Minggu, 19 Februari 2017
Bangun tidur aku belum merasa segar. Masih terasa penat dan ngantuk karena semalam jam 2 lebih aku baru bisa tertidur. Setelah mandi dan berkemas, aku masih memakai strategi saat travelling ke Eropah. Aku, Atik, Kotada dan Idham turun ke lobby meletakkan koper. Selanjutnya turun lagi ke lantai B1 untuk sarapan pagi. Resto masih sangat sepi malah belum buka karena saat itu baru jam 6 lewat dikit. Ternyata resto baru buka jam 7, akhirnya kami naik lagi ke kamar. Hahaaaa...terlalu semangat...! Bukannya apa-apa semua ini berdasarkan pengalaman travelling sebelum-sebelumnya. Jam 6 resto biasanya sudah padat.
|
Selfi dari teras kamar menunggu resto buka. Viewnya indah |
Jam 7 pas kami kembali turun , sebelum ke B1 kami sempat mampir ke lantai 3 kamar Iyun, Bunga dan Tami. Ternyata masih belum beres juga. Masih sibuk make-up. Kami berempat turun duluan, sampai di resto sudah ada beberapa pengunjung yang duduk dan sarapan. Kami harus tetap berhati-hati memilih makanan. Disana-sini menu “pork” bertebaran, beruntungnya diberi tanda seperti bendera. Meski ditandai tetep aja aku berasa “eneg” untuk memakan apapun. Kuambil sebuah pisang, sepotong roti tawar, selai nanas, dan teh. Aku sangat suka rasa tehnya. Teh berasa strawberry, inget rasa teh Turki yang beraneka rasa. Aku bahkan tambah segelas lagi.
Ada catatan menarik yang menjadi hal berkesan bagiku. Begitu selesai makan kami langsung berangkat dan meninggalkan tempat. Tak berapa lama berdiri tiba-tiba seorang pelayan memanggil dan menjelaskan bahwa piring kotor itu harus kami angkat dari meja untuk diletakkan pada tempat yang telah di sediakan. Hmmmm.... budaya Korea yang membiasakan personal untuk melayani diri sendiri dan tidak bossy. Keren juga.....! Masih cukup baik kok cuma disuruh benahin dan angkat aja. Bukannya disuruh cuci piring. Kalau di rumah orang barangkali diminta sekalian nyuci piring kali ya...?
Jam 8 pas bis kami melaju meninggalkan I-Park Kondominium menuju destinasi itinerary pertama yaitu Mount Sorak National Park.
MOUNT SORAK NATIONAL PARK
Mount Sorak atau dikenal juga sebagai Seoraksan National Park merupakan kawasan pegunungan yang terletak di Provinsi Gangwon, Korea Selatan, yang dapat dicapai sekitar tiga jam dari kota Seoul. Dengan ketinggian sekitar 1.700 mdpl. Seoraksan menjadi salah satu gunung tertinggi di Korea. Tebing-tebingnya yang berwarna pucat nampak seperti salju abadi. Itulah sebabnya gunung ini dinamakan Seorak, Seor berarti salju dan ak berarti gunung besar. Kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata alam favorit keluarga.
Kami sampai di taman nasional ini masih sangat pagi sekitar jam 8. Di pelataran parkir baru ada dua bis yang terparkir termasuk bis kami. Ini memang strategi Mr. Jin untuk datang pada kesempatan pertama. Menghindari antri dan kepadatan pengunjung.
|
Gerbang masuk Seoraksan National Park |
|
Peta denah lokasi |
Melewati pintu gerbang, terlihat hamparan taman yang luas seperti lapangan yang dikelilingi berbagai macam pohon. Luas taman nasional Seoraksan sekitar 16.365 hektar. Tidak jauh dari gerbang bagian sebelah kiri, biasanya pengunjung dapat membeli aneka souvenir khas Seoraksan dari harga 3000 won dan juga kedai-kedai makanan dengan jajanan-jajanan khasnya Korea. Beruntungnya karena masih terlalu pagi kedai-kedai tersebut belum buka, sehingga dompet masih bisa diselamatkan untuk keperluan selanjutnya. Yeayyy....
|
Kedai souvenir dan jajanan khas Korea yang masih tutup |
Sebelah kanan gerbang ada patung beruang berwarna hitam yang menyambut kedatangan kami dengan ditemani burung-burung yang hinggap di punggung patung beruang itu. Taman nasional Seoraksan dinobatkan UNESCO sebagai kawasan pelestarian Biosfer pada tahun 1982 karena banyak dijumpai disini berbagai jenis species langka.
|
Best view dekat patung beruang. Full team... kompak banget dah group tour kali ini |
|
Family team |
|
Three of five |
|
Entrance area |
|
Antian cable car sepinya tuh segini |
Banyak lokasi atau spot-spot menarik di taman nasional ini seperti : Gwongeumseong Fortress, Biseondae Rock, Gua Geumganggul, Air Terjun Yukdam dan Biryong. Ini merupakan salah satu air terjun terindah di Korea. Gwongeumseong Fortress, merupakan salah satu spot paling utama. Gwongeumseong Fortress adalah puncak Mount Seorak. Ada berbagai cara untuk mencapai puncak Mount Sorak. Dari dekat pintu masuk, para pengunjung dapat menentukan track hiking yang akan diambil menuju beberapa lokasi favorit, Gwongeumseong Fortress, serta puncak Hendeulbawi-Ulsanbawi. Jarak dan tingkat kesulitannya bervariasi. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi-lokasi ini berkisar antara 1-2 jam. Ada juga yang membutuhkan waktu delapan jam bahkan dua hari. Tetapi bagi para wisatawan yang hanya memiliki waktu terbatas lokasi favorit tersebut dapat dicapai dengan menggunakan kereta gantung. Kamipun memeilih jalur kereta gantung ini.
Selesai mendengarkan keterangan singkat Mr. Jin kami mengambil beberapa foto di area yang disebutkan oleh Mr. Jin sebagai best view. Selanjutnya kami menuju terminal kereta gantung. Belum begitu ramai. Terminal kereta gantung terletak di lantai 2 gedung. Untuk yang sudah usia lanjut bisa menggunakan lift untuk sampai ke lantai 2, termasuk saya ahaaa... alasannya menemani neneknya Nuri yang sudah tua. Seperti biasa Mr. Jin dengan telaten dan sabar mempersilahkan kami untuk ke toilet terlebih dulu.
Kereta gantung yang hanya 1 itu memiliki kapasitas cukup besar, sekitar 40 – 50 orang sekali angkut. Kami antri di bagian paling depan karena memang pengunjung masih sepi. Untuk sampai ke gedung terminal tujuan hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit. Terbangnyapun tidak terlalu tinggi (ini bila dibandingkan saat kami ke Mount Titlis di Switzherland), mirip saat kami ke Uludag Turki. Dari kereta gantung, kita dapat melihat formasi batuan menarik puncak Gwongeumseong serta daerah Sogongwon, Jeohangnyeong, dan bongkahan batu cadas yang besar Ulsanbawi kesisi utara. Terlihat dari sisi arah timur laut kota pelabuhan Sokcho, dan dibawah dekat jembatan terlihat kuil Sinheungsa, indah sekali pemandangan dari kereta gantung. Sambil berhayal, seandainya keindahan gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok itu juga ada kereta gantungnya, pasti keindahan pesonanya bisa dinikmati juga dengan mudah oleh semua orang.
Sampai di gedung terminal view menarik sudah dapat dinikmati melalui teras bagian luar gedung. Sayangnya area teras ini tidak terlalu luas sehingga hanya dengan rombongan kami saja (16 orang) sudah sulit cari posisi enak.
Mr. Jin menjelaskan bahwa best view untuk Mount Sorak adalah di atas. Untuk mencapai kita harus hiking kurang dari 1 jam dengan medan yang agak riskan. Dia menyarankan bagi yang tidak kuat sebaiknya cukuplah sampai di terminal ini saja. Apaaaaa....? Mendengar best view meski aku sudah termasuk lanjut usia juga langsung bilang “saya ikut ke atas”. Mendengar jawabanku Iyun memaksa Bunga dan Tami harus ikut ke atas. “Masaa...bik Esi aja ikut, Bunga dan Tami tidak”. Hahaaaaaa....busyett gua dijadikan starter charger ..... Iya sih aku termasuk agak lemah secara fisik karena asma berat. Akhirnya semangatttt... semua ikut kecuali neneknya Nuri dan keluarga Nila yang anak-anaknya masih di bawah balita. Mr. Jin kaget...... dengan semangat kami. Dia bilang wah.... luar biasa sekali, baru kali ini saya bawa rombongan yang jumlah personalnya paling banyak ikut hiking. Heheeee...... belum tahu dia ! :D
Medan pendakian memang tidaklah mudah, karena saat ini winter maka bebatuan tempat kami berpijak saat pendakian adalah bongkahan es yang sudah mengeras dan memadat. Ini membuat jalanan sangat licin. Belum lagi arus naik turun agak padat dijalan setapak yang sempit itu sedangkan pegangan tangan hanya ada di sisi kiri. Kami sih mending ngalah stop dulu membiarkan mereka yang mau turun sampai habis baru melanjutkan jalan naik kembali, daripada kepeleset bisa menggelinding ke bawah. Mr. Jin yang sudah berjalan dimuka selalu mengingatkan kami untuk berhati-hati di tempat-tempat licin dan curam. Selama mendaki berkali-kali terdengar teriakan Bunga yang terpeleset. Aku sangat berhati-hati naik mana dikawal 2 bodyguard kami Idham dan Kotada.
|
Lihatlah arus naik turun di jalan sekecil itu |
|
Jalan setapak ke puncak yang padat merayap |
|
Rehat dan selfi di sepanjang jalur hiking awesome.... Maa syaa Allah..! |
|
Berhati-hati hiking karena yang dipijak itu adalah es keras |
|
Jalur hiking yang mempesona |
|
View di lintasan hiking |
|
Three of five again.... semangat mendaki mengalahkan yang masih muda |
|
Hati-hati sekali takut kepeleset |
Tetapi jangan khawatir jika tak pernah mendaki gunung, karena jalur pendakian sudah terbuat dari tangga dan memiliki pegangan tangan sehingga orang tua sekalipun bisa melewatinya. Aku yang semula khawatir “mengas” karena asmaku ternyata tidak sama sekali. Udara bersih dan sejuk membuat aku fresh. Memang sih beberapa saat sekali aku harus berhenti dulu menarik nafas, kesempatan ini pula dipergunakan oleh Idham dan Kotada untuk selfie. Sepanjang rute pendakian inipun view nya sangat indah sekali.
|
Selfie sampai akhir anak ganteng ini. Senyummmm.... |
Di puncak Seoraksan ini udara beku begitu menggigit. Bahkan aku sudah tidak mampu menampakkan kulit wajahku lagi. Topi dan syal kututupkan dari kepala, hidung, bahkan muka. Sebegitunyapun hidungku masih meler dan bercampur darah, bahkan kepala terasa sakit dihembus angin dingin. Temperatur udara saat itu minus 10 derajat celcius tapi pada saat angin berhembus menurut Mr. Jin suhu bisa mencapai minus 20 derajat celcius. Bayangkan....badanku kaku serasa es batu. Tetapi semua sakit itu tidak aku rasakan karena sudah ditebus oleh pemandangan puncak Seoraksan yang Maa syaa Allah....! Awesome....! Indah sekali. Pemandangan Seoraksan dari segala sudut pandang, sangat mengagumkan dan terhampar indahnya. Batu-batuan granit yang seolah disusun oleh alam menambah kesempurnaan indahnya. Sayang sekali kalau tidak mengunjungi tempat ini, kita hanya mendaki sedikit saja.
Selain menawarkan alam yang indah, sejak lama Seoraksan juga menjadi salah satu pusat peribadatan Buddha. Di sini berdiri Sinheungsa Temple, kompleks kuil tua Buddha yang dibangun pertama kali sekitar abad ke-7. Arsitektur bangunan kuil tampak indah, selaras dengan alam di sekitarnya, yang berbukit-bukit hijau. Bagian atas atap bangunan yang ada di sini didominasi warna biru. Sedangkan konstruksi bangunan banyak menggunakan warna merah kecoklatan.
Ukiran detail berwarna-warni yang terpahat pada konstruksi atap kayu dan pilar-pilarnya, menambah keindahan bangunan tradisional klasik khas Korea ini. Pada dua sisi di pintu masuk kuil terdapat patung-patung besar yang merepresentasikan empat raja/dewa langit dalam kepercayaan Buddha Korea (Cheonwang).
Tak jauh dari pintu masuk, berdiri The Great Buddha, sebuah patung Buddha berukuran besar, setinggi 18 meter. Patung perunggu yang dibangun sekitar abad 18 ini juga dikenal dengan sebutan Tongil Daebul. Di kaki pelataran patung, tampak deretan lempengan serupa genteng berwarna hitam, yang ditulisi permohonan dan harapan-harapan yang ditulis oleh para wisatawan. Wisata alam dan budaya di Seorak menjadi pengalaman yang tak boleh dilewatkan saat Anda berkunjung ke Korea Selatan.
|
Yang ngemil wafel dan minum kopi di dalam cable car yang penuh sesak |
|
Penunjuk arah toiletnya lucuuu...keren! |
|
Menuju arah Temple of Budha |
Selanjutnya kita menuju sebuah rumah makan tradisional dengan menu ikan bakar. Rumah makan yang terletak di pinggir jalan besar. Resto ini kecil hanya merupakan sebuah rumah penduduk. Ketika kami sampai di dalam sebuah tour group yang saat keberangkatan di Soeta satu pesawat dengan kami baru saja menyelesaikan santap siang. Kami masuk dan duduk di meja panjang yang telah disediakan untuk kami. Bagusnya tuh group kami ini jumlahnya pas 16 orang, sedang kebiasaan resto di Korea untuk satu meja disediakan untuk 4 orang. Ciri resto khas Korea adalah lantai terbuat dari kayu dan kita duduk lesehan.
Menu makannya sangat sederhana ikan Mackerel panggang yang dilumuri saos seperti kecap dengan tambahan bumbu. Seperti biasa hidangan didampingi oleh piring-piring kecil yang berisi kimchi, acar timun, salad, ikan teri pake cabe hijau, sup rumput laut, bola-bola udang pakai saos sambal, kepingan lembaran rumput laut. Entah karena lapar atau memang menunya enak kami makan dengan lahap. Suka sekali dengan sop rumput lautnya. Dan untuk 2 meja yang menjadi bagian kami ikan bakarnya ludes. Kami sangat suka sekali menyantap kepingan rumput laut kering. Rasanya gurih seperti ikan asin teri kecil. Bahkan kami sempat membeli beberapa packing rumput laut yang dijual di resto tersebut. 1 pack seharga 5000 won.
Namun tak beberapa lama santap ketika sudah naik ke bis sebagian besar kami, aku, Iyun, Atik dan Tami merasa mual dan mau muntah. Malah sampai sakit kepala. Entahlah karena apa? Yang jadi warning bagi kami adalah ketika aku memposting foto di depan resto itu di facebook banyak komen dari teman-teman yang sudah pernah ke Korea. Rupanya resto tersebut sudah sangat terkenal dengan menu ikan bakarnya. Salah satu komen yang menjadi perhatian kami (my family team) adalah koment Piyan adik kandung kami. Piyan memang pernah bekerja di Korea cukup lama. “Hati-hati dan pilih-pilihlah kalau makan, meski bukan “pork” jangan sekali-sekali makan hewan-hewan sembelihan lain karena mungkin tidak disembelih atau kalau disembelihpun tidak secara Islam”
|
Rumah makan spesialis ikan bakar |
Tuiinnngggg.... baru semua terbangun ya. Kita lupa.... padahal aku sudah bawa bekal banyak tuh. Rendang, kering tempe, teri sambal dan sebagainya. Tapi karena kita merasa makanannya cocok di lidah bekal tidak disentuh. Iyun jadi inget apakah rasa mual dan mau muntah ini karena minyak dari saos ikan tadi mengandung sesuatu yang “subhat”???? Nah loh.... mulai di situ kita janji buat hati-hati kalau makan. Yup....janji.....
ELYSIAN SKI RESORT
Itinerary selanjutnya adalah merasakan sensasi ski adventure. Elysian ski resort merupakan arena bermain ski yang terletak di Gangchon. Sebelum ke lokasi kami mampir ke sebuah toko tempat penjualan dan penyewaan pakaian dan perlengkapan bermain ski. Kami boleh memilih sesuka hati jenis, model, corak dan warna baju yang kami gunakan. Agak sulit untuk memilih baju yang benar-benar pas buat kita. Namanya juga pinjem. Aku memilih sekenanya saja yang asal cukup ke aku. Merasa juga sih secara badanku kan termasuk ukuran gede. Pelayan wanita cantik itu akhirnya menyuruh aku memilih di area pakaian laki-laki. Aku memilih celana warna biru dan baju bercorak rame warna merah. Kebesaran sih... apalagi celananya gede banget. Tapi aku males milih-milih lagi bosan buka pake baju dan juga gak betah lama-lama di toko ini. Masih bisa diakali celana kegedean itu. Bawahnya dilipat dan pinggangnya dipinjemin ikat pinggang canggih serba guna. Cusss aku kelar dan berusaha keluar.
Semua rombongan sudah selesai tinggal Bunga yang memang agak rada cerewet dalam segala hal sedang komplain tentang baju yang semuanya gak ada yang pas di badannya. Ya iyalah Bunga namanya juga baju minjem. Kewalahan memberinya nesehat tiba-tiba ibunya (Iyun) turun dan masuk ke toko. Aku jelasin tentang Bunga kuminta dia mengurusnya. Kami semua langsung menuju ke bis. Tapi lama sekali Mr. Jin belum datang juga sopir bus sudah agak resah (mungkin kesal tapi karakter orang Korea gak pernah bisa marah pada tamu), bahkan penumpang dan rombongan sudah mulai jengkel. Mereka bilang siapa lagi sih yang ditunggu? Aku menjadi kebat-kebit, tanpa menoleh ke belakang aku mengira semua ini masih Bunga yang jadi penyebabnya. Baru saja aku mau turun nyusulin ternyata Bunga sudah duduk di bagian belakang bus. Aku kaget lantas siapa? Ditengah gelisahku aku lihat Iyun cengar-cengir naik ke bis dan sudah ganti baju ski.
Astaghfirullah....! Iyun toh yang menjadi biangkeroknya. Kok jadi berubah pendirian? Bukankah tadi dia keukeuh untuk tidak bermain ski meski aku bujukin. Keukeh gak mau berganti baju karena dia sakit kepala parah (aku takut memaksa mungkin saja kolesterolnya naik karena dari kemaren makan makanan yang berlemak terus). Aduhhhhh...membuat gak enak hati ke peserta yang lain jadinya. Ketika Iyun naik aku agak sedikit emosi sambil menegur supaya Iyun agak bisa bertoleransi kepada yang lain. Ini tour group jadi harus jaga perasaan peserta lain. Bukankah membuat orang lain kesal itu sebuah dosa. Tapi dia cengar cengir saja. Subhanallah.....
Hampir 1 jam lebih waktu buat ganti baju saja, padahal dalam prediksi cuma sebentar kita kembali melanjutkan perjalanan ke Elysian Ski Resort di Gangchon. Lokasinya sangat dekat dari kota Seoul,mempunyai 6 lift,beberapa fasilitas snow board , 10 lereng ski khusus untuk beginner, intermediate, and advanced skiers. Dan ada satu tempat khusus untuk snow boarding yang diberi nama Channel Park yang didesign untuk para beginner and intermediate
Diantara ski resort yang lain yang ada di Korea Selatan ,Elysian Gangchon memiliki letak lereng yang relatif terbuka yang panjangnya kurang lebih 1km sehingga pada saat meluncur mata kita akan memandang panorama indah disekelilingnya.
Sampai ke tempat ini pengunjung sangat padat. Bersyukur aku dan juga yang lain tidak merasa kedinginan (apakah ini efek baju khusus ski yang kami pakai???), sehingga kami masih harus menunggu untuk peminjaman sepatu, tongkat dan papan luncuran. Cukup lama sekali menunggu, entah karena apa? Sepertinya counter tempat peminjaman peralatan ini sedang tutup. Kami memanfaatkan waktu menunggu ini dengan foto-foto. Dannnnnnn..... tak berapa lama setelahnya turun hujan salju. Waduh secara katrok kami bertasbih dan berteriak kesenangan. Jika para pengunjung lain turun salju justru menepi dan berteduh di pinggiran toko, maka kami justru bubar dan bertebaran ke tengah lapangan. Haaaaahaaaa... secara baru lihat salju dan takjub. Hujan saljunya deres dan lama lagi. Menurut Mr. Jin kami beruntung bisa melihat salju turun, karena winter di Korea periode ini hampir tidak pernah turun salju, hanya suhu udara saja yang minus.
|
Action foto ter "alay" gaya Idham Widhiarta |
Yang pasti kita mengabadikannya dengan foto-foto. Tapi pas lihat hasil fotonya kurang kelihatan putih kapas yang luruh ke bumi itu. Beda pada saat hujan salju di Uludag Turki hasil fotonya nampak. Tapi tidak apa-apa yang penting sudah merasakan hujan salju .
|
Menikmati mandi salju |
|
Exciting menyaksikan hujan salju |
Akhirnya counter tempai peminjaman peralatan ski sudah dibuka, kami antri. Satu persatu antri dan harus mengukur panjang dan besar kaki di alat ukur yang berupa cetakan kaki yang sudah tertulis centimeter. Setelah mengukur kaki kami diberi kupon yang harus ditunujukkan kebagian pengambilan sepatu. Ukuran kakiku 25, di counter peminjaman kami diberikan perlengkapan berupa sepatu besi, sepatu luncur dan tongkat. Peralatan itu beraaaattttt sekali.
Dipandu Mr. Jin kami mencoba memakai sepatu ski, satu persatu dengan telaten Mr. Jin memasangkan sepatu kami secara betul, yah memang sulit aku sendiri kurang paham cara mengencangkan sepatu besi tersebut. Sepatu kami disimpan di dalam sebuah keranjang besar berwarna kuning di dalam sebuah tenda yang terdapat di pinggir lapangan ski.
Dan kini saatnya adventure dimulai, Mr. Jin mengarahkan kami untuk masuk ke lapangan ski. Waduhhhh... susah sekali berjalan karena sepatu besi itu berat dan berasa sakit di kakiku tapi apa boleh buat semua harus dicoba. Akhirnya sampai juga aku ke tengah lapangan. Pekerjaan paling utama ketika nyampe di lapangan adalah foto group. It is okay....! Lalu kami berjejer membentuk dua barisan berhadapan. Mr. Jin mengajarkan cara memasang sepatu luncur ke sepatu besi yang sudah kita pakai. Teorinya mudah tapi prakteknya tak berhasil-berhasil. Sekali lagi Mr. Jin memakaikan satu persatu peserta yang gak bisa, bersyukur aku telah berhasil menyambungkannya sebelum dibantu Mr. Jin. Dan setelah itu Mr. Jin mengajarkan bagaimana mengayuh badan, memiringkan badan, memposisikan diri ketika hendak jatuh, memainkan tongkat pengayuh. Teorinya mudah.
|
Foto group sesaat sudah memiliki perlengkapan ski |
Sekarang praktek, dan aku....menjadi histeris karena belum diayuhpun sepatu luncur itu sudah meluncur dengan sendirinya ngebut. Ahhhhh.....tidak! Badanku besar dan berat ini jika jatuh pasti sakit, apalagi aku sudah menyaksikan peserta rombongan kami sudah bertebaran jatuh. Setengah ketakutan aku membuka kembali sepatu luncurku. Tidak...tidak...! Aku hanya menjadi tukang foto amatir sesaat sebelum keluar lapangan. Salutnya Kotada... dia sangat piawai. Cuma mendengar teori yang sedikit tadi dia sudah melesat bak busur panah meliuk-liuk meluncur di lapangan salju. Apakah karena badannya yang kecil mungil? Pokoknya Kotada sangat tangkas sekali.
|
Piawainya Kotada bermain ski |
|
Nih dia yang jatuh .... sakit kan ???? |
|
Yang pandai meluncurnya |
Sampai ke tepi lapangan aku langsung ke pondok tempat penyimpanan sepatu menukar sepatu dan mengembalikan seluruh peralatan ke counter tadi. Dan berhubung saat itu sudah jam 4 aku, Iyun, Atik, Bunga berusaha mencari space buat sholat. Tidak ada! Kami masuk ke dalam sebuah resto yang ada di sana. Di muka pintu masuk ada kursi panjang kecil untuk orang menunggu pesanan. Kami bergantian sholat duduk di situ. Apapun kondisinya harus tetap melaksanakan kewajiban. Tak lama kami usai sholat Kotada, Idham dan Tami pun datang. Aku memerintahkan mereka berwudhu di toilet lalu sholat di kursi itu. Alhamdulillah semua memenuhi kewajibannya.
Hari sudah sangat sore ketika kami meninggalkan lokasi, jalanan di ibukota Seoul sedang macet. Tujuan selanjutnya sebenarnya adalah makan malam di resto sup ayam ginseng, tapi seluruh rombongan sepakat untuk men-skip schedule ini. Makan malam bisa “take away” saja, agar schedule shopping di Dongdaemun bisa tersedia waktu yang cukup. Yeayyyy.... sepakat.
DONG DAEMUN
Ini adalah pusat perbelanjaan terbesar di Korea Selatan, yang terletak di Kota Seoul. Terdapat puluhan mall dan ratusan toko dan disini pula tempatnya para designer Korea memamerkan hasil karyanya. Kita dapat menemukan berbagai macam jenis fashion dari mulai pakaian, sepatu, tas, aksesoris hasil rancangan para designer lokal dengan beragam style, termasuk K-Pop style yang sedang mendunia. Harga barang-barang disini relatif agak mahal, tapi dari segi design dan kualitas tidak perlu diragukan lagi. Mall disini rata-rata buka sampai malam dan tidak pernah sepi pengunjung baik lokal maupun mancanegara.
Sampai ke pusat pertokoan ini Mr. Jin langsung mengantar kami ke sebuah toko pusat penjualan souvenir yang terletak di lantai 2. Menurut Jin toko ini memberikn harga termurah dan souvenirnya berkualitas. Memburu waktu kami bergegas dan agak kalap juga melihat pernik-pernik souvenirnya yang lucu-lucu. Memang murah menurutku, dibanding saat ke Eropah harga 1 gantungan kunci saja bisa mencapai 5 euro lebih. Di sini jauh lebih murah satu keping gantungan kunci isi 10 buah hanya seharga 7000 won (= 84 ribu rupiah). Piring-piring kecil cuma seharga 5000 won, baru kali ini aku travelling merasa kaya hahaaaa... mau beli apa saja gak takut ...... Untuk seluruh souvenir aku menghabiskan uang sebesar 70.000 won (= 840 ribu rupiah saja) dapatnya banyak.
|
Beberapa souvenir yang dibawa pulang |
|
Souvenir buat oleh-oleh saya suka kerajinan handmade |
Bosan menunggu di toko souvenir kami bertebaran ke toko sekeliling, Idham yang paling banyak membeli barang mulai dari sepatu, tas ransel, tas wanita. Akupun membeli sebuat tas wanita made in Korea seharga 30.000 Won , tertarik karena mungil dan cantik warnanya senada dengan warna seragam kantor. Selesai semua dengan kebutuhannya kami turun lagi dan ngumpul di meeting point. Ternyata masih belum ada yang datang, karena memang waktunya masih cukup lama. Ada mbak Nuri dan neneknya di situ. Nuri memberikan informasi tentang spot foto menarik di area Dongdaemun. Kami menyebrang menuju gedung theater yang antik desain arsitekturnya, berfoto-foto dan karena gak tahan dingin segera kembali ke meeting point. Ternyata kami masih salah spot, kata Nuri ada taman bunga-bunga yang semua bunganya itu terdiri dari lampu kereennn. Ahhh sayangnya... gakpapa deh lain kali.
|
Pedestrian di Dongdaemun keren deh ... meski hujan dan freezing kita nekad juga |
|
Pusat shopping di Dongdaemun . Kilau lampu ribuan watt.. Hujan bukan halangan buat foto-foto. Anti badai booo.... |
|
Ribuan kilowatt lampu menyemarakkan pertokoan ini |
|
Gedung theatre di Dongdaemun yang sering menjadi tempat pagelaran artis top Korea |
Dan schedule terakhir hari ini adalah ke Namsan Tower. Menyesalnya dalam kesempatan kali ini ke Namsan Tower kami hanya mampir dan numpang foto doang, berhubung sudah sangat malam. Jam sepuluh malam. Yang masih muda protes terlebih lagi gak bisa masang gembok cintanya. Sebenarnya meski sudah tua aku juga merasa kecewa tidak mengeksplore Namsan Tower secara utuh. Hiks.... cukuplah membaca tulisan di bawah ini yang menjelaskan tentang Namsan Tower ini seperti apa. Berfoto-fotopun kami tak puas dilokasi ini hujan deras dan diburu-buru waktu membuat semua menjadi tak seronok kalau kata Upin dan Ipin sih.
NAMSAN TOWER/ SEOUL TOWER DI KOREA
Namsan tower dikenal sebagai salah satu icon atau landmark-nya Korea selatan khususnya Seoul. Terletak di sebuah bukit (bukit Namsan, dan dari nama bukit inilah nama “Namsan tower” berasal) yang berada tepat di jantung kota seoul, Namsan tower merupakan salah satu obyek wisata yang harus dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke Seoul. Karena terletak di pusat kota, Namsan tower sangat mudah dijangkau dari beberapa tempat tujuan wisata utama kota Seoul, seperti Seoul Myongdong dan Namdaemun.
Karena berada di atas bukit, untuk sampai ke Namsan tower tidaklah mudah, karena kita harus mendaki bukit yang cukup tinggi. Tapi, bukan Korea namanya kalau tidak bisa mengatasi kesulitan itu, dan mengemas sedemikian rupa, sehingga yang awalnya naik ke Namsan butuh usaha keras, kini justru malah menjadi daya tarik tersendiri. Untuk bisa sampai ke Namsan tower, ada beberapa alternative cara yang bisa ditempuh. Bisa menggunakan bis atau taksi dari beberapa tempat yang berada di bawah Namsan tower, meskipun tidak bisa sampai langsung di depan Namsan tower, tetapi bis, taksi atau mungkin mobil-mobil pribadi lainnya bisa naik hingga sekitar 100 meter dari Namsan tower. Tentu saja, karena dengan taksi relatif lebih nyaman, kita juga harus merogoh kocek lebih dalam. mungkin sekitar 5000 won dari Myongdong.
Selain dengan taksi, ada cara spesial yang menjadi ciri khas Namsan tower, yaitu kereta gantung. Dengan berjalan naik sekitar 200m dari Myongdong (dari pintu utama Myongdong, dekat Uniqlo, menyeberang jalan, kemudian langsung naik ke arah Namsan melalui jalan kecil), kita bisa menemukan stasiun kereta gantung. Dengan membayar 10.000 won, kita bisa merasakan sensasi naik kereta gantung di atas kota Seoul, meskipun todak lama, tidak sampai 10 menit. Tiket kereta gantung ini berlaku untuk naik-turun. Apabila kita beruntung, kita bisa langsung naik kereta ini tanpa harus menunggu lama, akan tetapi tidak jarang kita harus menunggu hampir 30 menit untuk bisa menaiki-nya.
Untuk anda yang suka mendaki gunung, suka berolah raga, atau hanya sekedar ingin menghemat pengularan, naik ke namsan tower dengan berjalan kaki juga tidak kalah menyenangkan. Dari stasiun kereta gantung, kita hanya perlu menyeberang jalan dan mengikuti jalan pendakian yang sudah disiapkan. Bukan korea namanya, kalau mereka tidak bisa mengemas trek pendakian dengan baik. Jalannya halus pada awalnya (aspal), yang kemudian diikuti dengan tangga. Jangan khawatir semua papan petunjuk disiapkan dengan baik, sehingga tidak mungkin tersesat. Dari Myeongdong, mungkin bisa memakan waktu 30menit sampai 1 jam, tergantung kecepatan berjalan. Naik ke Namsan tower melalui jalur pendakian, kita bisa menikmati pemandangan kota Seoul selama penanjakan. Sangat direkomendasikan untuk naik mendaki pada musim gugur. Meskipun agak dingin, tetapi dengan mendaki pada saat musim gugur, kita akan disuguhi pemandangan alam yang indah, dengan daun berwarna-warni khas musim dingin
Dari kiri ke kanan: 1) Kereta gantung dilihat dari bawah pohon mapple, 2) Tangga jalur pendakian, 3) Warna-warni indah di kanan kiri jalur pendakian, dan banyaknya para pendaki gunung, 4) Pemandangan kota seoul).
Secara garis besar, Namsan tower ini dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu bagian bawah (dasar) dan bagian puncak (observatorium). Di bagian dasar terdapat Korean restaurant, cafe, serta beberapa toko souvenir. Di samping kanan dan kiri Namsan tower, terdapat banyak sekali gembok, gantungan kunci, dengan berbagai bentuk, termasuk bentuk hati dengan warna dan ukuran beragam. Di sini memang disediakan space bagi para pengunjung untuk menggantungkan gembok dan gantungan hati, tidak hanya itu pengunjung juga bisa menuliskan kata-kata sesuai keinginan mereka. Bisa sebagai bentuk kenang-kenangan kalau pernah mengunjungi tempat tersebut, atau bahkan sebagai ungkapan tanda cinta kepada pasangan masing-masing.
Pada tahun 2009, space untuk gembok kunci hanya ada di sebelah kanan Namsan Tower, tetapi karena semakin banyak pengunjung yang ingin menggantungkan gembok dan gantungan bentuk hati, pengelola namsan menambahkan space untuk gantungan ini di sebelah kiri dengan bentuk pohon cemara. Jangan khawatir, apabila anda ingin menggantungkan gembok dan gantungan hati, tetapi anda lupa untuk membawa sendiri, anda bisa membelinya di counter sovenir di lantai bawah, dengan harga sekitar 5000 won untuk gantungan hati. Untuk menuliskan, anda juga bisa membeli pen warna-warni di toko tersebut.
Dari kiri ke kanan: 1) Space untuk menggantungkan kunci gembok dan kursi khas Namsan, 2) Gembok dan gantungan bentuk hati lengkap dengan kata-katanya, 3) Close up gantungan bentuk hati lengkap dengan kata-katanya, 4) Free performance yang sering ada di teras depan Namsan tower).
Bagian atas dari Namsan tower merupakan bagian yang paling menarik. Serasa belum ke Namsan tower kalau belum naik ke observatorium. Dengan membayar 8000 won untuk dewasa, 3000 won untuk anak-anak, dan 5000 won untuk manula, kita bisa naik ke observatorium dengan menggunakan elevator dan bisa menikmati pemandangan kota Seoul. Salah satu hal yang menarik ketika kita berada di observatorium adalah, karena bentuknya yang bulat, hampir di setiap sisi kaca terpampang tulisan beberapa kota besar yang ada di dunia termasuk jarak kota tersebut dari kota seoul. Tulisan kota tersebut, ditempatkan melingkar, sesuai dengan arah kota dari Namsan tower. Biasanya, para wisatawan asing yang datang ke Namsan tower akan berfoto di depan tulisan kota mereka. Selain itu, di dalam observatorium bisa kita temukan pula toko souvenir yang menjual barang-barang khas namsan. Apabila, rasa lapar datang saat anda menikmati observatorium, satu lantai di bawah observatorium terdapat sebuah restoran yang terlihat eksklusif. Selain itu, di salah satu sisi dinding di bagian tengah, anda bisa menempelkan kotak kayu di dinding dengan sebelumnya menuliskan kata-kata seperti halnya yang bisa dilakukan pada gembok dan gantungan hati. Anda bisa membeli papan kayu tersebut di dalam toko souvenir yang ada di dalam observatorium. Cukup mahal memang, 8000 won untuk satu kotaknya. Setelah anda di observatorium, jangan langsung bergegas untuk turun, nikmati waktu sepuasnya. Nikmati pemandangan kota di semua penjuru mata angin.
|
Foto group di Namsan Tower, hujannya lebat padahal |
|
Family group |
|
Pemandangan Korea dari area Namsan Tower tapi bukan dari top |
|
Cari view yang menarik di Namsan Tower tetep gagal |
|
Action Idham selalu mempesona. Fotogenik... |
Akhirnya malam itu ditutup dengan check in di Intercity Hotel. Lumayan penat, jika tak takut sakit males banget untuk makan malam yang telahdibagikan itu. Mending tidur dari makan, tapi takut maag kumat aku makan juga. Fried chicken .... enak sih. Habis makan aku blom langsung tidur, update status dan upload foto, mumpung ada free wifi. Sekitar jam 2 lewat aku baru bisa tidur.
No comments:
Post a Comment