Monday 7 May 2018

ONE DAY TRIP RELIGI IBU-IBU KOMPLEKS PHDM 1 RT 42

Banyak moment yang bertepatan terjadi di bulan April 2018. Bulan Sya’ban adalah bulan yang terletak setelah bulan Rajab dan sebelum bulan Ramadhan. Bulan ini memiliki banyak keutamaan. Adapun hadits yang berbunyi: 

إنَّمَا سُمّي شَعْبانَ لأنهُ يَتَشَعَّبُ فِيْهِ خَيْرٌ كثِيرٌ لِلصَّائِمِ فيه حتى يَدْخُلَ الجَنَّةَ. 
“Sesungguhnya bulan Sya’ban dinamakan Sya’ban karena di dalamnya bercabang kebaikan yang sangat banyak untuk orang yang berpuasa pada bulan itu sampai dia masuk ke dalam surga.”

Adapun amalan yang disyariatkan dilakukan pada bulan ini antara lain: memperbanyak puasa, membaca Al-Qur’an, berbuat amal salih. Diantara perbuatan amal salih yang memiliki keutamaan adalah menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim. Rasulullah sangat dekat dengan anak yatim. Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

عَنْ سَهْلِ بَْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً 
"Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya.[HR al-Bukhari no. 4998 dan 5659] 

Lantas tanggal 21 April adalah peringatan hari Kartini seorang tokoh wanita Indonesia yang terkenal dalam pencetus emansipasi wanita. Nah untuk mengambil kesempatan moment itu kami, persatuan ibu-ibu PHDM 1 mengadakan one day religi trip berupa Baksos untuk berbagi senyum dengan para anak yatim. 

Setelah ide dicetuskan pengurus mulai menjaring dana dari anggota. Selanjutnya ibu Ketua membentuk tim inti yang terdiri dari 5 orang mulai bergerak, untuk melakukan survey panti mana yang layak buat dikunjungi, membeli barang-barang yang akan diberikan. Sedangkan konsumsi, sarana dan prasarana untuk hari H ke lokasi menjadi tanggung jawab pengurus. 

Singkat cerita tibalah hari H yang dinanti, Sabtu tanggal 21 April 2018 jam 10.00 WIB, kami memulai perjalanan dengan bis pariwisata. Keseruan dan keceriaan sudah dimulai sejak mobil melaju. Bahagia sekali mengenang moment ini, wajah-wajah ceria dan heboh... yang paling penting dikit-dikit foto...! Ahayyy itu hukumnya wajib.

Foto group dulu sebelum naik bis

Euphoria suasana dalam bis. ahayyyy...hebohnya


1. Kunjungan ke panti asuhan Madinah 
Tidak begitu lama (mungkin hanya memakan waktu sekitar 15 - 25 menit) kami sudah sampai di itinerary pertama yaitu panti asuhan Madinah yang terletak di daerah Celentang. Panti ini diasuh oleh ibu Sumarni dan suaminya. Jumlah anak asuh adalah 25 orang, rata-rata usia anak masih sekitar umur anak SD. Sebagian besar kaum duafa dan anak yatim. Rasa haru yang tak dapat dibendung saat berkunjung ke panti ini.

Pelukan sebagai welcome greeting dari  ibu panti terhadap bu Ketua
Anak-anak panti yang masih imut ya... lugu haru biru liatnya
Wajah-wajah mereka yang membuat trenyuh
Foto bareng dulu kita...

Aku masih ingat saat kami survey dan pertama kali datang ke panti asuhan Madinah. Saat itu kami berempat, aku, Elly, Yoshie dan Anna Yasin baru saja pulang senam bersama di komplek perumahan tempat kami tinggal. Euphoria senam bersama masih terasa. Teriakan, lengkingan tawa, canda dan lucu-lucuan belum lagi hilang dari wajah dan hati kami. Namun ketika kami sampai di panti, ketika kami memandang wajah-wajah anak panti, tiba-tiba kami “speechless”

Kami saling diam dan tertunduk bisu, mungkin hati kami membahasakan perasaan yang sama “trenyuh”. Entahlah...apa yang bisa aku ekspressikan. Tapi aku menatap wajah-wajah anak-anak yang seperti punya beban hidup yang berat. Bahkan ketika kami foto-foto aku teriak senyummmm....mereka tidak bisa mengekspressikan senyum dengan baik. Hati kami tersentuh! Ya Rabb....Alhamdulillah telah KAU beri kami limpahan nikmat yang begitu banyak. Sedangkan mereka...anak-anak ini wajah-wajahnya. Bagaimanapun kami berterima kasih padaMU telah menyentuh hati kami untuk memahami bahwa ada tangan yang masih harus diberi dari sedikit rezeki yang telah KAU limpahkan pada kami. 

Singkat acara di panti asuhan Madinah tidak begitu banyak, sambutan Ketua, ibu panti, lalu anak-anak panti melantunkan Asma’ul Husna, do’a dan terakhir pemberian santunan ala kadarnya. Yang pasti foto-fotonya tak terlupakan.... Cheeseee.....! Setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali pada itinerary ke-2. Perjalanan kami memang diridhoi Allah. Dari arah Celentang menuju Jakabaring bis kita melaju lancar, tanpa kena macet (padahal area sekitar air mancur dan Ampera pada saat jam yang sama adalah daerah “traffic jam” alias macetos), terima kasih ya Rabb. Tiba di Jakabaring sekitar jam 11.15 

2. Jakabaring Sport City Centre 
Bis berhenti dan anggota masih diskusi tentang posisi yang baik buat kami lesehan arisan dan makan siang. Akhirnya diputuskan kami ngariung di dekat danau dan dekat Dermaga karena target yang harus diperhitungkan juga ada “best view” buat foto. 

JSCC adalah komplek olahraga terintegritas Jakabaring. Kawasan ini dibangun pertama kali dalam rangka penyelenggaraan PON 2004. Lalu fasilitas kawasan kompleks olahraga ini kembali berbenah menyambut penyelenggaran Sea Games 2011. Sejak itu Palembang terkenal dengan sebutan kota olah raga. Ibukota Sumsel ini dijuluki dengan sebutan tersebut, dikarenakan berbagai multi event olahraga pernah digelar di kota pempek ini. 

Beberapa event olah raga tingkat nasional maupun international yang pernah diselenggarkan di kawasan ini adalah PON 2014, Sea Games 2011, Islamic Solidarity Games (ISG) 2013, ASEAN University Games (AUG) dan pada tahun 2018 Asian Games juga siap digelar di kota pempek. Menyambut Asian Games yang akan digelar tahun 2018, pembangunan dan penambahan fasilitas besar-besaran terjadi diantaranya pembangunan infrastrukur untuk LRT. Dan saat ini lokasi JSCC sudah menjadi tempat wisata akhir pekan terfavorite bagi warga “Wong Kito Galo”. 

Acara arisan kali agak lebih banyak dari biasa. Selain penarikan arisan, door prize adalagi pemberian bingkisan buat 2 orang anggota yang harus pindah ke lain kota karena mengikuti sang suami yang pindah lokasi kerja. Mbak Yuli yang balik kampung yaitu Medan dan Rita yang juga ikut suami pindah ke Padang (balik kampung juga nih Rita). Hiks... selamat jalan ya mbak Yuli dan Rita...inshaa Allah jauh di mata dekat di hati yaa.... Dan nanti kalau saya travelling ke Medan atau Padang bisa jadi guide dong....hehee....! (dasar traveller...!).

Prosesi pengoncangan arisan dan door prize

Ayo kita makan dulu

Formasi lengkap...seneng liatnya kalau kompak gini kan?

Peluk cium buat Rita, selamat dan sukses terus ya Ta

Peluk cium buat Yuli...selamat ya bisa balikkampung, pasti seneng ...

Berhubung kita sudah booking fotographer maka dimanfaatkanlah kami sebagai model. Hmmm ..keren juga 

Si Abang fotographer suka banget motoin kami berdua, mudah mengarahkan gayanya

Seperti foto model untuk promosi busana mulim

Hadap kiri cantik...!

Sekarang hadap kananpun tetap cantik...! Bravo...!
Hampir jam 1 semua acara di Jakabaring selesai dan sesuai schedule itinerary ke-3 kita akan sholat di masjid yang cukup terkenal di Palembang, yang dibangun oleh seorang warga negara keturunan Tionghoa. 

3. Masjid Chengho 
Berlokasi di Kompleks Perumahan Amin Mulia, Jakabaring. Saat kita memasuki pelataran akan segera terlihat sebuah bangunan dengan warna khas merah terang yang sangat “eye catching”. Arsitektur bangunannya sangat kental akan nuansa Tiongkok. Masjid yang dibangun atas prakarsa Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Palembang ini bernama lengkap Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho. 

Di awal keberadaannya, Masjid Cheng Ho Palembang dibangun dengan latar belakang untuk menjaga hubungan baik antara masyarakat keturunan Tionghoa dengan masyarakat Palembang pada umumnya, selain juga sebagai tempat untuk memperdalam ajaran agama Islam dan memperkenalkannya kepada masyarakat luas. 

Digunakannya nama Cheng Ho juga bukan tanpa sebab, Cheng Ho dikenal sebagai panglima angkatan laut Tiongkok dari abad XV. Cheng Ho dipercaya memimpin ekspedisi perdagangan menyusuri wilayah nusantara dengan menggunakan armada yang sangat besar. Meski awalnya perjalanan yang dilakukan Cheng Ho merupakan ekspedisi perdagangan, namun secara tidak langsung dirinya turut memperkenalkan Islam di wilayah yang disinggahinya. Karena perilakunya yang baik dan membawa kedamaian, Cheng Ho mempunyai banyak pengikut. 

Masjid Cheng Ho Palembang berukuran sekitar 20x20 meter dibangun di atas tanah seluas 4.990 m2. Tanah tersebut merupakan tanah hibah yang diberikan oleh Gubernur Provinsi Sumatera Selatan kala itu, Syahrial Oesman. Dalam pembangunannya, masjid Cheng Ho dilengkapi dengan dua menara yang masing-masing diberi nama Habluminallah dan Hambluminannas. Sementara di bagian bawah menara terdapat tempat wudhu yang berukuran 4x4 meter. 

Kedua menara Masjid Cheng Ho Palembang memiliki 5 tingkat yang melambangkan jumlah 5 shalat yang dilakukan dalam sehari. Tinggi menara mencapai 17 meter, angka tersebut merupakan simbol dari jumlah rakaat yang perlu dikerjakan oleh setiap muslim dalam sehari. Sementara di bagian luar menara dibubuhi ornamen khas Palembang berupa tanduk kambing. Penggunaan ornamen khas tersebut bukan tanpa sebab, selain karena Masjid Cheng Ho ini dibangun di tanah Palembang, masyarakat juga menyadari adanya kedekatan antara kebudayaan Palembang dengan kebudayaan Tionghoa. 

Masuk lebih ke dalam, pengunjung akan mendapati warna dominan merah, warna yang identik dengan kebudayaan Tiongoa. Arsitektur Tionghoa juga terlihat dari daun pintu yang terdapat pada pintu utama masjid. Pancang-pancang dan ornamen pagar pembatas di bagian atas makin mempercantik tampilan interior masjid yang kental akan nuansa Tionghoa. Secara keseluruhan bangunan masjid ini mampu menampung sekitar 500 jamaah. 

Keberadaan Masjid Cheng Ho di Palembang bukan sekadar untuk mengkhultuskan Cheng Ho sebagai seorang tokoh muslim Tiongkok. Lebih dari itu, nama Cheng Ho diharapkan mampu menyadarkan kita akan arti penting meneladani apa yang sudah dilakukannya, yaitu menyebar kedamaian kepada siapapun yang ditemuinya. 

Matahari terik sangat menyengat menyambut kami memasuki pelataran mesjid ini. Sholat Dzuhur sudah masuk beberapa waktu yang lalu saat kami masih di JSCC. Sebagian peserta bergegas masuk untuk wudhu dan melaksanakan sholat dzuhur. Namun ada beberapa anggota berpisah untuk pulang karena ada kepentingan lain. Tak lama kami singgah di sini. Sebagai moment penutupan di masjid ini adalah foto bareng. Duhhhh... hasilnya keren-keren banget.... rasanya mau di upload semua fotonya. Terima kasih mas photographer Iwan dan Ferdi. Nuansa warna mesjid matching sama outfit kami. Yeaaayyyy.....

Ini peserta yang sholatnya sudah kelar, kita curi start duluan ya buat foto

Ayoooo...serukan act nya kami...!

Ada yang balik badan ada yang menghadap depan, tapi hasilnya tetep keren kok

The best picture..nih. Aku paling suka gaya bebas kami benar-benar expressive....
Usai euphoria foto-foto di masjid cantik ini kita meneruskan perjalanan di itinerary terakhir yaitu panti asuhan Ali Yamin. 

4. Panti Asuhan Ali Yamin. 
Hampir jam 3 sore ditengah terik matahari yang menyengat bis yang kami tumpangi merapat di panti asuhan Ali Yamin yang berlokasi di daerah Tangga Takat Plaju. Panti asuhan ini dikelola oleh sepasang suami istri, Ali Yamin itu nama sang suami kalau tidak salah dan istrinya ibu Rahma. Jumlah anak asuh adalah 60 orang yang terdiri dari berbagai tingkatan usia dari TK hingga mahasiswa. Anak asuh di panti ini terdiri dari anak yatim yang tidak mampu, dan hanya ada 1 orang yang yatim piatu. Selain anak yatim piatu ibu Sumarni juga menampung anak tahfidz yang berjumlah sebanyak 13 orang ikhwan.

Wajah-wajah para tahfidz... calon penghuni syurga

Bila dibandingkan dengan panti asuhan Madinah, anak-anak panti asuhan Ali Yamin jauh lebih baik dan lebih terjamin, karena mereka memiliki seorang donatur tetap seorang pengusaha. Bahkan wajah anak-anak asuh di sini terlihat lebih ceria, gembira, dapat bercanda sebagaimana kebiasaan anak-anak dan remaja pada umumnya. Jadi suasana tidak begitu membuat trenyuh. 

Wajah-wajah anak panti ...akhwat cantik dan menggemaskan

Ini para ikhwannya...lucu..lucu ya


Hampir sama dengan susunan acara di panti asuhan Madinah acara di panti ini diawali dengan sambutan ibu Ketua persatuan kami, ibu panti, pengajian oleh para tahfidz, pembacaan Asma’ul Husna dan do’a. Pada saat do’a inilah air mataku bercucuran dan aku benar-benar melow. Do’a yang dipimpin oleh seorang anak balita yang membaca do’a sebagai ungkapan polos suara hatinya. Subhanallah....tak mampu aku membendung air mata. Ya Rabb....bantu aku untuk selalu melunakkan hati dan mengulurkan tangan bagi mereka.

Foto bersama

Acara terakhir adalah foto bersama anak panti dan pembagian bingkisan ala kadarnya. Kami segera menuju bis untuk pulang ke rumah karena memang hari sudah sangat sore sih. Tapi.....dalam perjalanan pulang ternyata ada yang mengusulkan untuk mampir dulu ke kedai pempek Sentosa yang lokasinya tak begitu jauh. Karena pekikan suara sudah “akoorrr....” ya sudah deh mampirlah kita.
Foto dulu sebelum santap pempeknya. Jarang-jarang kan kesini?

Inilah penutup rangkaian trip religi kami hari ini. Banyak keseruan, banyak kegembiraan dan yang paling penting adalah banyak hikmah yang dapat diambil dari kunjungan ke panti asuhan. Paling tidak untuk kami mengintrospeksi diri agar selalu bersyukur atas limpahan nikmat, dan harta dari Allah. Mengingatkan kami buat berbagi. Semoga kebaikan dan kemurahan hati tak hanya berhenti di sini. Selain itu semoga persatuan kami makin erat silahturahimnya.Satu lagi pesan sponsornya adalah ditunggu trip-trip selanjutnya. Kabarnya habis lebaran mau ke pesantren di Indralaya pergi naik kereta api. Jug gijag gijug....ayooooo siapa takutt! Siiiiiyaaappppp.....



No comments: