahan biaya yang harus dibayar sebagai optional tour, yaitu “Lady Boy Show” seharga 800 bath. Biaya tambahan ini harus dibayar dalam bath sedangkan aku hanya membawa dolar. Inilah kejutan selanjutnya dari pihak travel, ada banyak optional tour yang memerlukan tambahan biaya. Padahal semua telah tertera dalam itinerary, seharusnya yang disebut optional tour adalah tour yang tidak tercantum dalam rencana itinerary.

Pilihan sajian atraksi yang ditawarkan kepada kami di lokasi wisata ini adalah pertunjukan atraksi gajah, tiket untuk menonton atraksi ini sudah dibagikan. Alternatif lainnya kami bisa mengeliling village ini menggunakan mobil wisata kecil dengan membayar biaya sebesar 80 bath untuk ini harus membayar sendiri. Aku masih teringat terus tentang view indah di gerbang masuk tadi, aku memilih ingin berkeliling saja menggunakan mobil wisata kecil itu, ada sebagian peserta juga ingin. Tapi tunggu saling tunggu waktu terbuang percuma. Estimasi waktu di tempat ini hanya tinggal 30 menit lagi. Jadi tak ada pilihan, paling hanya bisa ambil foto-foto taman di sekitar restoran saja. Lumayanlah cukup bagus. Daripada pulang ke Palembang tak bawa oleh-oleh apapun apalagi untuk update blog aku.

Berkeliling taman aku berharap bisa dapat view menarik, tapi ternyata gak bisa. Aku toh travelling alone right now. Yo wisss ...lah...apa boleh buat, ini pelajaran bagiku kedepan. Untuk travelling harus sangat berhati-hati, baik itu memilih jasa travel, group member dan paling penting jangan travelling sendiri paling tidak ajaklah saudara/keluarga atau teman seide dan sehati.Selanjutnya aku memilih lebih banyak diam saja.

Lelah berkeliling akhirnya jam 2.30 pas kami meninggalkan Noong Nooch Village menuju destinasi berikutnya.
 
Beberapa hasil foto seadanya, yang diambil oleh wisatawan lain dari China kalau gak salah
Foto ini minta tolong diambil oleh seorang mahasiswa D3 kesehatan dari Makasar.  Taman bunganya hmmm... colorful
Pak Boy yang ambil fotonya

SILVERLAKE VINEYARD (ไร่องุ่นซิลเวอร์เลค)
Silverlake adalah suatu perkebunan anggur yang sangat luas. Panorama pemandangan alam, danau dan gunung tersaji di depan mata, betul-betul indah. Ada 2 bagian area di kebun anggur Silverlake ini. Bagian pertama merupakan bangunan bertuliskan "Silverlake Villagio" yang mana merupakan outlet penjualan hasil olahan buah anggur, sampai disini masuknya gratis. Dari dalam bangunan ini terdapat air mancur dan pelataran luas dimana kita bisa melihat seluas mata memandang hamparan kebun anggur, danau, serta gunung yang eksotis. Ada juga taman ala negara Belanda dengan hamparan rumput dan bunga berwarna-warni, lengkap dengan kincir angin raksasanya.

Sayangnya pas saya datang kemari  udara terlalu panas dan matahari bersinar terik sedangkan pepohonan rindang hampir tidak ada sehingga tidak bisa berlama-lama karena nuansanya alam terbuka dengan terik matahari yang sangat menusuk. Aku menyarankan bila mau datang kesini sebaiknya bawa payung dan topi. Disamping itu mengingat terbatasnya waktu karena itinerary yang sangat padat kami hanya diberi estimasi waktu 30 menit saja hanya untuk foto-foto.

Panorama Silverlake yang indah
Rumah ala Belanda, foto diambil oleh peserta asal Surabaya yang baik hati
Sisi lain panorama yang indah. Ini ceritanya menyepi dan memisah dari rombongan.
Dikejauhan terlihat rumah  yang menjual produk olahan anggur, aku gak mampir kesana

FLOATING MARKET
Destinasi selanjutnya adalah Floating Market, karena belum ada sebulan aku pulang dari travelling ke Bandung dan di sana aku sempat mampir ke Floating Market juga, jadi aku tidak terlalu antusias mampir ke sini. Paling juga gak jauh beda pikirku. Dan benar saja ketika kami di drop dan mulai memasuki entry gate aku sudah sangat tidak tertarik sama sekali. Pengunjung yang padat, lokasi yang sangat sempit, kumuh dan jorok. Aku langsung bangga pada Bandung, Floating Market di Lembang Bandung jauh lebih indah. Lokasinya yang luas dan indah. Panorama alam Bandung sangat sejuk sangat menunjang untuk menikmati floating marketnya.

Berdesakan di jembatan setelah pintu masuk kami sempat membeli sticky rice, yaitu penganan khas Thailand berupa ketan yang manis dan kenyal lalu makannya bersamaan dengan potongan mangga manis dan disiram santan kental manis. Harga 1 porsinya 50 bath saja. Porsinya sangat kecil (baca sedikit). Aku selalu membandingkan saat kunjungan ke Thailand sebagai representatif dari kantor tahun 2010, dimana stickyrice adalah menu pembuka disetiap jamuan makan. Porsinya sangat besar, sehingga jika sudah menyantapnya menu utama sudah tak mampu menampung lagi. Triknya saat itu kami selalu bagi 2 menu pembuka ini berdua pak Indra Nalco atau pak Zailani Nur.

Masuk lebih ke dalam semakin terasa sumpek barisan toko pedagang yang berjejalan, sehingga hampir tidak ada space bagi pengunjung untuk lalu lintas (baca=lewat). Hmmmm... jika aku travelling sendiri disini pasti aku sudah langsung keluar deh. Tapi karena tour group apaboleh buat, apalagi buat groupku yang sangat suka shopping tempat ini seperti syurga bagi mereka. Pernik apa saja dibeli...hmmm...hmmm.

Deretan kios yang berjejalan
Salah satu toko souvenir yang kami singgahi Lihat inilah produk souvenir yang dijual. Menurut aku biasa aja produk yang dijualnya.
Pedagang makanan tradisional aneka produk sea food panggang
Berhasil juga ambil foto di area jembatan ini sejak tadi ramai dan tak ada space...
Pedagang makanan khas Thailand dengan gaya berpakaiannya unik dan  menarik perhatiaku
Toko yang menjual baju ala-ala Thailand
Pedagang buah yang cantik dan ramah
Salah satu spot untuk pacu adrenalin permainan layang gantung. Aku sih tertarik sama langit birunya saja
Tumpukan sampah dibelakangku bukan view menarik tapi memaksa foto disini agar tulisan "Floating Market" jauh dibelakang itu terambil
Inilah foto danau yang bisa diambil
View danau, airnya keruh dan dangkal
Pattaya Floating Market tak ubah seperti pasar yang ada pada lazimnya, kios-kios yang ditempati para pedagang dengan barang dagangan yang bergelantungan di sana-sini. Lantas, apa yang menarik dari tempat ini sehingga membius wisatawan untuk datang?

Mungkin saja, selain letak pasar yang berada di atas air, arsitektur pasar yang unik dengan karakter Thailand yang kental serta para pedagang yang sebagain diantaranya menjajakan dagangan dari atas perahu seraya mengitari area pasar, sejumlah jajanan kuliner yang tergolong ekstrem mejadi daya tarik tersendiri pasar ini. Di tempat ini kami menjumpai sekelompok pemain musik yang melantunkan beberapa lagu dengan irama khas negeri gajah putih, seraya mengelilingi area pasar dengan sebuah perahu. Akhirnya menahan sesak dan jenuh kami keluar dan meninggalkan tempat ini. Yukkkk... ke destinasi berikut.

ART IN PARADISE
Art in Paradise adalah sebuah museum 3D trick. Sesuai namanya museum 3D, adalah sebuah museum yang menampilkan lukisan 3 Dimensi. Menurut cerita pak Bong seluruh lukisan yang ada di museum ini dikerjakan dan dibuat oleh orang Korea yang memang merupakan negara asal dari terciptanya museum trick 3 dimensi.

Begitu kami dilepaskan di museum ini aku hanya terbengong-bengong di tengah keramaian pengunjung yang sangat padat sekali. Terlebih lagi aku sendiri. Aku merasa sedih karena untuk dapat mengambil moment di museum ini jelas aku harus punya partner yang bisa dimintai tolong untuk ambil gambar. Di tengah kegalauanku tiba-tiba ada Tiara anak yuk Erna mendekat dan minta tolong difotoin. Wah bisa saling minta tolong nih....lumayan bagus juga besutan foto yang diambil Tiara,  tapi iyalah dia kan masih anak kecil dia juga ingin bebas berkeliaran ke sana kemari. Akhirnya aku terpisah juga dengan Tiara.

Alhamdulillahnya yuk Erni rupanya terpencar dari rombongannya, jadilah aku dan yuk Erni bisa saling bahu membahu. Untuk bisa mengambil gambar di sini jelas harus pandai membaca apa dan bagaimana caranya berfoto agar nanti hasil fotonya terlihat menarik dan seperti sungguhan. Sulit memang. Kalau di museum trik Jogya setiap area ada seorang petugas yang membantu pengunjung menjelaskan bagaimana teknik pengambilan gambarnya. Di sini tidak ada bahkan bertanyapun tak bisa. Yang kami lakukan adalah mengamati orang sudah lebih dulu foto lalu meniru. Lumayanlah...tidak terlalu bagus tapi tak mengecewakan.

Pernah di suatu area di mana foto disitu actnya seakan kami akan dimakan buaya, tiba-tiba ada seorang wisatawan India yang memberi penjelasan teknik pengambilan gambar dan mau membantu ambil foto. Aku senang sekali .... Sempat beberapa kali jumpa orang ini dan berapa kali juga dia mau membantu dengan ikhlas. Kapunka... alias terima kasih kakak.

Ini yang ditolong wisatawan India
Art in Paradise, merupakan lokasi wisata dengan daya tarik yang sangat sukses menarik perhatian banyak pengunjung, dan lokasi galeri ini pertama kali dibangun di Pattaya. Lukisan dalam galeri ini dibagi menjadi enam zona. Zona dunia Underwater yang mengumpulkan berbagai spesies laut, termasuk mermaid’s. Zona satwa liar termasuk lukisan satwa liar dengan berbagai gerakan yang realistis. Zona seni klasik yang mengandung lukisan dari pelukis kelas dunia. Ada juga lukisan dari kota-kota di Eropa yang memberikan kesan seperti berada di tempat yang nyata. Zona timur terdiri dari lukisan Korea, Thailand dan arsitektur Khmer. Zona Mesir kuno, di mana kita akan mengalami suasana gurun dan makam Firaun. Di semua galeri ini kita bisa besenang senang, dan mengambil gambar kita dengan berbagai macam gaya yang lucu-lucu, seperti berada di jembatan yang hendak runtuh dengan gaya yang heboh dan lain-lain dengan tujuan untuk bersenang-senang.

Aku sendiri merasakan euphoria dan kesenangan tersendiri sambil melompat dan berlarian merebut spot-spot foto yang menarik. Sayang estimasi waktu yang diberikan terlalu sempit untuk mengunjungi museum ini, sehingga baru sangat sedikit sekali area yang bisa aku sambangi. Apaboleh buat 1 jam pas....kami segera keluar menuju pelataran parkir.

Hasil foto Tiara bagus kan?
Under water. Spot ini paling banyak peminatnya
Under sea area. Actnya gak pas harusnya aku pura-pura ngasih minum sama beruang laut itu ya.
Ayuk Erni yang fotoin
Under water area
Suka-suka gayanya
Art area
Art area
Jungle area (minta tolong turis China motoin)

Jungle area, ini foto yang diambil oleh kakak India
Magic room, tadinya serem masuk ruang ini karena terpencil dipojokan dan sepi
Jungle area. foto diambil oleh Kakak India
Mengingat padatnya itinerary dan berkejaran dengan waktu maka buru-buru kami menuju sebuah resto namanya “Harbour” untuk makan malam. Harus buru-buru karena schedule menonton Lady Boy show untuk kami adalah pertunjukan jam 8, pak Bong bilang semua tergantung kami jika makannya lambat maka menonton pertunjukanpun akan telat.

Sampai di Harbour resto pengunjung sudah sangat padat tapi tenang karena meja kami sudah di “reserve” yaitu meja no 15. Seperti yang sudah-sudah penyajian makanan adalah buffet alias prasmanan dan menu apa aja ada. Aku kelelahan jadi kurang nafsu makan, kuambil buah segar, 2 potong puding dan sesendok nasi plus fillet ikan asam manis. Itu saja.

Meja kami yang "reserve" No. 15

LADY BOY CABARET SHOW
Makan malam yang secepat kilat tanpa lelet. Senangnya tuh meski group ini berasal dari group yang berbeda, daerah asal yang berbeda tapi saling pengertian dan disiplin. Sukaaaa....!. Usai makan bus bergegas menuju gedung pertunjukan Lady Boy show Tiffany dan Alcazar Cabaret di Pattaya , meski sudah cepat-cepat kami masih agak telat sampai di lokasi. Pertunjukan sudah dimulai 10 menit lalu. Karena lampu sudah padam kami harus diantar petugas untuk mencari seat. Duduk di barisan paling belakang dan dibagian samping kiri pula. Hmmmm.... bukan VIP class seperti nonton Nanta show saat di Korea kemaren. Jadilah........

Aku menatap fokus ke panggung yang menampilkan perempuan-perempuan cantik dan seksi muncul dari sisi panggung dan bernyanyi dengan kenesnya. Mereka menirukan gaya grup musik Korea Wonder Girls yang menyanyikan “Nobody“. Tak berapa lama panggung berubah lagi menjadi ajang modern dance ala Madonna yang ekspresif, lalu setting panggung berubah ala-ala Melayu, ala-ala kerjaan Korea, China, juga western. Adegan demi adegan berlalu cepat. Mereka mengitari panggung dan menari-nari. Sesekali bergoyang seksi ala penari streaptease. Sambil terus ber-lip-sync menirukan beberapa nyanyian.

Aku sangat kagum dan terpesona dengan aksi panggung para ladyboy. Paduan antara musik, akting, tata panggung, pecahayaan, tarian, adegan, dan kostum menciptakan keindahan sangat memukau. Dalam tempo satu setengah jam para aktor senantiasa bergerak, menari, dan menyanyi dengan setting panggung yang berubah dengan secepat kilat pula. Mereka sungguh-sungguh para profesional seni pertunjukan yang sudah terlatih dan kawakan. Apalagi menurut informasi  mereka mesti menyajikan pertunjukan tanpa henti dua kali sehari dan tujuh hari seminggu. “Luar Biasa!”

Thailand
Atraksi kesenian  Korea
Ala Melayu
Ala China

Ini atraksi  yang paling fenomenal para lady boy berbaju tetapi telanjang sampai puting susunya tampak sekali
Show hampir berakhir, seluruh pemain keluar panggung menari secara kolosal

Layaknya etalase toko mereka memajang diri menggugah peminat yang mau foto bersama demi uang 40 bath.
Kultur masyarakat dan pemerintah Thailand memang sangat permisif bahkan memberikan izin dan memfasilitasi hingga komunitas transgender terlihat bisa diterima di masyarakat normal bahkan menjadi aset yang bisa mendatangkan devisa. Tak heran, jika para waria bisa mengambil peran di bidang formal dan non formal, seperti sekretaris, pramugari, wiraswasta, designer, pekerja seni, bahkan sampai pekerja kasar. Hal yang barangkali ganjil di negeri kita, di mana sebagian besar dari kaum transgender cuma jadi bahan olok-olokan dan objek seksual semata.

Di ujung penampilan terlihat seluruh pemain berada di atas panggung sembari menari dan menyanyi secara kolosal. Dalam gerakan yang enerjik, akting yang tertata, dan stamina yang terjaga, para aktor mengakhiri pertunjukan dengan penuh pesona. Mereka menutup pagelaran ini diiringi tepuk tangan yang seolah tiada henti. Selanjutnya gemerlap panggung pun mulai meredup. Lampu penonton telah menyala benderang dan para ladyboy itu berbaris menyambut kami sepanjang jalan keluar gedung pertunjukan.

Mereka memajang dirinya menawarkan pengunjung yang ingin foto bersama. Untuk dapat foto bersama kita harus merogoh kocek sebesar 40 bath. Banyak sekali pengunjung yang berminat foto bersama para lady boy. Namun jelas terlihat ada seorang primadonanya yang selalu jadi rebutan untuk diajak foto. Lady boy berbaju pink yang tadi di atas panggung selalu menjadi primadona juga. Hmmmm... aku terkesima saja menyaksikan ulah berbagai pengunjung. Entahlah mata batinku bilang, secantik, semontok, sesexi, semulus apapun dimataku mereka masih memiliki tekstur dan kesan laki-lakinya. Subhanallah.....!

Akhirnya malam itu kami check in di sebuah hotel yang jauh lebih bagus dari hotel kemaren malam, fasilitas kamarnya mirip hotel Mega Anggrek yang biasa aku menginap kalau dinas dari kantor. Selamat malam sampai jumpa besok, Tour hari terakhir di Thailand.

No comments: