Wednesday 18 September 2019

BERBURU OLEH-OLEH, BUTIK KAIN CUAL, MAKAN SIANG

Karena sudah muaai bosan dengan aroma dan suasana pantai yang rata-rata hampir sama maka kami memutuskan mengakhiri saja explore pantainya. Selanjutnya perjalanan diarahkan untuk mencari tempat makan siang yang lezat. Kami tak punya info sedikitpun dimana tempat makan siang yang enak, tanya pak driver dia "godek" alias geleng-geleng kepala. Ya sudahlah kita tanya-tanya ke orang aja. Sekalian lewat Iyun ingin mampir ke sebuah butik kain "Cual" yaitu Butik Ishadi. Butik ini berlokasi di Jalan Adiyaksa No 3 Kacang Pedang Pangkalpinang. Galeri ini menjadi destinasi wisata belanja unggulan di Babel. 

Kain Cual adalah kain tenun tradisional yang berasal dari pulau di Semenajung Selatan Sumatera, Pulau Bangka Belitung. Kain Cual dibuat seperti kerajinan songket, namun yang motifnya adalah tenun ikat. Motif tenun Cual antara lain susunan motif corak penuh (Penganten Bekecak), dan motif ruang kosong (Jande Bekecak). Cual Bangka dahulu dikenal dengan nama kain Limar Muntok, Hal ini dikarenakan kain ini banyak ditenun di daerah Muntok, Bangka Barat. Awal mula perkembangan kain ini ada di Kota Muntok pada sekitar abad ke-17. Kain Cual pertama kali diperkenalkan oleh kakek buyut pendiri toko Kain Cual pertama yang berada di Pangkal Pinang, Ishadi. Seiring berjalannya waktu, Kain Cual mulai dikenal masyarakat sebagai kain khas Provinsi Bangka Belitung. Kain Cual kini menjadi kebanggaan masyarakat Bangka dan telah menjadi seragam resmi di beberapa Sekolah Dasar dan kantor-kantor pemerintahan di daerah yang terkenal sebagai penghasil timah ini. 

Dulunya, Kain Cual digunakan pada hari-hari besar Islam dan upacara adat, serta untuk pakaian pengantin, pembungkus bayi saat aqiqah, penutup hantaran, penutup mayat, hingga sebagai mahar pernikahan yang menggambarkan status sosial tertentu (pangkat dan kedudukan) dari seseorang. Namun kini, Kain Cual dapat dikenakan kapan pun, karena Kain Cual telah dikreasikan dengan mode fashion populer saat ini. Selain motif Penganten Bekecak dan Jande Bekecak, Kain Cual juga memiliki beberapa motif lain, seperti motif kembang gajah, bunga cina, naga bertarung, dan burung hong. Corak Cual merupakan perpaduan corak klasik yang diwariskan secara turun-temurun dan corak baru yang menggambarkan keterbukaan masyarakat dan interaksi dengan alam sekitarnya. Didominasi warna merah serendit/merah buah rukam, selain warna ungu, hijau, kuning, biru, ragam corak Cual juga terinspirasi dari flora, fauna, benda-benda angkasa, dan bentuk simetris lainnya. Beberapa motif Kain Cual ada yang dibuat dengan menggunakan benang sutra dan bahkan ada yang dibuat dengan benang emas 18 karat. 

Masuk ke dalam butik kami disambut pemilik batik seorang ibu separuh baya yang cantik dan ramah. Aku hanya masuk dan meilhat-lihat sebentar, karena tidak ada rencana untuk beli produk seperti ini, harganya lumayan mahal maka aku lebih memilih keluar dan menunggu di mobil saja. Kalau tetap bertahan di dalam aku takut khilaf akhirnya membeli juga, karena produknya memang cantik-cantik. Padahal bajuku sudah tak muat lagi di lemari. 

Tak begitu lama akhirnya Iyun keluar juga dengan tentengan hasil buruannya. Nah berbekal info dari ibu si pemilik butik (si ibu sendiri yang keluar dan nyamperin pak sopir buat ngejelasin lokasi makan siang yang maknyuss). Dan kamipun melajulah..! Sampailah ke tempat yang dijelaskan ibu tadi. 

Sebuah warung di pinggir jalan tak begitu besar, dan suasananya tidak ramai, malah tak ada sama sekali pengunjung. Kami bertanya-tanya kok sepi??? Rupanya jam makan siang memang sudah lewat, ini terbukti saat kami menanyakan menu yang tertera semua sudah habis. Akhirnya kami diajak ke dalam oleh ibu pemilik warung untuk memilih sendiri menu yang tersisa. Benar saja ada 2 baskom besar tempat ikan yang sudah matang. Satu baskom berisi kepala ikan yang besar-besar, ikan kakap merah. Satu lagi berisi ikan yang kecil kalau di Palembang kami bilang itu sih ikan selar. Aku dan Kotada memilih kepala Kakap, sedangkan Iyun memilih ikan selar, pak Sopir jua pilih ikan Kakap. Cara makan disini adalah self service. Kami mengambil sendiri nasi, sayur dan sambal, hanya gulai ikan lempah kuning saja yang disajikan. 

Gulai Lempah kuning kepala Kakap
Karena sudah mencicipi gulai lempah kuning yang enak sedunia yaitu di warung pak Memet di hari pertama maka cita-rasa makanan di warung ini biasa-biasa saja, tetapi lebih enak dibanding saat kami makan di kota Belinyu kemarin. Entahlah apakah karena ikannya kurang segar atau memang aku yang alergi, mulut dan bibirku gatal. Rupanya bukan cuma aku saja, semua juga merasakan seperti itu. Tapi yo wis lah.. yang penting perut sudah kenyang. 

Keluar dari warung makan ini kami mencari mesjid buat sholat. Usai sholat kami melanjutkan perjalanan, sekarang Iyun yang jadi pemandu wisatanya. Dia mengajak kami ke sebuah toko oleh-oleh yang cukup mashur di Bangka. Yaitu : Toko LCK.  LCK merupakan salah satu toko yang menjual oleh-oleh khas Bangka yang cukup lengkap di kota Pangkalpinang. Keberadaannya sudah banyak diketahui karena di kota Pangkalpinang sendiri masih jarang terdapat toko yang menjual oleh-oleh khas Bangka. Beberapa oleh-oleh yang dijual di toko ini merupakan barang yang diproduksi sendiri dan tidak ditemukan di tempat lain. 

Aku membeli oleh-oleh secukupnya saja, karena yang mau dikasih hanyalah Atik dan rekan-rekan kantor. Enaknya toko ini akan mem-packing belanjaan kita dalam sebuah kotak dengan sangat rapih. Pelayannya sangat ramah dan cekatan sekali. Berhubung antrian packing sangat banyak, sembari duduk-duduk menanti kami melihat didepan toko ada jualan makanan kecil berupa pempek, otak-otak dan berbagai macam minuman. Makaaa.... kamipun memesannya... (ampuuunnn jelas-jelas gagal diet daku...). Meskipun perut masih full karena baru sejaman makan siang, jajanan yang dihabiskan lumayan banyak. Huft.... saat kotak sudah kelar dipacking, badan sudah susah berdiri karena kekenyangan. Baiklah.... pelan-pelan ya berdirinya....!

No comments: