“Tak peduli seberapa keras kamu mencoba, kamu tak akan pernah bisa
menyangkal apa yang kamu rasa. Jika kamu memang berharga di mata seseorang, tak
ada alasan baginya untuk mencari seorang yang lebih baik darimu”
Kamis, 27 April 2017
Bukan karena sudah
letih dan jenuh dengan suasana kantor, tapi trip kali ini cuma iseng saja
karena tanggal 1 Mei adalah hari libur terjepit (hari buruh International)
alias long week end. Ikut travel dan persatuan DW ibu-ibu suatu instansi.
Banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa diambil bila semakin banyak berinteraksi
dengan orang lain. Tujuannya cuma satu yaitu memperkaya diri untuk selalu
menjadi pribadi yang baik, yang pandai sabar, bertoleransi, saling membantu,
serta menahan diri untuk tidak terbawa arus sehingga tetap mampu menjadi diri
sendiri. Paling penting tidak khilaf untuk ikut-ikutan menguras kocek dan
rekening jika tidak mau kolaps, karena memang sumber dana yang aku punya
berbeda. Uangku masih berseri jadi ada limitnya. Hehee.... Trip kali ini kami
menggunakan jasa tour and travel lokal Palembang. Ada banyak ulasan
tentang travel ini nantilah akan aku ulas secara terinci di artikel tersendiri.
Pagi jam setengah 6 aku
sudah dijemput oleh taxi travel Varita menuju bandara, karena sesuai schedule
jam 6.30 seluruh peserta harus sudah berkumpul di bandara, meskipun pesawat
berangkat jam 8.30. Prediksiku jika minta dijemput setengah 6 pas akan tiba di
bandar jam 6.30, tetapi karena masih sangat pagi jalanan lancar sekali sehingga
jam 6 kurang 10 menit aku sudah nyampe. Heheee... disiplin banget yah....
Pagi itu suasana
bandara padat dan berjubel mirip pasar pagi, aku lihat sebagian besar memang
terdiri dari group travelling dan group umroh. Aku bengong sendirian di
pojokan, seraya mataku nanar mencari kalau saja rombonganku sudah ada yang
tiba. Memang dari group tour ini aku baru kenal 2 orang saja, yuk Erni dan
Desi. Tak nampak.... Aku diam sendirian sambil memperhatikan tingkah laku para
calon penumpang. Satu persatu group sudah masuk. Aku mencoba menelpon yuk Erni
ternyata masih di rumah, memang saat itu baru jam 6. Ada satu group tour yang
juga terdiri dari ibu-ibu aku berpikir apakah itu? Ah.... hiks...lucu juga ya
aku gabung dengan group tour yang pesertanya belum aku kenal sama sekali.
Akhirnya iseng aku message di WA group tour, bertanya kalau-kalau ada yang
sudah tiba. Eh... dijawab ternyata Desi sudah tiba duluan, dan sedang sarapan
di kedai bakso “Oasis”. Iyalah... aku menyusul.
Peserta baru berkumpul
seluruhnya jam 7. Kami masuk dan mengurus proses check in. Hmmmm...dari awalpun
sudah terlihat ada yang “miss” dari jasa travel ini. Pada keberangkatan mereka
tidak membeli jatah bagasi untuk penerbangan Air Asia. Seluruh umatpun tahu
jika Air Asia itu bagasi harus beli saat membooking tiket agar bisa lebih
murah. Kami sepakat beli saja bagasi, yah jelas tak maulah geret-geret koper,
dan yang pasti beratnya pasti lebih dari 7 kg. Aku sangat hapal karena saat di
Milan isi koper kabinku hanya 2 winter coat dan peralatan make up saja beratnya
lebih dari 7 kg. Nah ini baju dan segala macam perlengkapan untuk travel 5
hari. Alasan pak Boy pemilik travel lupa... Padahal seminggu setelah aku terima
persyaratan trip aku sudah baca tanpa bagasi, aku mencoba telpon contact person
pemilik travel dan selalu tidak aktif.
Akhirnya kami beli bagasi untuk keberangkatan Palembang – Kuala Lumpur – Bangkok, total yang harus dibayar untuk perorang adalah 500 ribu. Mantap...kalau begitu bukan murah biaya travelnya jauh lebih mahal dari travel lain. Apa boleh buat. Tapi aku selalu cepat mengambil petunjuk dari kondisi yang ada. Jasa travel ini belum professional dan harus siap untuk kondisi yang lebih buruk lagi selama 5 hari ke depan. Yups....kita tunggu kejutan-kejutan berikutnya.
Akhirnya kami beli bagasi untuk keberangkatan Palembang – Kuala Lumpur – Bangkok, total yang harus dibayar untuk perorang adalah 500 ribu. Mantap...kalau begitu bukan murah biaya travelnya jauh lebih mahal dari travel lain. Apa boleh buat. Tapi aku selalu cepat mengambil petunjuk dari kondisi yang ada. Jasa travel ini belum professional dan harus siap untuk kondisi yang lebih buruk lagi selama 5 hari ke depan. Yups....kita tunggu kejutan-kejutan berikutnya.
Tepat jam 8.30 pesawat
Air Asia take off menuju Kuala Lumpur. Tadinya aku sangat takut untuk naik
maskapai penerbangan ini, mengingat peristiwa jatuhnya pesawat yang sama di
pangkalan Bun yang seluruh penumpangnya tewas. Ternyata tidak. Pesawatnya
sendiri bagus (seat, interior, toiletnya), pelayanannya baik. Para awak
pesawatnya sangat “assistantable”. Hanya fasilitas makan minum saja yang tak
ada tapi kita bisa beli makan dan minuman yang dijajakan oleh para awak pesawat
di dalam pesawat. Ah...tidaklah, aku justru takut makan yang gak jelas takut
malah muntah-muntah. Menempuh penerbangan selama 1 jam 25 menit kita mendarat
di KLIA, sebuah bandara berkelas Internasional (memang lebih bagus dari
Indonesia namun belum setara dengan Inchieon).
Ketika turun kami harus
berjalan kaki cukup jauh untuk menuju Imigrasi control. Suasana sangat ramai.
Antrian mengular. Memang “peak season” sepertinya Tiba-tiba pak Boy
memanggil kita dan dia menyeruduk masuk saja ke antrian depan memotong deretan
ular yang sudah lebih dulu. Tiba-tiba ada seorang bapak berbaju kaos putih,
berteriak-teriak memarahi kita, dia bilang “please stand in queue”. Tadinya aku
mengira bapak tersebut officer tak tahunya sesama penumpang, sebenarnya kami
tidak memotong barisan beliau. Kami berdiri di jalur yang berbeda dan memang
kosong alias kami menyusup di tempat yang memang lowong. Hadehhhh... naluriku bilang memang salah ..., tapi mungkin juga cerdik karena penumpang lain
tak menyadari jalur tersebut kosong. Sembari antri si “bapak” masih tetap
ngoceh. Kalau diterjemahkan “dasar tak tahu aturan main potong aja, antri
dong”. Heheee.... kami cuek saja. Segitu motong aja untuk imigrasi control ini
memakan waktu 1 jam lebih saking ramainya. Hmmmm....
Ketika izin membeli "softex" di suatu counter aku sempat terpisah dari rombongan dan nyasar ke mana-mana. Untunglah segera bertemu rombongan yang sudah menyelesaikan santap siangnya di base ground, aku terpaksa menyusul makan. Selanjutnya menuju mushollah dan toilet. Usai toilet dan musholah visiting, kami menuju lantai 3 untuk check in (tempat yang tadi kami nyasar), calon penumpang penuh mengular. Agak ada sedikit "rushtic" dalam bagasi check in, pemilik travel belum terbiasa mengurus yang beginian sepertinya.
Usai check in kami
menuju gate P15 yang jauhnya itu minta ampunnnn... kira-kira seperti jarak
Pusri-Boom Baru. Mana jalannya naik turun dan berkali-kali x-ray control.
Alangkah sulitnya. Jadi rindu Korea yang fasilitas bandaranya sangat nyaman dan
praktis banget. Hmmmmm...hmmmm baru hari pertama aku sudah banyak harus bersabar. Kita tunggu kejutan berikutnya. Dengan segala keribetannya kami bisa
take off juga menuju Don Muang Bangkok.
Hemat tenaga menuju gate P15 |
Satu lagi bukti
kekerasan petugas bandara adalah roda koperku sampai patah mematah dan kain
pembungkus koper sobek menyobek. Artinya dua kali ke Thailand dua kali pula
koperku hancur dibanting entah saat masuk bagasi atau saat turun bagasi dari
pesawat. Aku jadi inget mama almarhum yang sedih sekali karena kopernya patah mematah ketika
aku pinjam saat aku ke Thailand untuk dinas dari kantor tahun 2010 dulu.
Padahal koper itu koper kesayangan mama almarhum yang dibelikan oleh Arik di
Jakarta. Maafkan aku ma.... Trip kali ini aku memang sengaja tak mau bawa koper “Elle merah”
kesayanganku karena ingat peristiwa itulah. Ehhhh..kejadian bener, wong tadi di
Kuala Lumpur koperku masih sehat dan bisa digeret-geret saat aku beli pembalut
dan sesat mencari peserta lain yang makan duluan. Terlalu.....
Kami segera menuju
meeting point, dijemput oleh local guide dan pengalungan bunga sebagai ucapan
selamat datang. Surprise....tadinya aku pikir peserta 8 orang kami merupakan
private group, karena bukankah dari awal sudah dibilang biayanya agak mahal
karena jumlah orang sedikit. Kalau bisa lebih banyak mungkin biaya bisa lebih
turun. Ternyata kami digabung dengan group tour lain dari Jakarta, Semarang,
Surabaya, Medan sehingga total group berjumlah 35 orang. Waduhhhh aku trauma
banget jumlah peserta yang banyak begini, ingat saat West Europe jadinya. Namun
Alhamdulillah orang-orangnya cukup disiplin, kompak dan saling pengertian.
Jam 9.30 kami sampai di
hotel “Season Huamark”, hotel bintang 3 yang fasilitasnya seadanya. Lokasinya
juga di lorong. Seprai yang kuning dan bau, colokan listrik gak menyala. Tak
ada free wifi. Apa boleh buat yang penting bisa tidur. Menerima kenyataan ini
aku jadi membandingkan waktu aku ke Thailand on Duty, itu fasilitas eksekutif
dan mewah. Penerbanganpun aku turun di Swarnabumi bandara komersil, hotel
berlokasi di pusat kota. Hmmm..hmmmm
Meskipun sudah sangat
malam kami masih harus keluar mencari makan malam. Di sebelah hotel ada
supermarket dan juga resto halal untuk mencari santap malam. Menurut pak Bong
kami hanya perlu naik ke lantai 3 saja untuk melakukan santap malam. Namun
ternyata setelah bertanya-tanya pak Boy pemilik travel kami merasa harga paket
menu yang ditawarkan sangat mahal jadi tak sesuai budget kami. Kami keluar
supermarket menuju jalan dan trotoar, masuk gang-gang. Ya Allah kalau tahu
begini mending gak usah makan sajalah. Sudah lelah mana malam pula harus jalan
jauh hanya buat sesuap nasi. Setelah lumayan jauh berjalan mencari makan malam, pada akhirnya keputusan akhir jatuh pada menu selera asal KFC, itupun masih untung kedainya masih buka.
Usai mandi aku masih
mempersiapkan koper karena besok kami akan pindah menginap di Pataya, jadi
koper akan dititip dulu dihotel ini yang dibawa hanya koperkabin dan tas
tangan. Mesti hati-hati supaya barang penting tak ketinggalan, mau pinjem ke
mana kalau tinggal ayo.... Usai itu aku langsung tidur.
No comments:
Post a Comment