Wednesday 18 September 2019

BANGKA BOTANICAL GARDEN (BBG)


Keluar dari LCK waktu sudah menunjukkan jam setengah empat lewat, kami menuju sebuah lokasi yang memang aku catat khusus dengan note tak boleh skip. Mengapa? Karena aku pernah melihat foto seseorang dilokasi ini yang mengingatkan aku tentang suasana "Nami Island" di Korea. Kami harus berburu waktu karena kata Iyun BBG tutup jam 5 sore. Cusss cepetan pak sopir...!

Bangka dan Belitung adalah penghasil sekitar 90% timah Indonesia, dan Indonesia merupakan eksportir timah terbesar kedua di dunia. Namun, dampak buruknya terhadap lingkungan sungguh tak terbayangkan. Pertambangan timah sudah merusak 65% hutan di Pulau Bangka dan lebih dari 70% terumbu karang di sekitar Pulau Bangka. Sungai-sungai telah terkontaminasi limbah tambang timah. Air bersih jadi permasalahan utama bagi lebih dari setengah populasi penduduk. Bahkan, puluhan orang tewas yang sebagian besar terkubur atau terjebak di bawah air (di kolam-kolam bekas tambang)” ungkap Pius Ginting, Manajer Kampanye untuk Friends of Earth Indonesia dan Manajer Kampanye Tambang dan Energi Walhi Indonesia. 

Apa jadinya Pulau Bangka jika pertambangan terus berlangsung sementara bekas-bekas tambangnya tak pernah diperhatikan? Untunglah, ada satu kegiatan yang telah dilakukan dan bisa direplikasikan di tempat lain di Bangka, yakni Bangka Botanical Garden (BBG). BBG merupakan kawasan seluas 300 hektar yang memadukan pertanian, peternakan, dan perikanan yang kini menjadi ikon agrowisata di Bangka Belitung.

Awalnya, wilayah ini bekas galian tambang timah terbengkalai yang kemudian direstorasi oleh Johan Riduan Hassan, yang pada 2010 lalu mendapat penghargaan Kalpataru atas usahanya itu. Menurut Johan, ada empat tujuan pengembangan BBG yang kini dianggap sebagai paru-paru Kota Pangkal Pinang: sebagai tempat penelitian lingkungan, sarana edukasi perbaikan lingkungan, wahana rekreasi, serta lahan pendapatan bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Berbagai aktivitas pertanian, peternakan, dan perikanan di kawasan ini nyatanya telah memberikan keuntungan finansial.

Jam 16.16 kami masuk kawasan ini, untuk memasuki kawasan para pengunjung dikenakan restribusi masuk sebesar Rp. 5000,- perorang dan mobil sebesar Rp.10.000,- Benar saja ketika mobil melaju kedalam aku mulai terpesona dengan suana sejuk dan hijau-hijau. Deretan pohon pinus yang berjejer rapih di kiri kanan jalan membuat aku ingin langsung turun dan foto-foto. Tapi pak sopir dan Iyun bilang nanti saja kita ke dalam dulu, karena masih banyak lokasi yang seperti ini di dalam. Baiklah....! Sampai ke dalam dimana terdapat sebuah rumah adat atau apalah, ada tempat semacam makan-makan, perternakan sapi, kedai susu murni kami berhenti. Di sebelah kanannya agak jauh dari tempat ini juga terdapat deretan pohon pinus yang berjajar rapih. Aku sudah tak sabar lagi langsung ingin action. Sebenarnya agak kecewa sih karena pohon pinusnya tak utuh hijau seperti di depan saat tadi baru masuk gerbang. Pohon-pohon sedikit meranggas karena faktor kemarau kali...tapi jadilah yah... cekrek-cekrek! Lumayan banyak!

Selanjutnya karena di area tempat berbagai dagangan tadi sepi bahkan hanya ada 2 pasang kekasih yang masih berseragam SMA foto-foto didepan rumah adat itu, kami melanjutkan explore tempat ini. Aku kembali minta berhenti disebuah lokasi yang jejeran pohonnya lebih hijau dan rapat. Tapii... baru saja foto beberapa kali tiba-tiba ada serombongan orang yang melakukan foto prewedding, tanpa babibu..langsung ngatret aja. Gak sopan banget ya. Kami mencoba mengalah membiarkan mereka dulu mengambil kesempatan. Ternyata malah gak tahu diri hampir 15 menit gak selesai-selesai juga. Akhirnya kami cuek aja foto-foto...rupanya mereka nyadar dan segera pergi.

Hari sudah sore dan tinggal 7 menit lagi jam 5, lokasi mau ditutup pengunjung sudah gak ada..duh jadi gak khusyuk mau buru-buru keluar aja. Hampir di gerbang keluar Iyun minta turun dan ingin foto-foto di dekat telaga. Fotolah sekedarnya saja, karena sudah terburu-buru, langit gelap mau hujan dan posisi matahari menyebabkan foto backlight sehingga hasil foto kurang optimal. Ya sudahlah mari kita keluar.

Aku suka lokasi ini. Keteraturan terlihat jelas saat kita memasuki kawasan BBG. Wilayah ini dikelilingi tumbuhan perdu sebagai pagar hias. BBG juga menggunakan sistem terpadu yang semuanya berkait yaitu peternakan, perikanan, dan perkebunan. Ketiganya saling mendukung guna mensukseskan konsep zero waste yang dikembangkan oleh pengelola.

Ini lokasi yang pohon pinusnya tak begitu hijau
Pohonya lebih hijau

Di sela ranting kering

Lebatkan hutannya

Suka bangettt

Best picture ...suka bangettt foto ini

Back Light...

Agak ngeri-ngeri sedap karena banyak monyet berkeliaran

No comments: