Wednesday 2 October 2019

KAMPUNG ARAB AL MUNAWAR

Sudah cukup lama aku mencatat lokasi wisata ini sebagai tujuan wisata akhir pekan. Aku hanya ingin adil pada tanah tempatku berpijak yaitu town city Palembang. Hmmm... takut kualat aja masa ke berbagai daerah bahkan luar negeripun sudah kusinggahi, seddangkan town cityku belum.

Akhirnya terkabul juga niatku. Sabtu kemaren sebenarnya agenda kami awalnya adalah nobar film Danur, namun biasalah jika mengikat janji kepada ibu-ibu muda jangan pernah dipegang dan diharap benar. Bermacam alasan dapat saja terlontar yang bisa dipahami dan dimaklumi. Aku sih sudah sering sekali dengan yang begini-ginian, contohnya rencana travelling ke Lampung yang awalnya seru akhirnya lenyap tanpa ada kepastian. Nah kadung sudah mengosongkan waktu bahkan menghapus janji-janji lain akhirnya aku dan Yossie tetap ingin refreshing nih.

Rencana dibuat hanya oleh kami berdua..nyantai saja hanya ingin icip-icip kuliner unik dan tempat makan yang lumayan instagramable, sekalian survey-survey untuk tempat arisan siapa tahu aku ketempatan. Pilihan jatuh pada Baropi Grill & Coffee dan Kapal Selam Resto. Sudah memiliki destinasi mulailah kami mencari siapa lagi yang mau ikut, gak asik dong kalau cuma berdua aja, apalagi nanti kalau mau foto-foto kok hanya ganti-gantian sorangan aja. Lumayan banyak juga yang mau ikut. Bunda, bu Jum, kak Netty, dan Dyan. Yeayyy lumayan ramelah...!

Fixed janji dibuat, jam 10 hari Sabtu kita sudah ngumpul dan akan langsung otw. Sebagai seorang yang biasa nyusun itinerary travelling yang padat berisi aku semalaman mikir. Duhhh... start jam 10 trus langsung ke cafe..kelamaan banget. Mikirr.... dan teringatlah aku pada catatanku tentang lokasi wisata Kampung Arab Al Munawar ini. Aku coba chat Yossie dan menceritakan usulku ini. Dia oke ! Oke dehh... lets go! Akhirnya Sabtu jam 11.30 (hehehe...molorrrr...) memakai jasa gocar kamipun menuju lokasi.

Jika masih dijaman dahulu kala untuk ke lokasi ini pastilah jauh sekali karena letaknya di daerah seberang ulu. Harus muter dari ujung ke ujung. Namun sekarang sejak adanya jembatan Musi 4 lokasi ini jadi dekat sekali hanya memerlukan masa tempuh sekitar 20 menitan. pakai gocar konon kabarnya susah cari parkir, tapi faktanya tidak! Di lokasi terdapat area parkir yang cukup luas. Ada sekitar 6 - 8 mobil yang terparkir di lokasi. Sudahlah ... yang penting sudah sampai ke lokasi .

Matahari sangat terik menyapa ketika kami tiba di lokasi. Entah karena takjub dengan situasi atau karena euphoria foto-fotonya sehingga sinar matahari yang menyala tak aku rasakan yang terasa hanyalah kok sangaaattt haussss sekali dan baju basah. Hmmmm....

Nyender ahhh...
Spot ini yang pertama kali menjadi sasaran camera kami

Lokasi wisata bernama Kampung Arab Al Munawar ini berada di pesisir Sungai Musi, di kawasan 13 Ulu, Palembang. Lokasi ini sesungguhnya hanyalah sebuah perkampungan biasa saja yang dihuni oleh warga keturunan asli imigran Yaman. Bahkan hingga kini, para warga Kampung Al-Munawar Palembang mampu menjaga silsilah keturunan hingga sembilan generasi. Ketua RT 24 di Kampung Arab Al-Munawar Palembang, Muhammad menyebutkan, ada 75 Kepala Keluarga (KK) yang masih mendiami Kampung Arab dan merupakan warga asli keturunan Yaman.

“Sudah sembilan generasi yang tinggal disini, kami selalu menjaga silsilah generasi agar tidak putus. Khusus di sini, memang dihuni oleh suku Al-Munawar,” katanya.

Selain jenis suku, nama Al-Munawar sendiri merupakan salah satu imigran yang paling cukup dikenal oleh penduduk lokal Palembang. Muhammad Al-Munawar dikenal sebagai salah satu imigran Yaman yang berusia lebih dari 100 Tahun. Sosok ini juga merupakan keturunan ke-6 dari suku Al-Munawar yang mendiami perkampungan ini.

Kampung Arab ditunjuk Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel sebagai salah satu destinasi wisata Heritage dan Religi di Palembang. Beberapa hal yang menonjol dari perkampungan ini adalah masih terjaga dengan baik bangunan rumah yang berusia hingga 300 Tahun. Kendati masih kental dengan tradisi Yaman, namun para penduduknya juga menyerap beragam budaya lokal, seperti bangunan panggung bergaya rumah tradisional Limas berbahan kayu, dengan ukiran Palembang yang khas. Keunikan khas bangunan inilah yang menjadikan para wisatawan menjadikan lokasi wisata ini sebagai destinasi wisata.

Bangunan rumah yang sudah lebih dari dua abad bertahan, kokoh dan tak termakan zaman. Bangunan tersebut juga masih mengandalkan arsitekturnya yang khas. Setiap rumah memiliki desain dengan setuhan ornamen Timur Tengah atau Eropa tak luput desain khas rumah Palembang yang berbentuk Limas. Jendela dan pintunya berukuran besar. Sebagian besar terbuat dari kayu yang masih kuat. Ada berbagai spot favorit yang sangat instagramable.


Jendela besarnya yang jadi spot favorite.. harus antri untuk foto di sini
Klu aku bilang ini "jendela Ratapan"
Rumah lama banget ya...
Sayangnya anglenya kurang pas, ini rumah instagramable (alias rumah ratapan)

Saat aku berbincang-bincang dengan kaum wanita yang duduk-duduk di depan rumah menjaga warung kecil yang menjajakan makanan dan snack, mereka menawari aku untuk datang ke majelis taklim yang diadakan setiap hari Jum'at. Dzikir bersama. Mereka sangat ramah dan antusias bercerita tentang aktifitas di kampung sini. Ada kegiatan religi Islam yang dilakukan secara rutin seperti : pengajian, majelis taklim, dzikir bersama. Mereka juga menginformasikan bahwa madrasah akan libur setiap hari Jum'at.

Tadinya ngariung rame.. namun saat aku meneluarkan camera, ibu-ibu pada bubar dan tak mau difoto. Hmmm..
Tradisi unik lainnya yang masih dipertahankan para penduduk Kampung Arab Al-Munawar Palembang yaitu acara pernikahan. Para calon pengantin hanya bisa menikah bersamaan dengan perhelatan Haul pendiri kampung, Abdul Rahman bin Muhammad Al Munawar, yang juga peringatan Isra Miraj.
Dalam setahun sekali, ada tujuh hingga sepuluh pasang pengantin yang akan dinikahkan bergantian di hari yang sama. Para calon pengantin harus dari jauh hari melaporkan ke ketua RT tentang rencana penikahan terlebih dahulu. Untuk memeriahkannya, warga Kampung Al-Munawar akan menggelar berbagai kesenian khas daerah, seperti gambus, marawis, tarian tradisional dan lainnya.

"Setelah dinikahkan di masjid, mereka akan diberi jadwal untuk menggelar resepsi. Biasanya bergantian setiap minggunya di rumah pengantin masing-masing di sini," ucapnya.

Kendati pernikahan itu acara adat mereka, warga Kampung Arab membuka diri ke masyarakat lokal. Saat akad nikah, haul, perhelatan kesenian Arab, warga dari luar Kampung Arab boleh ikut serta dalam acara mereka. Hubungan baik antara etnis Arab dan warga lokal ternyata sudah terjalin sejak ratusan tahun lalu. Saat imigran Yaman datang ke Palembang dalam rangka berdagang, Kesultanan Palembang Darussalam menyambut dengan baik.

Masuk lebih ke dalam lagi di sudut jalan kita akan mendapati sebuah dermaga yang disisi kirinya terdapat sebuah "surau" terapung. View disini juga instagramable. Namun ada sedikit catatan kecil yang menjadi penting bagiku, karena agak membuat aku miris. Saat kami masih istirahat melepaskan dahaga seraya menunggu gocar pesanan kami datang kumandang azdan dzuhur terdengar, kala itu aku tengah membeli sebotol minuman mineral, aku melihat beberapa laki-laki dewasa yang tetap asyik main catur tanpa hirau suara adzan (kok gak bergegas ke masjid atau surau??? itu yang aku risaukan). Bahkan ketika kumandang adzan usai aku lihat beberapa laki-laki itu tetap saja bermain catur. Wallahu'alam! 
Menuju Dermaga penyebrangan


Tiang-tiang cantik

Suka aja sama tiang-tiangnya

Lorong-lorong dekat "surau terapung"
Akhirnya setelah gocar pesanan kami datang kami meninggalkan lokasi. Oh iya... masuk ke lokasi ini ada biaya tiket masuk sebesar Rp. 5000,- per orang. Mengunjungi sutu tempat selalu ada sesuatu kesan dan pelajaran yang akan aku catat dalam ingatanku.

No comments: