Thursday, 19 December 2019

PANTAI SARI RINGGUNG

Hari kedua dan terakhir di Lampung. Hari ini kami akan menuju objek wisata yang jadi "main destinasi" (alias tujuan utama) ke Lampung ini yaitu Tegal Mas Island. Yang foto-fotonya di berbagai media sosial membuat aku kabita (alias pengennnn...). Baiklah pagi-pagi sekali kami sudah bangun dan bersiap-siap. Di hari libur sekolah, week end dan banyak yang menjajal Tol baru pastilah akan menyebabkan setiap objek wisata akan dibludaki oleh pengunjung. Maka supaya kita gak kehilangan moment harus disiasati dengan cara curi start. 

Demi memenuhi strategi ini pagi-pagi sekali jam setengah enam tanpa sarapan lagi di hotel (padahal kami dapat jatah sarapan namun sarapan hotel baru dibuka jam 6), kami sudah check out dan melaju di jalanan. Enak juga sih jalanan masih sangat sepi. Lancar dan cepat. Sekitar jam 7 kurang kami sudah sampai di pantai Sari Ringgung. Saking masih paginya di loket tiket tak ada penjaga dan beruntungnya pintu masuk dibuka, dengan rada was-was kami masuk saja. namun eh...dilalah.. masuk agak ke dalam kami dicegat oleh seorang bapak setengah baya. Minta bayaran. Kami ditarik bayaran sebesar Rp. 60 ribu tanpa ada tiketnya. Resmi apa ilegal nih pungutan????? Ya sudahlah daripada ribet kasih saja bro... 

Pantai Sari Ringgung terletak di Jalan Way Ratay Km 14 tepatnya di Desa Sidodadi, Teluk Pandan dan Kabupaten Pesawaran. Pantai ini masih sejalur dengan salah satu Pantai terkenal lainnya yang ada di Kota Lampung yaitu Dewi Mendapa. Pantai ini mungkin sama dengan Pantai-Pantai pada umumnya, namun keunikan yang dimiliki Pantai Sari Ringgung memang menarik perhatian pengunjung. 

Jarak yang harus ditempuh menuju Pantai Sari Ringgung dari kota Bandar Lampung yaitu 25 kilo meter dengan waktu satu jam. Perjalanan yang Anda tempuh dapat lebih lambat atau lebih cepat sesuai kondisi jalanan saat Anda pergi dan juga kecepatan kendaraan. Rute yang harus dilalui yaitu ikuti arus Jalan Pajajaran dan Jalan Hanoman. Lalu belok ke arah kiri menuju Jalan Teuku Umar kemudian akan menemukan jalan dengan dua pilihan, pilih jalan ke kanan. Saat itu Anda telah berada di Jalan Raden Intan dan terus lanjutkan perjalanan di jalan tersebut. Setelah melakukan perjalanan di Jalan Raden Intan selama kurang lebih 1,5 kilo meter, belok ke kanan menuju Jalan Ahmad Yani. 

Tanda-tandanya yaitu di tengah jalan berdiri sebuah Tugu Adipura, lalu lanjutkan perjalanan di Jalan Ahmad Yani sekitar 700 meter. Kemudian akan kembali menemukan dua pilihan jalan dan pilih jalan kiri, lalu berbelok ke kiri menuju Jalan Wolter Monginsidi. Sekitar dua kilo meter setelah itu, belok ke arah kanan menuju Jalan Basuki Rahmat. Kemudian berbelok ke arah kanan menuju Jalan P. Emir Moh. Noer, lalu belok ke kiri menuju Jalan Sumur Putri. Setelah itu belok ke arah kiri ke Jalan Saleh Raja Kusuma Yudha, lanjutkan perjalanan menuju Jalan R.E. Martadinata. Lanjutkan perjalanan dengan jarak sekitar sebelas kilo meter yang melalui Jalan R.E. Martadinata dan Jalan Raya Way Ratay. Dari situ, Anda sudah dekat dengan lokasi Pantai hanya berjarak sekitar dua kilo meter dari Jalan Raya Way Ratay. Ikuti petunjuk jalan yang ada untuk sampai di Pantai Sari Ringgung. 

Saat masuk ke lokasi pantai Sari Ringgung suasana tidaklah sepi sebagaimana perkiraan kami. Sudah cukup ramai namun tidak sampai membludak. Aku pikir pastilah di sekitaran sini ada hotel sehingga pengunjung sepagi itu sudah mandi, berenang dan berendam di pantai. Ada juga sekelompok orang-orang yang sedang melakukan gathering yaitu pencinta mobil merk ternama. Sebagaimana biasanya gathering seperti ini kadangkala agak menjajah hak para pengunjung lain. Mobil-mobil mereka diparkir semaunya, bahkan di posisi icon bagus buat foto-foto. Hmm... kecewa sekali! 

Karena agak sulit cari objek foto yang sudah ditutupi puluhan mobil gathering itu kami berjalan lagi. Hatiku sedih! Kenapa? Objek wisata ini potensi keindahannya bagus sekali, namun tidaklah dikelola dengan baik. Pasir putihnya sudah hampir dipenuhi sampah-sampah plastik, malah ada pampers segala. Penataan objek-objek permainannya tidak rapih. Jadi kelihatan acak dan gak sedap dipandang. Belum lagi pengunjung yang kurang disiplin sehingga mengotori lingkungan. Sedih sekali...jika kondisi seperti ini dibiarkan aku yakin 3 - 5 tahun kedepan pantai ini akan kumuh. 

Kami berjalan mengamati, satu-satunya objek yang menarik adalah ayunan di laut. Yah...sudahlah dari pada tak ada kenangannya, aku dan Ade basah-basahan ambil foto disitu. Alhamdulillah... sisa sunrise yang masih ada menyebabkan view bayangan matahari yang sedang naik di air membuatnya sangat cantik. Puas di situ kami berniat segera ke Tegal Mas saja. Tapi masih ingin ke toilet dulu, namun waduhhh toiletnya masih digembok berhubung petugasnya belum datang wadow...wadowww. Terpkasa numpang ke rumah di sekitar situ. 

Untuk ke Tegal Mas kita harus menyebrang menggunakan kapal kecil, tadi saat kami diminta bayaran oleh si bapak kami sudah diperingatkan untuk langsung ke loket saja, supaya kena tarif yang resmi karena suka ada orang-orang jahil mempermainkan tarif. Merujuk pesan sang bapak kami langsung ke loket. Tarif penyebrangan untuk 1 kapal adalah Rp.300 ribu. Namun kami kembali ragu apakah ini resmi atau palsu? Soalnya tak ada tiket resminya... hadeuhhh! terserahlah! Yang penting bisa nyebrang dah!

Aurat kaki ohhh..tidakkkk

Bayangan matahari di air indahnya


Sedikit mendung

Siap-siap menyebrang

Berani...???

2 comments:

Chan idehan blog said...

Kemaren mau kesana Takut ada ombak...he

Echie Samsidar said...

Kayaknya tenang lautnya..