Selasa. 20 Agustus 2019
ARRIVING
Pagi- pagi jam 8 seusai sarapan di Green Tropical hotel kami langsung check out dan menuju bandara. Pagi ini kami akan berpindah tempat ke pulau Bangka. Schedule pesawat kami Nam Air penerbangan jam 9.25. Meskipun kata Idham nanti aja wong bandaranya deket kok 15 menitan dan bukankah kami sudah check in online, tapi kami tak mau ambil spekulasi terburu-buru mengurus segala sesuatunya di bandara, bukankah barang bawaan kami segitu banyaknya???
Sampai di bandara aktivitas di bandara HAS Hanandjoeddin sangat rustic, ramai dan sibuukkk. Sepertinya banyak penumpang yang datang dan meninggalkan Belitung. meski bandara HAS Hanandjoeddin sangat kecil namun aktifitasnya cukup padat. Pesona wisatanya yang memang indah dan menarik menyebabkan banyak pendatang yang keluar masuk bandara ini , selain itu penduduk pendatang yang menetap dan bekerja di Belitung pulang pergi. Alhamdulillah semua lancar, mulai dari proses confirm check in dan bagasi. Tidak menunggu begitu lama pesawat kami on schedule dan langsung take off. Jarak Belitung - Pangkal Pinang hanya ditempuh dalam perjalanan selama 25 menit saja, tapi anehnya olengan pesawat dalam rute ini sejak awal datang kerasa banget, mungkin karena letaknya atau apalah.
Jam 10-an kami sudah mendarat di bandara Depati Amir Palangka Raya Bangka. Setelah pengambilan bagasi kami langsung keluar. Agak kebingungan mau lewat jalur mana dan pintu mana, tak bertemu sign penunjuk arah. Sama seperti bandara HAS Hanandjoeddin bandara Depati Amir pun sangat sibuk dan ramai. Welly mantan rekan sekantor kakakku Yuyun yang bersedia mengantar kami selama di pulau Bangka ini tak terlihat. Dari pembicaraan per telpon beliau bilang, di bandara ini penjemput tak bisa masuk ke arriving area, jadi hanya menunggu di area parkir yang berada di lantai bawah.
Tinggal kami yang bingung bagaimana harus menuju lantai bawah sedangkan barang bawaaan kami banyak 2 trolly aja penuh (hmmm...) Tadinya aku mikir untuk menuju lantai bawah itu harus lewat tangga, kebayangkan harus bongkar muat barang sebanyak itu yang jadi ujung tombak adalah aku dan Kotada. Hufh... usut punya usut dan setelah tanya sana sini, rupanya lantai bawah itu ada jalur jalan khusus yang dibuat untuk trolly, alhamdulillah. Hebat juga desain bandara Depati Amir hampir mirip dengan Bandara Soekarno Hatta Ultimate 3. Memang direncanakan akan menjadi bandara International, disana sini juga terliat pembangunan untuk perluasan area dan penambahan gedung.
Singkat cerita akhirnya kami sampailah ke area parkir, setelah memuat seluruh barang bawaan kamipun melaju. Pertama-tama kami harus ke hotel dulu karena barang bawaan yang seabrek ini harus dibongkar muat, kasian mobilnya kalau langsung dibawa untuk berwisata ria. Aduhhhh... Selama di Bangka kami akan menginap di Bangka City hotel. Untung meski baru jam 10-an kami sudah boleh check-in dan masukin barang ke kamar, meskipun kamarnya belum siap alias belum dirapikan. Kami memesan 2 kamar yang punya pintu connecting.
Bangka City Hotel adalah hotel yang relatif agak murah (rate per malam = Rp. 400 ribu-an), fasilitasnya cukup lumayan, pelayanannya ramah (kecuali petugas ruang makan yang hampir sebagian berasa agak jutek dan tak ada senyum sama sekali dan tidak helpfull. Mungkin mereka lelah). Tamu di hotel ini sangat ramai sekali, karena hotel ini sering dijadikan tempat event-event oleh instansi tertentu. Saat kami disini tercatat ada kegiatan Kepolisian Bangka, sekolah keperawatan, atlit sepak bola, seminar guru. Tamu yang selalu ramai ini pulahlah yang menyebabkan para pelayan meja makan agak kurang ramah (lelah kali?). Atau jika kita breakfast agak kesiangan menu yang tersisa seadanya. Entahlah... Terlepas dari itu untuk seorang traveller hotel ini cukup recomended kok. Bukankah kita hanya memanfaatkannya cuma untuk mandi dan tidur.
ARRIVING
Pagi- pagi jam 8 seusai sarapan di Green Tropical hotel kami langsung check out dan menuju bandara. Pagi ini kami akan berpindah tempat ke pulau Bangka. Schedule pesawat kami Nam Air penerbangan jam 9.25. Meskipun kata Idham nanti aja wong bandaranya deket kok 15 menitan dan bukankah kami sudah check in online, tapi kami tak mau ambil spekulasi terburu-buru mengurus segala sesuatunya di bandara, bukankah barang bawaan kami segitu banyaknya???
Sampai di bandara aktivitas di bandara HAS Hanandjoeddin sangat rustic, ramai dan sibuukkk. Sepertinya banyak penumpang yang datang dan meninggalkan Belitung. meski bandara HAS Hanandjoeddin sangat kecil namun aktifitasnya cukup padat. Pesona wisatanya yang memang indah dan menarik menyebabkan banyak pendatang yang keluar masuk bandara ini , selain itu penduduk pendatang yang menetap dan bekerja di Belitung pulang pergi. Alhamdulillah semua lancar, mulai dari proses confirm check in dan bagasi. Tidak menunggu begitu lama pesawat kami on schedule dan langsung take off. Jarak Belitung - Pangkal Pinang hanya ditempuh dalam perjalanan selama 25 menit saja, tapi anehnya olengan pesawat dalam rute ini sejak awal datang kerasa banget, mungkin karena letaknya atau apalah.
Jam 10-an kami sudah mendarat di bandara Depati Amir Palangka Raya Bangka. Setelah pengambilan bagasi kami langsung keluar. Agak kebingungan mau lewat jalur mana dan pintu mana, tak bertemu sign penunjuk arah. Sama seperti bandara HAS Hanandjoeddin bandara Depati Amir pun sangat sibuk dan ramai. Welly mantan rekan sekantor kakakku Yuyun yang bersedia mengantar kami selama di pulau Bangka ini tak terlihat. Dari pembicaraan per telpon beliau bilang, di bandara ini penjemput tak bisa masuk ke arriving area, jadi hanya menunggu di area parkir yang berada di lantai bawah.
Tinggal kami yang bingung bagaimana harus menuju lantai bawah sedangkan barang bawaaan kami banyak 2 trolly aja penuh (hmmm...) Tadinya aku mikir untuk menuju lantai bawah itu harus lewat tangga, kebayangkan harus bongkar muat barang sebanyak itu yang jadi ujung tombak adalah aku dan Kotada. Hufh... usut punya usut dan setelah tanya sana sini, rupanya lantai bawah itu ada jalur jalan khusus yang dibuat untuk trolly, alhamdulillah. Hebat juga desain bandara Depati Amir hampir mirip dengan Bandara Soekarno Hatta Ultimate 3. Memang direncanakan akan menjadi bandara International, disana sini juga terliat pembangunan untuk perluasan area dan penambahan gedung.
Singkat cerita akhirnya kami sampailah ke area parkir, setelah memuat seluruh barang bawaan kamipun melaju. Pertama-tama kami harus ke hotel dulu karena barang bawaan yang seabrek ini harus dibongkar muat, kasian mobilnya kalau langsung dibawa untuk berwisata ria. Aduhhhh... Selama di Bangka kami akan menginap di Bangka City hotel. Untung meski baru jam 10-an kami sudah boleh check-in dan masukin barang ke kamar, meskipun kamarnya belum siap alias belum dirapikan. Kami memesan 2 kamar yang punya pintu connecting.
Bangka City Hotel adalah hotel yang relatif agak murah (rate per malam = Rp. 400 ribu-an), fasilitasnya cukup lumayan, pelayanannya ramah (kecuali petugas ruang makan yang hampir sebagian berasa agak jutek dan tak ada senyum sama sekali dan tidak helpfull. Mungkin mereka lelah). Tamu di hotel ini sangat ramai sekali, karena hotel ini sering dijadikan tempat event-event oleh instansi tertentu. Saat kami disini tercatat ada kegiatan Kepolisian Bangka, sekolah keperawatan, atlit sepak bola, seminar guru. Tamu yang selalu ramai ini pulahlah yang menyebabkan para pelayan meja makan agak kurang ramah (lelah kali?). Atau jika kita breakfast agak kesiangan menu yang tersisa seadanya. Entahlah... Terlepas dari itu untuk seorang traveller hotel ini cukup recomended kok. Bukankah kita hanya memanfaatkannya cuma untuk mandi dan tidur.
Bangka City Hotel |
RUMAH MAKAN PAK MEMET
Selesai check-in dan drop barang bawaan kami langsung menuju destinasi wisata, namun berhubung sudah tengah hari dan perut sudah kriuk-kriuk kami harus mencari kedai makanan untuk santap siang. Muter sana sini dan jauhhh... beberbekal info dari temannya Welly berusaha mencari kedai makan yang direkomendasikan temannya itu. Entahlah masuk hutan kecil, semak-semak akhirnya hampir 1 jam setengah kami sampai juga ditempat yang dicari-cari. Tak seperti bayangan kami tempat makan ini bukanlah sebuah kedai atau resto melainkan sebuah rumah penduduk biasa. Tanpa kursi-kursi makan yang berjejer. Didepan rumah hanya terpasang spanduk bertuliskan rumah makan Pak Memet (meski namanya berbau Sunda tetapi orang Bangka asli loh..).
Kami masuk ke rumah yang disambut ramah oleh seorang ibu berusia masih cukup muda sekitar 30-an. Kami bilang mau makan siang, agak rada ciut juga sih saat beliau lauknya sudah habis. Ditanya ini habis, ditanya itu habis. Ikannyapun masih sisa dikit kata beliau. Tuinggg...aku langsung lemes sudah jauh muter muter dalam keadaan sangat lapar apakah akan gagal?? Akhirnya kami bilang "jadi yang ada apa saja???. Apa yang ada saja deh yang penting kami mau makan siang..." ujar kami.
Si ibu mengajak kami masuk kedalam rumahnya yang sangaaatt besar namun sederhana, kami langsung menuju bagian belakang rumah dimana terdapat sebuah lemari pendingin tempat menyimpan ikan (meskipun dalam lemari pendingin ikan yang ada masih segar). Yuyunlah yang memilih ikan mana yang kami mau dan yang paling penting aku minta ikannya diolah menjadi Gangan. Yang tersisa hanyalah kepala ikan Mayong yang sudah dibelah 2, 1 potong ikan Tenggiri dalam ukuran kecil,1 buah ikan Kakap merah ukuran kecil dan ikan Pari yang siripnya tipis dan lebar. Atas request kami ikan Mayong dan ikan Pari diolah menjadi Lempah kuning, lantas ikan tenggiri dan kakap merah dibakar.
Untuk sayur yang tersisa hanyalah daun singkong. Yahhh...segitu aja adanya... apaboleh buat. Kami kembali ke teras yang terdapat banglai beralaskan tikar buat lesehan. Disitu terdapat meja kecil, setoples kerupuk kanji khas bangka, kerupuknya berukuran kecil-kecil dan beberapa air dalam cup. Sudah jadi tradisi di Bangka dan Belitung makanan baru diolah saat pembeli datang, jadi kami harus menunggu cukup lama sekitar lebih dari 30 - 45 menitan. Si ibu hanya seorang diri mengolah masakannya, sedangkan yang bantu-bantu menghantarkan piring, kobokan cuci tangan, minuman adalah 2 orang anaknya yang masih sangat kecil yang pertama kelas 2 SD (perempuan) dan kedua TK (cowok). Untuk mengganjal rasa lapar kami mengudap kerupuk dalam toples. Rasa lapar membuat aku menghabiskan cukup banyak kerupuk 5 biji... haaaaa berapa kalori tuh! Ah...bodoh amat...!
Akhirnya setelah menunggu lama makananpun tersaji. Aku menjatuhkah pilihan pada ikan Mayong, karena teksturnya yang lunak dan tidak bersisik sehingga mirip ikan Tapa. Meski kedai makan ini sangat sederhana namun cita rasa masakannya mantab maknyus. Sambal terasi dan kecapnya pedasssss luar biasa. Untuk menawar rasa amis dan pedas minumnya adalah air jeruk kunci panas. Aduhhhh...bibir sambil duwer gitu kepedesan... Tapi dari seluruh kuliner yang aku kunjungi selama di Belitung dan Bangka cita rasa masakan rumah makan Memet ini is "The Best", terutama gulai "Lempah Kuningnya".
Saat bayar aku surprise banget karena harga yang harus dibayar hanyalah harga ikan saja, minuman, kerupuk, dan sayur gratis. Untuk hidangan sebanyak dan senikmat ini aku hanya merogoh kocek sebesar Rp.300 ribu. Murahhhhhh banget! Rekomended deh rumah makan ini, tapi sayangnya kalau disuruh cari sendiri lokasinya sangsi buat ketemu lagi. Lokasinya terpencil dan berliku-liku....!
Menyelesaikan santap siang kami mulai bergerak lagi, yang paling penting adalah mencari masjid buat sholat karena dari tadi adzan Dzuhur sudah berkumandang. Kami mampir di sebuah masjid kampung yang fasilitasnya sangat mengenaskan. Mulai dari kamar kecil, tempat wudhu, bahkan tempat sholatnya. Kumuh, kurang terawat dan sudah tak begitu baik lagi. Sedihhh...
Kami masuk ke rumah yang disambut ramah oleh seorang ibu berusia masih cukup muda sekitar 30-an. Kami bilang mau makan siang, agak rada ciut juga sih saat beliau lauknya sudah habis. Ditanya ini habis, ditanya itu habis. Ikannyapun masih sisa dikit kata beliau. Tuinggg...aku langsung lemes sudah jauh muter muter dalam keadaan sangat lapar apakah akan gagal?? Akhirnya kami bilang "jadi yang ada apa saja???. Apa yang ada saja deh yang penting kami mau makan siang..." ujar kami.
Si ibu mengajak kami masuk kedalam rumahnya yang sangaaatt besar namun sederhana, kami langsung menuju bagian belakang rumah dimana terdapat sebuah lemari pendingin tempat menyimpan ikan (meskipun dalam lemari pendingin ikan yang ada masih segar). Yuyunlah yang memilih ikan mana yang kami mau dan yang paling penting aku minta ikannya diolah menjadi Gangan. Yang tersisa hanyalah kepala ikan Mayong yang sudah dibelah 2, 1 potong ikan Tenggiri dalam ukuran kecil,1 buah ikan Kakap merah ukuran kecil dan ikan Pari yang siripnya tipis dan lebar. Atas request kami ikan Mayong dan ikan Pari diolah menjadi Lempah kuning, lantas ikan tenggiri dan kakap merah dibakar.
Untuk sayur yang tersisa hanyalah daun singkong. Yahhh...segitu aja adanya... apaboleh buat. Kami kembali ke teras yang terdapat banglai beralaskan tikar buat lesehan. Disitu terdapat meja kecil, setoples kerupuk kanji khas bangka, kerupuknya berukuran kecil-kecil dan beberapa air dalam cup. Sudah jadi tradisi di Bangka dan Belitung makanan baru diolah saat pembeli datang, jadi kami harus menunggu cukup lama sekitar lebih dari 30 - 45 menitan. Si ibu hanya seorang diri mengolah masakannya, sedangkan yang bantu-bantu menghantarkan piring, kobokan cuci tangan, minuman adalah 2 orang anaknya yang masih sangat kecil yang pertama kelas 2 SD (perempuan) dan kedua TK (cowok). Untuk mengganjal rasa lapar kami mengudap kerupuk dalam toples. Rasa lapar membuat aku menghabiskan cukup banyak kerupuk 5 biji... haaaaa berapa kalori tuh! Ah...bodoh amat...!
Akhirnya setelah menunggu lama makananpun tersaji. Aku menjatuhkah pilihan pada ikan Mayong, karena teksturnya yang lunak dan tidak bersisik sehingga mirip ikan Tapa. Meski kedai makan ini sangat sederhana namun cita rasa masakannya mantab maknyus. Sambal terasi dan kecapnya pedasssss luar biasa. Untuk menawar rasa amis dan pedas minumnya adalah air jeruk kunci panas. Aduhhhh...bibir sambil duwer gitu kepedesan... Tapi dari seluruh kuliner yang aku kunjungi selama di Belitung dan Bangka cita rasa masakan rumah makan Memet ini is "The Best", terutama gulai "Lempah Kuningnya".
Saat bayar aku surprise banget karena harga yang harus dibayar hanyalah harga ikan saja, minuman, kerupuk, dan sayur gratis. Untuk hidangan sebanyak dan senikmat ini aku hanya merogoh kocek sebesar Rp.300 ribu. Murahhhhhh banget! Rekomended deh rumah makan ini, tapi sayangnya kalau disuruh cari sendiri lokasinya sangsi buat ketemu lagi. Lokasinya terpencil dan berliku-liku....!
Menyelesaikan santap siang kami mulai bergerak lagi, yang paling penting adalah mencari masjid buat sholat karena dari tadi adzan Dzuhur sudah berkumandang. Kami mampir di sebuah masjid kampung yang fasilitasnya sangat mengenaskan. Mulai dari kamar kecil, tempat wudhu, bahkan tempat sholatnya. Kumuh, kurang terawat dan sudah tak begitu baik lagi. Sedihhh...
No comments:
Post a Comment