Usai makan siang yang tak begitu puas, kami melanjutkan lagi perjalanan, sesuai arahan Welly, yaitu pantai Batu Dinding. Pantai Batu Dinding adalah sebuah pantai berbatu yang terletak di daerah Belinyu Kabupaten Bangka Pulau bangka Provinsi Bangka Belitung. Pantai Batu Dinding terkenal dengan pemandangan pantai dan bebatuan granit yang ukurannya sangat besar mirip sebuah dinding dan tepat berada dipinggir pantai dikaki sebuah bukit
Itulah sebebanya mengapa pantai ini dinamakan Pantai Batu Dinding, ya memang karena Batu granit besar yang berdiri tegak di atas batu lainnya mirip dengan sebuah diding batu yang kokoh. Batu yang berdiri kokoh ini memang sangat besar diperkirakan ukuranya sekitar 23 X 17 meter dengan ketebalan sekitar 6 meter.
Perjalanannya lumayan jauh dengan jalan berliku dan melewati perkampungan penduduk. Sepertinya Welly belum tahu lokasi persisnya, sehingga keluar masuk gang kampung. Untung penduduk di daerah ini ramah dan helpfull. Melalui informasi segerombolan anak kecil yang sedang main sepeda berpanas-panasan akhirnya sampailah kami on the spot. Sebelum sampai tadi makin dekat lokasi kami menemui jalan menanjak yang lumayan curam.
Kami masuk dalam sebuah perkarangan rumah yang sangat luas. Aku bertanya-tanya katanya pantai, tapi kok masuknya ke perkarangan rumah orang (villa kali ya). Begitu mobil diparkir kami segera keluar. Dihalaman tersebut terdapat cukup banyak mobil parkir dan orang. Masih rada-rada bingung, tiba-tiba seorang laki-laki berbadan kekar dengan wajah agak seram mendekati kami. Beliau menyuruh kami menemui pemilik villa untuk minta izin berkunjung ke sini? Tambah binggunglah aku "memangnya pantai ini milik pribadi?". Namun agak janggalnya kenapa cuma kami yang disuruh minta izin? Bukankah tadi berbarengan datang dan parkir masih ada rombongan lain, kok gak disuruh??? Tapi yah..sudahlah kami manut aja..toh cuma minta izin dan basa basi doang pikirku.
Laki-laki gagah tersebut mengantar kami masuk ke sebuah rumah yang tak jauh dari area parkir. Tak harus masuk ke dalam rumah seorang bapak yang sudah sangat tua, menunggu di teras menyambut kami. Beliau mempersilahkan kami duduk di kursi tamu yang ada di teras. Tadinya kami kira cuma izin sebentar trus bisa langsung tancap gas, ternyata tidak. Seorang bapak tua yang hidup sendirian. Dia banyak bercerita dan memamerkan anak-anaknya yang berjumlah 6 orang (kalau tidak salah) yang sudah berhasil dan hebat. Namun anak-anak dan cucunya sudah bertebaran jauh di mana-mana. Karena sudah sukses mereka menjadi jarang menjenguk sang bapak.
Hmmm... seorang bapak yang kesepian di masa tuanya (aku jadi inget papa). Beliau dengan antusias memamerkan foto keluarga besarnya yang diambil di posisi Batu Dinding. bagus sekali teknik ambil fotonya. Disana terlihat keluarga besar dengan anak dan cucu berseragam biru muda, keluarga bahagia sepertinya. Melihat kami sangat sopan mendengarkan cerita beliau, si bapak jadi sangat senang dan antusias banget bercerita panjang (mirip sekali papa alm, karena terbiasa hidup sendiri di rumah dulu papa pasti tak bisa berhenti cerita jika salah satu dari kami datang, terkadang ceritanya itu diulang-ulang). Malah beliau menawarkan untuk membuatkan minuman buat kami. Kami mikir kalau diladeni si bapak pasti tahan berjam-jam bercerita. Akhirnya kami menolak tawaran minumannya secara halus dengan pamit ingin ke lokasi pantai.
Bapak ini sangat perhatian sekali, begitu kami bergerak beliau memanggil dan memberi kami semacam tongkat untuk bantuan saat menuruni tebing menuju lokasi. Beliaupun menunjukkan arah mana yang harus kami lalui supaya mudah. Kami menghormati petunjuk beliau dan mengambil tongkatnya. Karena medannya sangat sulit akhirnya hanya aku dan Kotada saja yang turun ke Batu Dinding.
Dan benar saja untuk mencapai lokasi tongkat yang diberikan si bapak sangat membantu, sebagai sanggahan saat naik maupun turun. Begitu sampai di dasar pantai tampaklah sebuah batu granit yang sangat besar menyerupai dinding dan disisi kirinya terdapat pula batu besar seperti lempengan diatas batu besar. Kalau tadi kulihat di foto keluarga sang bapak seluruh keluarganya duduk di batu lempengan ini. Bentuk batunya bisa di kategorikan seperti batu belimbing karena memiliki guratan-guratan sisi seperti buah belimbing. Jarak antara batu dinding besar dengan batu lempengan itu kecil sekali hanya muat badanku.
Sayangnya untuk naik ke batu lempengan yang rebah itu aku gak bisa karena curam dan tak ada celah buat kakiku menapak. Kotada sendiri bisa naik ke batu itu. Akhirnya tak bisa dapet foto di best view nya. Hiks... Cuaca panas tengah hari membakar mukaku. Ditambah pula bau busuk seperti bau buntang sangat menyengat ketika diterpa angin. Waduh aku tak betah lama-lama disini. Kami segera berusaha naik, jalan naiknya lebih sulit daripada tadi saat turun. Untunglah ada tongkat pemberian si bapak. Begitu sampai diatas Iyun dan ibu Angga segera mengajak pulang ke mobil secara tergesa-gesa. Welly juga demikian. Kata mereka ada suasana mistis apa gitu. Aku yang polos jadi bertanya-tanya sambil berlarian ke mobil. Semua ketakutan. Ada apa sih. Saat sudah di dalam mobil si bapak masih mengejar kami sampai ke parkiran padahal jalan saja dia tertatih-tatih. Duh.. aku kasihan... Tapi karena mereka yang tadi tidak turun bercerita ada sesuatu mistis ko aku jadi rada parno ya??? Malah aku disuruh hapus foto-foto bersama bapak tadi. Hatiku masih bertanya-tanya. Ya sudahlah mari kita pergi saja. Sedihnya pas mau update blog ini foto-foto yang agak lumayan di hp Sony ku itu ter-delete semua. Hiksss... ini sih memang ter-delete ...Ini yng diupload adalah foto-foto dari Camera Olympus
View dari halaman Villa |
Kurang optima ambil fotonya |
Lorong sempit ini |
Tongkat saktiku |
Dalam perjalanan pulang Welly sengaja melewati jalur destinasi wisata yang akan kami kunjungi besok di seputaran Bangka Tengah. Hal ini dia lakukan untuk mengajari Kotada, supaya besok gak kagok lagi, berhubung besok dia tak bisa menemani dan mengantar kami karena ada pekerjaan di kantor yang tak boleh ditinggalkan. Jadi besok dia pinjamkan mobil saja. Kotada yang nyetir.
Menjelang Maghrib kami sudah sampai ke kota Pangkal Pinang, untuk makan malam Welly mengajak kami ke sebuah cafe yang cukup terkenal katanya, bahkan untuk dapat singgah dan mencicipi makanannya harus ambil kartu antrian (haaaaa...seperti di Raminten Jogya ya). Kami mampir sebentar untuk booking tempat dan pergi lagi mencari masjid untuk sholat Maghrib. Usai sholat Magrib kami kembali lagi ke Paw's New Kopitiam. Namun karena perutku masih terlalu kenyang efek makan pempek dan otak-otak yang overload tadi, jadi kebingungan mau pesan menu apa? Inginnya sih yang ringan-ringan saja. Tapi agak kurang paham dengan menu yang tertera di daftar menunya. Aku akhirnya memesan bubur kacang merah, Iyun kopi, Kotada bubur sea food dan es leci, Welly juga menu yang sama.
Bubur kacang merahnya enakkkk sekali tetapi manisssss luar biasa. Aku juga sempat mencicipi es leci yang dipesan Kotada enak juga. Sayangnya semua menu yang dipesan sulit dihabiskan karena sudah terlalu kenyang, padahal enak dan cukup mahal...hehe... Habis dari Paw's New Kopitiam kami segera balik ke hotel, istirahat untuk perjalanan hari terakhir besok.
No comments:
Post a Comment