Thursday 10 March 2016

2nd Day Jogya Holiday Tour

Setelah kemaren dari pagi hingga malem sudah terkagum-kagum memandangi panorama alam Jogya yang bener-bener awesome, hari kedua target kita lebih menantang lagi. Jam. 8.20 (janjinya driver jemput jam 8.00) akhirnya setelah ditelpon-telpon akhirnya driver datang juga. Masih diselimuti mendung dan sedikit hujan rintik perjalanan di mulai. Yuuukkk....!


GOA PINDUL
Tujuan pertama yang akan dilakoni hari ini adalah melakukan rafting di Goa Pindul. Untuk mencapai tempat wisata ini kita harus melewati rute perjalanan yang cukup lama (+/- 2jam). Jalan yang ditempuhpun cukup sulit jalanan menanjak yang berbelok. Tetapi pemandangan disekeliling sangat menarik perhatianku, Sawah membentang dikiri kanan jalan, para petani yang sibuk hilir mudik bertelanjang kaki, memanggul bawaan berat di pundak dan menanam padi, beberapa anak sekolah yang terlihat bubaran sekolah dan bahkan ada sebagian dari mereka dengan bertelanjang kaki alias nyeker. Hmmmm... sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan yang hampir tidak pernah aku temukan dalam rute perjalanan travellingku sebelum ini.

Seluas mata memandang sungguh indah pemandangan alam disekitar ini, hijau dan berpayung langit yang biru jernih, dengan udara yang sangat sejuk. Lantas nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan???
Sawah sawah dimana-mana, aku sangat takjub karena aku penyuka keindahan alam. Masha Allah!
Pemandangan tepi jalan di pagi hari, lihat di belakang itu para petani bertelanjang kaki. Baru kali ini aku menyaksikan hal seperti ini, biasanya cuma baca di cerpen.


Tidak diperlukan persiapan khusus untuk melakukan cave tubing di Gua Pindul. Peralatan yang dibutuhkan hanyalah ban pelampung, life vest, serta head lamp yang semuanya sudah disediakan oleh pengelola. Aliran sungai yang sangat tenang menjadikan aktivitas ini aman dilakukan oleh siapapun, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Waktu terbaik untuk cave tubing di Gua Pindul adalah pagi hari sekitar pukul 09.00 atau 10.00 WIB. Selain karena airnya tidak terlalu dingin, jika cuaca sedang cerah pada jam-jam tersebut akan muncul cahaya surga yang berasal dari sinar matahari yang menerobos masuk melewati celah besar di atap gua. 

Selesai memakai peraltan safety
Wajah-wajah yang tegang ketika membayangkan adu nyali dalam goa
Lets start kita pacu adrenalin

Sambil merasakan dinginnya air sungai yang membelai tubuh di tengah gua yang minim pencahayaan, seorang pemandu bercerita tentang asal-usul penamaan Gua Pindul. Menurut legenda yang dipercayai masyarakat dan dikisahkan turun temurun, nama Gua Pindul dan gua-gua lain yang ada di Bejiharjo tak bisa dipisahkan dari cerita pengembaraan Joko Singlulung mencari ayahnya. Setelah menjelajahi hutan lebat, gunung, dan sungai, Joko Singlulung pun memasuki gua-gua yang ada di Bejiharjo. Saat masuk ke salah satu gua mendadak Joko Singlulung terbentur batu, sehingga gua tersebut dinamakan Gua Pindul yang berasal dari kata pipi gebendul.

Selain menceritakan tentang legenda Gua Pindul, pemandu pun akan menjelaskan ornamen yang ditemui di sepanjang pengarungan. Di gua ini terdapat beberapa ornamen cantik seperti batu kristal, moonmilk, serta stalaktit dan stalagmit yang indah. Sebuah pilar raksasa yang terbentuk dari proses pertemuan stalaktit dan stalagmit yang usianya mencapai ribuan tahun menghadang di depan. Di beberapa bagian atap gua juga terdapat lukisan alami yang diciptakan oleh kelelawar penghuni gua. Di tengah gua terdapat satu tempat yang menyerupai kolam besar dan biasanya dijadikan tempat beristirahat sejenak sehingga wisatawan dapat berenang atau terjun dari ketinggian.
 
Mulut Goa yang baru saja kita tinggalkan
Pacu adrenalin sudah usai, tapi suasana mistis dalam goa masih berasa banget
Petualangan telah selesai. Yukkk kita menuju lokasi selanjutnya...

Karena hari itu hari Jum'at kita harus berhenti di sebuah masjid supaya Kotada dan sang supir dapat melaksanakan ibadah sholat Jumat. Dan untuk Lunch hari ini kita sempat mampir di Semanu, sesuai rekomendasi temen kantor yang konon katanya makanan disini terutama sambel lombok ijonya yang pedes, tapi menurut lidah kami kok gak enak sama sekali ya... (mungkin juga sopir tidak mengerti tempat makan yang aku inginkan). Tapi yah... mengganjal perut seadanya saja.



PANTAI INDRAJANTI
Setelah itu perjalanan kita lanjutkan lagi. Hari ini targetnya memang yang main air. Hari menjelang sore (jam setengah 3) ketika kami sampai di pantai Indrayanti. Alhamdulillah matahari cukup menyengat dan terik. Pengunjung tidak begitu ramai disekitar pantai karena memang belum musim liburan. Harga tiket masuk ke pantai ini cukup murah yaitu 5 ribu rupiah per orang.

Pantai Indrayanti merupakan satu diantara banyak pantai di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai suasana dan pemandangan menarik. Pantai ini terletak di sebelah barat Pantai Siung dan Sebelah Timur Pantai Sundak. Jarak Tempuh dari Pusat Kota Jogja sekitar 47 KM dan membutuhkan waktu sekitar 2 jam bila ditempuh dengan sepeda montor. Pantai ini masih satu paket TPR dengan Pantai Sundak, Drini, Baron, Kukup dan Krakal. Biaya masuk TPR sekitar Rp. 2.500/montor (pada hari biasa) dan Rp. 5.000/montor (pada hari libur). Untuk biaya parkir sekitar Rp. 2.000/montor dan Rp. 10.000/mobil.

Area entrance yang sederhana (Foto ini diambil dari Google searching)
Baru nyampe kami terpukau keindahannya...... Masha Allah
Masih nyeker semua karena belum ketemu sama yang jual sandal jepit
Deg degan karena ombaknya suka datang tiba-tiba
Mulai terkaget-kaget dengan ombaknya yang keras dan menghempas
Senyum setelah kebasahan dihempas ombak
Batu cadas yang menjulang


PANTAI KRAKAL
Usai menikmati indahnya Indrayanti perjalanan dilanjutkan menuju deretan pantai-pantai yang letaknya memang serangkaian dan berdekatan. Pantai Krakal menurut saya adalah sama dengan pemandangan pantai Indrayanti hanya dilihat dari seberangan sisi. Sepi...karena sepertinya pengunjung lebih tertarik di Indrayanti.

Menepi di pantai Krakal matahari sudah menyengat
Pengunjung agak sepi di pantai ini


PANTAI DRINI
Setelah mengunjungi 2 pantai sebelumnya, perjalanan dilanjutkan lagi ke salah satu pantai, Pantai Drini. Sebuah pulau karang di bibir pantai membelah Pantai Drini menjadi dua bagian dengan karakter bertolak belakang. Sisi Timur yang tenang dan bagian Barat yang garang, membuat Pantai Drini menjadi sebuah pantai berkarakter ganda.


Pantai Drini yang indah (foto ini kudapat via Google)

Pantai Drini menjadi salah satu pantai istimewa di pesisir Gunung Kidul karena sebuah pulau kecil di tengahnya, membagi pantai menjadi dua bagian. Konon di pulau tersebut banyak ditumbuhi santigi (Pemphis acidula), atau masyarakat di sini biasa menyebutnya drini. Itulah kenapa pantai dan pulau ini diberi nama drini.

View dari sisi Timur, matahari memberikan cahaya yang memukau sehingga awan terlihat indah sekali
Masih view dari sisi Timur, aku suka sekali langitnya.

Bila laut sedang surut, kita bisa pergi ke pulau. Tak perlu menjadi climber untuk memanjat karang, karena tangga beton rela dipijak demi mengantar kita ke atas. Dari sini, pandangan kita bisa menyisir seluruh Pantai Drini, melihat gunungan alang-alang atap gazebo hingga deretan perahu nelayan. Semua tampak mungil, seperti miniatur bikinan kurcaci. Kini, tak ada lagi pohon drini, yang ada hanyalah pandan laut (Pandanus tectorius) memenuhi setiap jengkal tanah, berebut hidup dengan rerumputan. Dan sayangnya ketika kami sampai disana air laut sedang pasang sehingga gak bisa menyebrang menaiki pulau disisi barat.

Dari sisi Selatan ada pulau kecil ditengah lautnya
Ombak putih yang menggulung tetapi tidak segarang di pantai Indrajanti
Sisi baratnya lebih indah ternyata. Melalui jembatan tali berwarna putih tersebut kita dapat menyebrang ke pulau kecil tetapi dengan catatan disaat air sedang surut. Sayangnya pas kami datang air sedang pasang. Konon katanya view dari atas pulau sangat indah.
Gazebo beratapkan ijuk untuk mengaso


Bila dibanding dengan 2 pantai sebelumnya pantai Drini sangat indah sekali. Rasanya gak puas mengambil foto dipantai ini. Tapi sayangnya camera sudah low batt dan HP pun juga low batt. Jadi cuma mengandalkan Tablet S4 ku untuk take picture. Karena Utami Nirmala Putri sudah mulai lelah pengambilan foto jadi gak optima. Agak sulit membujuk dia mau difoto dan memoto. Tinggal aku dan Kotada aja bergantian memoto.


PANTAI KRUKUP
Meninggalkan pantai Drini, Utami sudah mulai merengek ingin pulang. Cuaca panas dan kelelahan membuat dia bosan dengan suasana pantai yang cuma begitu-begitu saja. Tadinya driver masih ingin mengantar ke pantai Sundak dsbnya. Tetapi melihat Utami sudah merengek, driver membujuk satu lagi aja deh... nyesel kalau gak ke pantai ini, dimana ada jembatan cinta yang bila menyebrang pemandangannya sangat indah kata driver. Akhirnya mau juga Utami dan mampirlah ke pantai Krukup ini. Benar juga, pasti nyesel banget kalau gak mampir ke Krukup. Pemandangannya paling indah dibanding Indrayanti, Krakal dan Drini. Persis mirip tanah Lot di Bali. Hari menjelang senja ketika nyampe di Krukup tapi masih cukup lama kalau mau menunggu sunset. Jadi kita tidak menunggu sunset.

Hembusan angin yang ditimbulkan dipantai ini sepoi-sepoi membuat para pengunjung merasa nyaman berada disini. Duduk bersantai di karang-karang yang kokoh, berdiri menikmati irama debur ombak yang mendamaikan kalbu. Pasir putih di sepanjang garis pantai Kukup sangat bersih. Sampai membuat tak pernah puas mata memandang.

Di pantai Kukup ada sesuatu karang yang menjorok ke laut terpisah daratan, namun terhubung oleh sebuah jembatan yang terbentang. Jalan mendaki harus ditempuh sebelum mencapai jembatan cinta merupakan akses untuk mencapai karang tersebut. Mendekatkan diri didalam pelukan damai Pantai Kukup.

Ini foto hasil jepretan juru foto, kurang alami karena di edit tapi seneng juga kita kelihatan lebih cantik
Dibelakang itu sebuah pulau yang untuk menggapainya harus melalui jembatan cinta dan perlu perjuangan untuk sampai kesana (naik tangga...hmmmm)
Mulai terlihat view yang luar biasa indah diseparoh jalan jembatan cinta. Awesome! Masha Allah
Sudah 2/3 jalan makin indah....
Tami sibuk sendiri dengan HP cameranya yang canggih
Dikit lagi nyampe. Tempat ini agak sepi karena mungkin kurang diminati mengingat usaha yang harus dilakukan untuk mencapainya. Hmmmmm....
Sampe juga diatas. Indahhhhhh asli indah banget
Dibibir jurang puncak bukit jembatan cinta. Selama disini aku dzikir dan ostighfar takut jatuh. Dari expressi foto kelihatan ternyata!


BUKIT BINTANG
Setelah puas dengan ke-4 pantai hari menjelang Maghrib menuju arah pulang kami masih sempat mampir dulu ke Bukit Bintang. Suatu tempat yang merupakan perbukitan yang berada di jalan raya utma yang menghubungkan Yogyakarta dengan kabupaten Wonosari. Dari bukit ini kita dapat memandang seluruh wilayah Yogyakarta yang terhampar luas. Pada saat sampai ditempat ini hari sudah malam pemandangan yang tersaji hanyalah kerlap kerlip lampu yang sangat indah menyerupai kerlap kerlip bintang dimalam hari. Karena pemandangan seperti itu pulalah tempat ini dinamai Bukit Bintang.

Kami sempat mampir ke sebuah restaurant meski cuma memesan minuman penhangat badan (hujan gerimis kembali menyantuni Yogyakarta), dan sepiring fried french. Sempat beberapa kali foto tapi hasilnya kurang bagus karena cuma menggunakan tablet.

Bukit Bintang Jogja Yogyakarta
Ini foto bukit Bintang yang dapet dari Google. Keren...!


Sebelum pulang ke hotel sempat mampir ke Alun-alun dan Tugu. Tapi hasil fotonya jelek dan gelap, gak indah untuk diupload. Akhirnya jam 9 malam tiba juga dihotel istirahatlah untuk persiapan journey hari ke-3

No comments: