Thursday, 19 September 2019

LAST DAY IN BANGKA (BACK HOME)

Mulai dari malam kami sudah sibuk packing dan berbenah karena besok sudah harus pulang dan meninggalkan Bangka. Aku sengaja tidur agak lebih cepat semalam. Pagi-pagi seperti biasa selesai sholat Dhuha kami turun ke bawah untuk sarapan. Resto hotel tampak sepi, rupanya berbagai instansi yang saat kami datang pertama kali sangat ramai mengadakan acara/seminar/pelatihan sudah pada pulang. Kami sarapan seperti biasa. Lalu naik lagi keatas, biasanya buat toilet visiting alias bongkar muatan.

Sesuai janji dengan Welly jam 8.30 kami akan segera check out dan mencari oleh-oleh lagi, seperti mie koba dan otak otak. Saat mengeluarkan barang bawaan ada sedikit insiden yang membuat aku kaget. Rupanya insiden kecil ini tidak cukup sampai disini saja, buntutnya panjang sampai ada sumpah serapah segala. Astaghfirullah dan Wallahi...Allah yang tahu hatiku.

OTAK-OTAK ASE 
Toko yang sangat terkenal menjual otak-otak yang dapat dijadikan oleh-oleh khas Bangka dibawa pulang. Aku sudah tidak bergairah sama sekali untuk membeli apapun, karena insiden pagi tadi. Bahkan tadi di kedai Mie Koba sudah tidak ada selera lagi, padahal sejak dari kemaren aku sudah punya rencana untuk makan Mie Koba lagi sebelum meninggalkan Bangka. Hatiku patah arang. Awalnya aku hanya duduk dan menunggu mereka yang sibuk beli, tetapi Iyun mencoba mencairkan suasana kaku, dia membawakan sepiring makanan yang dijual di toko ini. Isi piring terdiri dari, pempek udang, otak-otak, ampyar. Iyun bilang ciciplah...! Dengan hati yang sedang terluka dan hambar aku dan Kotada mencoba mencicipinya.

Ternyata enak banget. Yang paling aku suka adalah pempek udangnya. Aku berdiri dan menengok ke counter display makanan yang dijual. Akhirnya aku jadi memesan dan membeli juga. 40 buah pempek udang dan 40 buah otak-otak.

Banyak hikmah yang aku dapat dari travelling kali ini. Niat baik, hati yang baik tidak selalu harus berbalas baik. Karena kejernihan hati setiap manusia tidaklah sama. Kelelahan dapat menjadikan hati seseorang kotor dan penuh prasangka. Kesabaran masih menjadi bagian yang aku harus usahakan dan lakukan. Dari awal rencana trip ini aku telah menyadari untuk punya extra sabar karena tahu siapa saja anggota group trip ini. Akupun bersabar dan berusaha tidak mengeluh bahkan sangat takuttt sekali berbuat salah, karena aku berkali-kali telah mengalaminya dengan personal yang ini, berkali-kali ! Ternyata prasangka itu datang juga. Sampai sumpah serapah yang kudapatkan. Wallahi... Allah knows better my deep heart. Lupakan saja!
Masih sedikit pengunjung karena hari masih pagi
Pempek udangnya maknyuss
Ampyang
Otak-otak
Welly yang menemani kami selama di Bangka.

Resume :
Jika dibandingkan dengan Belitung kota Bangka agak semrawut terutama lalu lintasnya. Masyarakat Bangka sama sekali tidak tertib lalu lintas. Main salib, tak memakai helm saat mengendari motor, melanggar lampu lalu lintas. Kebersihan kalah jauh dengan Belitung, saat kami kesini ada karnaval HUT Kemerdekaan yang menyisakan sampah menggunung di semua ruas jalan raya. Bahkan hingga keesokan harinya ketika kami melintas di lokasi ini tumpukan sampah itupun masih belum bisa dituntaskan meski satgas kebersihan berjibaku keras.

Tentang keindahan destinasi wisata Belitung juga lebih baik, pantai-pantai di Belitung terlihat dirawat dan dikelola dengan baik sehingga terlihat bersih. Sedangkan di kota Bangka destinasi pantai seperti tidak dikelola bahkan seperti daerah mati tak berpenghuni. Sayang banget padahal aset wisatanya luar biasa. 

PANTAI PASIR PADI

Keluar dari BBG waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, destinasi terakhir yang akan kami kunjungi adalah pantai Pasir Padi. Ini atas permintaan Iyun. Demi dia bernostalgia, karena semasa dia tinggal di Bangka beberapa tahun lalu pantai ini setiap hari dia kunjungi sebagai lokasi jogging. Lokasinya hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahnya. Selain itu sebelum sampai ke pantai ini Iyun juga mengajak kami menapak tilas jalan-jalan yang dia lewati setiap hari.

Pantai Pasir Padi terletak di kelurahan Air Itam, sekitar 8 km dari pusat kota Pangkalpinang, yang merupakan kawasan pariwisata potensial di kota Pangkalpinang. Pantai Pasir Padi memiliki garis pantai dengan hamparan pasir putih sepanjang 2 km. Salah satu keunikan Pantai Pasir Padi adalah struktur pantainya yang landai, kontur pasir yang padat sehingga pantai ini nyaman untuk dilalui dengan jalan kaki bahkan dapat dilalui oleh kendaraan bermotor baik roda dua, roda empat bahkan truk jenis tronton.

Keindahan Pantai Pasir Padi tidak kalah menariknya dengan pantai-pantai di Pulau Bangka lainnya. Selain memiliki panorama yang dihiasi laut biru, alam asri dan pulau-pulau menarik, tidak jauh dari bibir pantai terdapat sebuah daratan kecil yang bernama Pulau Punai, yang dapat dikunjungi dengan berjalan kaki pada saat air laut sedang surut.

Pantai Pasir Padi merupakan objek wisata yang paling banyak dikunjungi masyarakat, terutama masyarakat Kota Pangkalpinang dan sekitarnya. Pada hari libur khususnya jumlah kunjungan wisatawan bahkan mencapai 6.000 orang per hari. Selain menikmati panorama alam pantai yang indah wisatawan juga bisa berenang, bermain layang-layang, voli pantai, sepakbola, perlombaan motor cross atau sekedar menikmati kesegaran es kelapa muda di tengah semilir angin pantai.

Saat ini di kawasan wisata Pantai Pasir Padi telah tersedia fasilitas pendukung seperti resort, restoran, tempat souvenir, arena bermain anak, arena outbound dan ketangkasan, serta permainan olahraga air. Selain itu, di sepanjang pantai terdapat rumah makan yang menyediakan makanan laut seperti ikan, kepiting, cumi, kerang-kerangan dan lain-lain dengan harga yang relatif murah.

Yang paling unik di pantai ini adalah tekstur alias penampakan pasirnya. Testur pasirnya benar-benar menyerupai padi, berbulir-bulir. Tekstur pasir ini disebabkan oleh Umang-umang/kelomang yang mempunyai kebiasaan suka sekali menggali pasir untuk ia beristirahat tidur. Saking banyaknya umang-umang dan kebiasaannya berpindah-pindah galian yang tersisa menjadi banyak gundukan kecil pasir menyerupai padi.

Meskipun kami mengunjungi pantai ini senja menjelang malam kami tak akan dapat melihat sunset, karena posisi pantai ada di bagian Timur. Sunrise akan terlihat sangat indah di pantai ini, itu cerita Iyun yang sering jogging sembari menikmati sunrise. Angin berhembus sangat kencang sekali. Kami menikmati ketenangan dan keindahan pantai Pasir Padi.

Menjelang Maghrib kami sudah tiba di hotel. Memang sengaja untuk tidak terlalu malam pulang ke hotel, agar tidak terlalu lelah karena besok kami sudah harus pulang ke Palembang. Disamping itu kami harus memenuhi undangan mantan staf Iyun dulu saat dia masih bertugas di Bangka.
Perahu-perahu nelayan yang ditambatkan
Tekstur pasirnya berbulir seperti padi
Luassss...
Hamparan pasir yang luas dan bersih
Ombaknya yang tenang
Lembayung senja di ufuk sana
Bibir pantai dan tembok pemecah ombak yang rusak
Dinding-dinding pembatas yang rusak
Suasana menjelang sore

Wednesday, 18 September 2019

BANGKA BOTANICAL GARDEN (BBG)


Keluar dari LCK waktu sudah menunjukkan jam setengah empat lewat, kami menuju sebuah lokasi yang memang aku catat khusus dengan note tak boleh skip. Mengapa? Karena aku pernah melihat foto seseorang dilokasi ini yang mengingatkan aku tentang suasana "Nami Island" di Korea. Kami harus berburu waktu karena kata Iyun BBG tutup jam 5 sore. Cusss cepetan pak sopir...!

Bangka dan Belitung adalah penghasil sekitar 90% timah Indonesia, dan Indonesia merupakan eksportir timah terbesar kedua di dunia. Namun, dampak buruknya terhadap lingkungan sungguh tak terbayangkan. Pertambangan timah sudah merusak 65% hutan di Pulau Bangka dan lebih dari 70% terumbu karang di sekitar Pulau Bangka. Sungai-sungai telah terkontaminasi limbah tambang timah. Air bersih jadi permasalahan utama bagi lebih dari setengah populasi penduduk. Bahkan, puluhan orang tewas yang sebagian besar terkubur atau terjebak di bawah air (di kolam-kolam bekas tambang)” ungkap Pius Ginting, Manajer Kampanye untuk Friends of Earth Indonesia dan Manajer Kampanye Tambang dan Energi Walhi Indonesia. 

Apa jadinya Pulau Bangka jika pertambangan terus berlangsung sementara bekas-bekas tambangnya tak pernah diperhatikan? Untunglah, ada satu kegiatan yang telah dilakukan dan bisa direplikasikan di tempat lain di Bangka, yakni Bangka Botanical Garden (BBG). BBG merupakan kawasan seluas 300 hektar yang memadukan pertanian, peternakan, dan perikanan yang kini menjadi ikon agrowisata di Bangka Belitung.

Awalnya, wilayah ini bekas galian tambang timah terbengkalai yang kemudian direstorasi oleh Johan Riduan Hassan, yang pada 2010 lalu mendapat penghargaan Kalpataru atas usahanya itu. Menurut Johan, ada empat tujuan pengembangan BBG yang kini dianggap sebagai paru-paru Kota Pangkal Pinang: sebagai tempat penelitian lingkungan, sarana edukasi perbaikan lingkungan, wahana rekreasi, serta lahan pendapatan bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Berbagai aktivitas pertanian, peternakan, dan perikanan di kawasan ini nyatanya telah memberikan keuntungan finansial.

Jam 16.16 kami masuk kawasan ini, untuk memasuki kawasan para pengunjung dikenakan restribusi masuk sebesar Rp. 5000,- perorang dan mobil sebesar Rp.10.000,- Benar saja ketika mobil melaju kedalam aku mulai terpesona dengan suana sejuk dan hijau-hijau. Deretan pohon pinus yang berjejer rapih di kiri kanan jalan membuat aku ingin langsung turun dan foto-foto. Tapi pak sopir dan Iyun bilang nanti saja kita ke dalam dulu, karena masih banyak lokasi yang seperti ini di dalam. Baiklah....! Sampai ke dalam dimana terdapat sebuah rumah adat atau apalah, ada tempat semacam makan-makan, perternakan sapi, kedai susu murni kami berhenti. Di sebelah kanannya agak jauh dari tempat ini juga terdapat deretan pohon pinus yang berjajar rapih. Aku sudah tak sabar lagi langsung ingin action. Sebenarnya agak kecewa sih karena pohon pinusnya tak utuh hijau seperti di depan saat tadi baru masuk gerbang. Pohon-pohon sedikit meranggas karena faktor kemarau kali...tapi jadilah yah... cekrek-cekrek! Lumayan banyak!

Selanjutnya karena di area tempat berbagai dagangan tadi sepi bahkan hanya ada 2 pasang kekasih yang masih berseragam SMA foto-foto didepan rumah adat itu, kami melanjutkan explore tempat ini. Aku kembali minta berhenti disebuah lokasi yang jejeran pohonnya lebih hijau dan rapat. Tapii... baru saja foto beberapa kali tiba-tiba ada serombongan orang yang melakukan foto prewedding, tanpa babibu..langsung ngatret aja. Gak sopan banget ya. Kami mencoba mengalah membiarkan mereka dulu mengambil kesempatan. Ternyata malah gak tahu diri hampir 15 menit gak selesai-selesai juga. Akhirnya kami cuek aja foto-foto...rupanya mereka nyadar dan segera pergi.

Hari sudah sore dan tinggal 7 menit lagi jam 5, lokasi mau ditutup pengunjung sudah gak ada..duh jadi gak khusyuk mau buru-buru keluar aja. Hampir di gerbang keluar Iyun minta turun dan ingin foto-foto di dekat telaga. Fotolah sekedarnya saja, karena sudah terburu-buru, langit gelap mau hujan dan posisi matahari menyebabkan foto backlight sehingga hasil foto kurang optimal. Ya sudahlah mari kita keluar.

Aku suka lokasi ini. Keteraturan terlihat jelas saat kita memasuki kawasan BBG. Wilayah ini dikelilingi tumbuhan perdu sebagai pagar hias. BBG juga menggunakan sistem terpadu yang semuanya berkait yaitu peternakan, perikanan, dan perkebunan. Ketiganya saling mendukung guna mensukseskan konsep zero waste yang dikembangkan oleh pengelola.

Ini lokasi yang pohon pinusnya tak begitu hijau
Pohonya lebih hijau

Di sela ranting kering

Lebatkan hutannya

Suka bangettt

Best picture ...suka bangettt foto ini

Back Light...

Agak ngeri-ngeri sedap karena banyak monyet berkeliaran

BERBURU OLEH-OLEH, BUTIK KAIN CUAL, MAKAN SIANG

Karena sudah muaai bosan dengan aroma dan suasana pantai yang rata-rata hampir sama maka kami memutuskan mengakhiri saja explore pantainya. Selanjutnya perjalanan diarahkan untuk mencari tempat makan siang yang lezat. Kami tak punya info sedikitpun dimana tempat makan siang yang enak, tanya pak driver dia "godek" alias geleng-geleng kepala. Ya sudahlah kita tanya-tanya ke orang aja. Sekalian lewat Iyun ingin mampir ke sebuah butik kain "Cual" yaitu Butik Ishadi. Butik ini berlokasi di Jalan Adiyaksa No 3 Kacang Pedang Pangkalpinang. Galeri ini menjadi destinasi wisata belanja unggulan di Babel. 

Kain Cual adalah kain tenun tradisional yang berasal dari pulau di Semenajung Selatan Sumatera, Pulau Bangka Belitung. Kain Cual dibuat seperti kerajinan songket, namun yang motifnya adalah tenun ikat. Motif tenun Cual antara lain susunan motif corak penuh (Penganten Bekecak), dan motif ruang kosong (Jande Bekecak). Cual Bangka dahulu dikenal dengan nama kain Limar Muntok, Hal ini dikarenakan kain ini banyak ditenun di daerah Muntok, Bangka Barat. Awal mula perkembangan kain ini ada di Kota Muntok pada sekitar abad ke-17. Kain Cual pertama kali diperkenalkan oleh kakek buyut pendiri toko Kain Cual pertama yang berada di Pangkal Pinang, Ishadi. Seiring berjalannya waktu, Kain Cual mulai dikenal masyarakat sebagai kain khas Provinsi Bangka Belitung. Kain Cual kini menjadi kebanggaan masyarakat Bangka dan telah menjadi seragam resmi di beberapa Sekolah Dasar dan kantor-kantor pemerintahan di daerah yang terkenal sebagai penghasil timah ini. 

Dulunya, Kain Cual digunakan pada hari-hari besar Islam dan upacara adat, serta untuk pakaian pengantin, pembungkus bayi saat aqiqah, penutup hantaran, penutup mayat, hingga sebagai mahar pernikahan yang menggambarkan status sosial tertentu (pangkat dan kedudukan) dari seseorang. Namun kini, Kain Cual dapat dikenakan kapan pun, karena Kain Cual telah dikreasikan dengan mode fashion populer saat ini. Selain motif Penganten Bekecak dan Jande Bekecak, Kain Cual juga memiliki beberapa motif lain, seperti motif kembang gajah, bunga cina, naga bertarung, dan burung hong. Corak Cual merupakan perpaduan corak klasik yang diwariskan secara turun-temurun dan corak baru yang menggambarkan keterbukaan masyarakat dan interaksi dengan alam sekitarnya. Didominasi warna merah serendit/merah buah rukam, selain warna ungu, hijau, kuning, biru, ragam corak Cual juga terinspirasi dari flora, fauna, benda-benda angkasa, dan bentuk simetris lainnya. Beberapa motif Kain Cual ada yang dibuat dengan menggunakan benang sutra dan bahkan ada yang dibuat dengan benang emas 18 karat. 

Masuk ke dalam butik kami disambut pemilik batik seorang ibu separuh baya yang cantik dan ramah. Aku hanya masuk dan meilhat-lihat sebentar, karena tidak ada rencana untuk beli produk seperti ini, harganya lumayan mahal maka aku lebih memilih keluar dan menunggu di mobil saja. Kalau tetap bertahan di dalam aku takut khilaf akhirnya membeli juga, karena produknya memang cantik-cantik. Padahal bajuku sudah tak muat lagi di lemari. 

Tak begitu lama akhirnya Iyun keluar juga dengan tentengan hasil buruannya. Nah berbekal info dari ibu si pemilik butik (si ibu sendiri yang keluar dan nyamperin pak sopir buat ngejelasin lokasi makan siang yang maknyuss). Dan kamipun melajulah..! Sampailah ke tempat yang dijelaskan ibu tadi. 

Sebuah warung di pinggir jalan tak begitu besar, dan suasananya tidak ramai, malah tak ada sama sekali pengunjung. Kami bertanya-tanya kok sepi??? Rupanya jam makan siang memang sudah lewat, ini terbukti saat kami menanyakan menu yang tertera semua sudah habis. Akhirnya kami diajak ke dalam oleh ibu pemilik warung untuk memilih sendiri menu yang tersisa. Benar saja ada 2 baskom besar tempat ikan yang sudah matang. Satu baskom berisi kepala ikan yang besar-besar, ikan kakap merah. Satu lagi berisi ikan yang kecil kalau di Palembang kami bilang itu sih ikan selar. Aku dan Kotada memilih kepala Kakap, sedangkan Iyun memilih ikan selar, pak Sopir jua pilih ikan Kakap. Cara makan disini adalah self service. Kami mengambil sendiri nasi, sayur dan sambal, hanya gulai ikan lempah kuning saja yang disajikan. 

Gulai Lempah kuning kepala Kakap
Karena sudah mencicipi gulai lempah kuning yang enak sedunia yaitu di warung pak Memet di hari pertama maka cita-rasa makanan di warung ini biasa-biasa saja, tetapi lebih enak dibanding saat kami makan di kota Belinyu kemarin. Entahlah apakah karena ikannya kurang segar atau memang aku yang alergi, mulut dan bibirku gatal. Rupanya bukan cuma aku saja, semua juga merasakan seperti itu. Tapi yo wis lah.. yang penting perut sudah kenyang. 

Keluar dari warung makan ini kami mencari mesjid buat sholat. Usai sholat kami melanjutkan perjalanan, sekarang Iyun yang jadi pemandu wisatanya. Dia mengajak kami ke sebuah toko oleh-oleh yang cukup mashur di Bangka. Yaitu : Toko LCK.  LCK merupakan salah satu toko yang menjual oleh-oleh khas Bangka yang cukup lengkap di kota Pangkalpinang. Keberadaannya sudah banyak diketahui karena di kota Pangkalpinang sendiri masih jarang terdapat toko yang menjual oleh-oleh khas Bangka. Beberapa oleh-oleh yang dijual di toko ini merupakan barang yang diproduksi sendiri dan tidak ditemukan di tempat lain. 

Aku membeli oleh-oleh secukupnya saja, karena yang mau dikasih hanyalah Atik dan rekan-rekan kantor. Enaknya toko ini akan mem-packing belanjaan kita dalam sebuah kotak dengan sangat rapih. Pelayannya sangat ramah dan cekatan sekali. Berhubung antrian packing sangat banyak, sembari duduk-duduk menanti kami melihat didepan toko ada jualan makanan kecil berupa pempek, otak-otak dan berbagai macam minuman. Makaaa.... kamipun memesannya... (ampuuunnn jelas-jelas gagal diet daku...). Meskipun perut masih full karena baru sejaman makan siang, jajanan yang dihabiskan lumayan banyak. Huft.... saat kotak sudah kelar dipacking, badan sudah susah berdiri karena kekenyangan. Baiklah.... pelan-pelan ya berdirinya....!

Tuesday, 17 September 2019

PANTAI TANJUNG PESONA

Masih dalam satu jajaran lokasi pantai-pantai berikutnya adalah Pantai Tanjung Pesona Bangka terletak di Desa Rambak, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tempat wisata pantai Bangka ini berada di tengah antara Pantai Teluk Uber dan Pantai Tikus. Wisata pantai ini mempunyai panorama laut lepas, di atas tanjung dengan susunan bebatuan besar nan eksotik.

Sesuai namanya pula Pantai Tanjung Pesona mampu mempesona anda dan siapa saja yang datang mengunjunginya. Pantai ini memiliki banyak wahana permainan yang memikat dan sangat menyenangkan bagi anak-anak, oleh karena itu destinasi ini adalah salah satu wisata keluarga yang favorit di Bangka. 

Selain itu, berbagai permainan dan olahraga air juga turut menambah daya tarik tempat wisata di Pulau Bangka ini. Anda dapat bermain kano, banana boat, jetski, berenang, bermain pasir, hingga memancing. Cukup dengan menyewa speedboat dan peralatan memancing yang telah disediakan, Anda tinggal melaju ke tengah laut. Pantai Tanjung Pesona memiliki hamparan pasir putih yang halus, air laut biru jernih dan cukup tenang serta bebatuan granit yang menjadi ciri khas pulau Bangka. Namun karena kami datang bukan week end ataupun holiday permainan tersebut tak nampak. Bahkan pantai ini sepi sekali hanya ada kami saja. Tidak ada biaya restribusi bahkan parkirpun tidak bayar sama sekali di pantai ini. 

Apabila diperhatikan, Pantai Tanjung Pesona ini terdiri dari 3 tingkatan pantai. Pada tingkatan pertama terlihat bebatuan granit besar. Kemudian turun lagi akan terlihat gazebo yang menjorok ke laut dan terakhir adalah bagian pantai yang landai yang dihiasi pasir pantai yang putih. Anda pun bisa sekedar bersantai duduk-duduk pada batu karang besar yang ada di Pantai Tanjung Pesona. 

Sebagai destinasi wisata pantai favorit, kawasan wisata Pantai Tanjung Pesona Bangka memiliki fasilitas yang sudah cukup lengkap. Bagi anda yang ingin lebih lama menikmati pesona pantai ini, ada sebuah hotel berbintang empat bernama Tanjung Pesona Beach Resort & Spa yang pastinya dengan semua fasilitasnya yang memadai. Ini pantai yang paling cantik yang kami kunjungi di hari terakhir wisata kami. Agak senang hati ini karena dari pagi tadi semua pantai yang dikunjungi kurang me-impressing. Kami berdiam diri agak lama di pantai ini, mulai dari duduk-duduk manjah, foto-foto di atas batu-batuan dan naik ke atas lalu turun ke bawah lagi yang view bebatuannya bagus. Akhirnya setelah puas berfoto ria kami keluar untuk cari makan siang. 


Entrance
Duduk-duduk manjah
View yang cantik
Ranting kering fokus fotoshoot


Dikejauhan cottage-cottage
Kata Iyun di Batu ini best view tempat foto
Batu granit yang eksotis
Cantik
Ombaknya tenang





Friday, 13 September 2019

PANTAI TONGACI

Tak begitu jauh dari lokasi pantai Batu Bedaun ada sebuah pantai yang sudah sejak lama aku inginkan datang jika aku ke Bangka. Kenapa? Aku pernah melihat upload foto-foto traveller diberbagai sosial media entah itu facebook ataupun instagram. Ngebet banget karena tampilannya yang sangat colorfull dengan berbagai ornamen cantik seperti payung warna-warni. Aku sudah bilang pokoknya pantai Tongaci tidak boleh skip.

Hanya memakan waktu 10 - 15 menit kami sudah sampai di area parkir pantai Tongaci. Agak surprise juga ketika kami diharuskan membayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000,- perorang dan biaya parkir juga Rp. 10.000,- Mahal...dibanding lokasi-lokasi yang pernah kami singgahi. Manapula bukankah ini bukan week day or week end or high season holiday. Bukankah aku sempat cari informasi di berbagai media, ada yang bilang gratis, Rp.2000.-, Rp. 5000,- dan ke kami Rp.10.000,- tanpa lembaran tiket???? Hmmm... mana yang jaga tiketnya judes lagi.

Mungkin karena kesan awal masuk sudah gak enak, kok ketika masuk aku merasa pantai ini tidaklah luar biasa. Malah biasa-biasa saja. Hanya terlihat cantik karena ornamen payung warna-warni itu. Masuk ke dalam tak ada apapun. Apa yang disebut De Locomotif??? Cuma tempat foto itukah. Ada sih tempat permainan tapi tutup. Pantainya sendiri terkesan tak terurus. Hmmm...

Kelebihannya adalah objek wisata pantai ini dikenal dengan tempat perlindungan ekosistem satwa laut, keberadaannya yang mulai kuno dan keunikan satwa air ini sangatlah menarik. Pelestarian Penyu, tetapi saat kami lihat dikolam tempat penangkaran penyu isinya tak terlalu banyak, hanya sekitar 5-6 ekor saja.

Dibagian muka setelah loket pembelian tiket masuk terdapat Museum Gallery. Di museum ini digelar berbagai benda-benda seni yang cukup antik. Ada juga penjualan pernik-pernik souvenir khas Bangka. Kami juga hanya masuk sebentar, foto-foto dikit lalu keluar dan meneruskan destinasi selanjutnya.
Entrance yang colorfull

Ayunan
Monumen apa ini?

Cantik juga
Ornamen yang didominasi oleh Payung warna warni

Toko souvenir
Penampakan pantainya
Bibir pantai
Langit cerah dan terik sekali

PANTAI BATU BEDAUN

Destinasi wisata pertama yang kami kunjungi hari ini adalah Pantai Batu Bedaun, Terletak di wilayah kecamatan Sungailiat, kabupaten Bangka merupakan salah satu destinasi wisata yang baru dihidupkan kembali dalam tahun 2017 setelah lama ditinggalkan.

Mengapa dinamakan Batu Bedaun? Disebut Pantai Batu Bedaun karena di seberang lautan tak jauh dari bibir pantai terdapat sebuah batu granit yang cukup besar. Persis di tengah batu granit tersebut tumbuh sebuah pohon rindang, penuh dedaunan. Sehingga pantai itu kemudian disebut Pantai Batu Bedaun.

Selama tak tersentuh pembangunan, pantai tersebut dijadikan warga sebagai lokasi memancing atau menjaring ikan. Perairan sepadan pantai masih menyimpan kekayaan laut berupa ikan kecil jenis tamban, pirang dan berujung. Hasil laut cukup buat konsumsi warga, seraya melepas lelah.

Tapi kini Pantai Batu Bedaun yang berada di Lingkungan Bukit Kuala Sungailiat, mulai dilirik banyak investor. Sejumlah pengusaha wisata mulai membangun tempat wisata seperti hotel, restoran, atau tempat bermain lainnya. Alhasil satu persatu, warga dari luar kota berdatangan, penasaran ingin melihatnya.

Saat kami singgah di pantai ini suasana di pantai ini sepi. Bangunan-bangunan seperti pondok-pondok, bungalow kelihatannya tidak terawat. Apakah juga sudah ditinggalkan dan tak dilirik lagi? Oh iya saat masuk tadi kami harus bayar tiket masuk Rp.5000,- per orang dan Rp. 10.000,- untuk mobil. Karena merasa kurang tertarik kami hanya foto-foto sebentar lalu keluar.

Dikejauhan terlihat pulau kecil berupa batu granit yang ditumbuhi sebatang pohon... itulah Batu Bedaun
Segitu doang foto-foto di pantai ini


BANGKA TRIP 3rd DAY

Pagi yang cerah ini hari terakhir bagi kami untuk trip karena besok harus pulang dengan pesawat jam 2. Stamina tubuh sudah agak kendor alias lelah. Ditambah sedikit ada ketidak-sinkronan rencana. Kemarin Welly memang sudah bilang bahwa hari ini dia tak bisa mengantar dan menemani kami karena ada urusan penting. Dan janjinya mobil akan dipinjamkan dan Kotada lah yang akan nyetir. Namun ternyata pagi-pagi sekali dia sudah datang ke hotel untuk menyerahkan mobil, dan kisruhnya lagi saat dia menelpon Iyun Hp tidak aktif karena sedang dicharge. Hal ini baru ketahuan saat kami sudah standby buat sarapan, HP baru diaktifkan lantas terbacalah pesn WA nya dia. Aku pikir mungkin kunci mobil dititipkan di resepsionis.

Kami turun buat sarapan dan tanya ke resepsionis apakah ada yang menitipkan sesuatu buat kami? Ternyata tidak... Hmmm... yang lain mulai galau. Usai sarapan kami naik lagi ke kamar. Iyun masih mencoba menelpon Welly tetapi tidak diangkat. Qadarullah aku mempunyai no telpon rental mobil wisata yang memang aku siapkan saat masih merencanakan trip ke Bangka ini. Saat itu aku masih belum tahu bahwa ada temannya Iyun yang mau mengantar. Ya sudahlah...aku tawarkan saja itu, tadinya mereka bilang tanya saja dulu, karena masih berharap sama Welly. Aku bilang sudahlah...kita ambil saja keputusan hari ini tidak ikut Welly akhirnya mereka setuju. Aku telpon agen rental mobil tersebut, alhamdulillah bisa dan akan dijemput dalam waktu yang tak perlu menunggu lama jam 8.15. Biayanya untuk sewa selama 12 jam sebesar Rp. 400.000,- Rental Mobil bang Ozi namanya, tetapi kalau untuk review kami merasa kurang puas. Si driver agak kurang cekatan dan kurang komunikatif. Setiap kami bertanya tentang suatu tempat jawabnya selalu tidak tahu. Padahal tempat yang kami tanyakan itu adalah destinasi wisata populer. Sebel banget kami jadi banyak skip-skip lokasi jadinya. Kesannya driver ini males dan memang tak mau nganterin kita. 

Sudahlah driver seperti ini dan kami sendiri sudah sangat lelah plus bosan dengan situasi pantai di Bangka yang banyak dan viewnya rata-rata sama. Kami hanya memilih pantai yang penting-penting dan si driver tahu saja. Selebihnya kami cenderung menjelajah lokasi untuk berburu oleh-oleh. Si driver tinggal nganterin aja karena yang menunjuki jalan Iyun yang pernah tinggal di Bangka cukup lama.

Thursday, 12 September 2019

PANTAI BATU DINDING

Usai makan siang yang tak begitu puas, kami melanjutkan lagi perjalanan, sesuai arahan Welly, yaitu pantai Batu Dinding. Pantai Batu Dinding adalah sebuah pantai berbatu yang terletak di daerah Belinyu Kabupaten Bangka Pulau bangka Provinsi Bangka Belitung. Pantai Batu Dinding terkenal dengan pemandangan pantai dan bebatuan granit yang ukurannya sangat besar mirip sebuah dinding dan tepat berada dipinggir pantai dikaki sebuah bukit

Itulah sebebanya mengapa pantai ini dinamakan Pantai Batu Dinding, ya memang karena Batu granit besar yang berdiri tegak di atas batu lainnya mirip dengan sebuah diding batu yang kokoh. Batu yang berdiri kokoh ini memang sangat besar diperkirakan ukuranya sekitar 23 X 17 meter dengan ketebalan sekitar 6 meter. 

Perjalanannya lumayan jauh dengan jalan berliku dan melewati perkampungan penduduk. Sepertinya Welly belum tahu lokasi persisnya, sehingga keluar masuk gang kampung. Untung penduduk di daerah ini ramah dan helpfull. Melalui informasi segerombolan anak kecil yang sedang main sepeda berpanas-panasan akhirnya sampailah kami on the spot. Sebelum sampai tadi makin dekat lokasi kami menemui jalan menanjak yang lumayan curam. 

Kami masuk dalam sebuah perkarangan rumah yang sangat luas. Aku bertanya-tanya katanya pantai, tapi kok masuknya ke perkarangan rumah orang (villa kali ya). Begitu mobil diparkir kami segera keluar. Dihalaman tersebut terdapat cukup banyak mobil parkir dan orang. Masih rada-rada bingung, tiba-tiba seorang laki-laki berbadan kekar dengan wajah agak seram mendekati kami. Beliau menyuruh kami menemui pemilik villa untuk minta izin berkunjung ke sini? Tambah binggunglah aku "memangnya pantai ini milik pribadi?". Namun agak janggalnya kenapa cuma kami yang disuruh minta izin? Bukankah tadi berbarengan datang dan parkir masih ada rombongan lain, kok gak disuruh??? Tapi yah..sudahlah kami manut aja..toh cuma minta izin dan basa basi doang pikirku. 

Laki-laki gagah tersebut mengantar kami masuk ke sebuah rumah yang tak jauh dari area parkir. Tak harus masuk ke dalam rumah seorang bapak yang sudah sangat tua, menunggu di teras menyambut kami. Beliau mempersilahkan kami duduk di kursi tamu yang ada di teras. Tadinya kami kira cuma izin sebentar trus bisa langsung tancap gas, ternyata tidak. Seorang bapak tua yang hidup sendirian. Dia banyak bercerita dan memamerkan anak-anaknya yang berjumlah 6 orang (kalau tidak salah) yang sudah berhasil dan hebat. Namun anak-anak dan cucunya sudah bertebaran jauh di mana-mana. Karena sudah sukses mereka menjadi jarang menjenguk sang bapak. 

Hmmm... seorang bapak yang kesepian di masa tuanya (aku jadi inget papa). Beliau dengan antusias memamerkan foto keluarga besarnya yang diambil di posisi Batu Dinding. bagus sekali teknik ambil fotonya. Disana terlihat keluarga besar dengan anak dan cucu berseragam biru muda, keluarga bahagia sepertinya. Melihat kami sangat sopan mendengarkan cerita beliau, si bapak jadi sangat senang dan antusias banget bercerita panjang (mirip sekali papa alm, karena terbiasa hidup sendiri di rumah dulu papa pasti tak bisa berhenti cerita jika salah satu dari kami datang, terkadang ceritanya itu diulang-ulang). Malah beliau menawarkan untuk membuatkan minuman buat kami. Kami mikir kalau diladeni si bapak pasti tahan berjam-jam bercerita. Akhirnya kami menolak tawaran minumannya secara halus dengan pamit ingin ke lokasi pantai. 

Bapak ini sangat perhatian sekali, begitu kami bergerak beliau memanggil dan memberi kami semacam tongkat untuk bantuan saat menuruni tebing menuju lokasi. Beliaupun menunjukkan arah mana yang harus kami lalui supaya mudah. Kami menghormati petunjuk beliau dan mengambil tongkatnya. Karena medannya sangat sulit akhirnya hanya aku dan Kotada saja yang turun ke Batu Dinding. 

Dan benar saja untuk mencapai lokasi tongkat yang diberikan si bapak sangat membantu, sebagai sanggahan saat naik maupun turun. Begitu sampai di dasar pantai tampaklah sebuah batu granit yang sangat besar menyerupai dinding dan disisi kirinya terdapat pula batu besar seperti lempengan diatas batu besar. Kalau tadi kulihat di foto keluarga sang bapak seluruh keluarganya duduk di batu lempengan ini. Bentuk batunya bisa di kategorikan seperti batu belimbing karena memiliki guratan-guratan sisi seperti buah belimbing. Jarak antara batu dinding besar dengan batu lempengan itu kecil sekali hanya muat badanku. 

Sayangnya untuk naik ke batu lempengan yang rebah itu aku gak bisa karena curam dan tak ada celah buat kakiku menapak. Kotada sendiri bisa naik ke batu itu. Akhirnya tak bisa dapet foto di best view nya. Hiks... Cuaca panas tengah hari membakar mukaku. Ditambah pula bau busuk seperti bau buntang sangat menyengat ketika diterpa angin. Waduh aku tak betah lama-lama disini. Kami segera berusaha naik, jalan naiknya lebih sulit daripada tadi saat turun. Untunglah ada tongkat pemberian si bapak. Begitu sampai diatas Iyun dan ibu Angga segera mengajak pulang ke mobil secara tergesa-gesa. Welly juga demikian. Kata mereka ada suasana mistis apa gitu. Aku yang polos jadi bertanya-tanya sambil berlarian ke mobil. Semua ketakutan. Ada apa sih. Saat sudah di dalam mobil si bapak masih mengejar kami sampai ke parkiran padahal jalan saja dia tertatih-tatih. Duh.. aku kasihan... Tapi karena mereka yang tadi tidak turun bercerita ada sesuatu mistis ko aku jadi rada parno ya??? Malah aku disuruh hapus foto-foto bersama bapak tadi. Hatiku masih bertanya-tanya. Ya sudahlah mari kita pergi saja.  Sedihnya pas mau update blog ini foto-foto yang agak lumayan di hp Sony ku itu ter-delete semua. Hiksss... ini sih memang ter-delete ...Ini yng diupload adalah foto-foto dari Camera Olympus

View dari halaman Villa

Kurang optima ambil fotonya

Lorong sempit ini
Tongkat saktiku
Keluar dari lokasi pantai Batu Dinding, mobil diarahkan ke jalan perkampungan penduduk demi mencari tempat makan otak-otak yang murah enak sesuai petunjuk ibu-ibu di pantai Romodong tadi. Berbelok-belok, keluar-masuk gang, tanya sana-sini akhirnya ketemulah kedai yang dimaksud. Kedai ini hanyalah perkarangan sebuah rumah milik seorang ibu bernama ibu Farida kalau tak salah. Usaha rumahan untuk membantu sang suami yang sudah renta (kena stroke) dan tak mampu bekerja lagi. Di kedai inipun aku melupakan kembali dietku. Entahlah berapa banyak yang sudah aku santap. Ternyata aku agak kurang suka makan otak-otak, karena menurutku rasanya terlalu gurih. Aku cenderung lebih suka menyantap pempek lenjernya yang kecil-kecil. Enak banget, karena ikannya segar pasti. Ada juga bakso ikan. Kalau jenis saos aku suka yang merah dan asam manis, kalau dua jenis lagi yang pakai tauco dan terasi aku gak suka. Makan terus sampai kenyanggggg.... tahu gak sih makanan seenak itu sebijinya cuma seharga Rp. 1000,- saja... hammmmm... Sudah kekenyangan kendaraan kembali melaju buat pulang ke kota Pangkal Pinang lagi. 

Dalam perjalanan pulang Welly sengaja melewati jalur destinasi wisata yang akan kami kunjungi besok di seputaran Bangka Tengah. Hal ini dia lakukan untuk mengajari Kotada, supaya besok gak kagok lagi, berhubung besok dia tak bisa menemani dan mengantar kami karena ada pekerjaan di kantor yang tak boleh ditinggalkan. Jadi besok dia pinjamkan mobil saja. Kotada yang nyetir. 

Menjelang Maghrib kami sudah sampai ke kota Pangkal Pinang, untuk makan malam Welly mengajak kami ke sebuah cafe yang cukup terkenal katanya, bahkan untuk dapat singgah dan mencicipi makanannya harus ambil kartu antrian (haaaaa...seperti di Raminten Jogya ya). Kami mampir sebentar untuk booking tempat dan pergi lagi mencari masjid untuk sholat Maghrib. Usai sholat Magrib kami kembali lagi ke Paw's New Kopitiam. Namun karena perutku masih terlalu kenyang efek makan pempek dan otak-otak yang overload tadi, jadi kebingungan mau pesan menu apa? Inginnya sih yang ringan-ringan saja. Tapi agak kurang paham dengan menu yang tertera di daftar menunya. Aku akhirnya memesan bubur kacang merah, Iyun kopi, Kotada bubur sea food dan es leci, Welly juga menu yang sama. 

Bubur kacang merahnya enakkkk sekali tetapi manisssss luar biasa. Aku juga sempat mencicipi es leci yang dipesan Kotada enak juga. Sayangnya semua menu yang dipesan sulit dihabiskan karena sudah terlalu kenyang, padahal enak dan cukup mahal...hehe... Habis dari Paw's New Kopitiam kami segera balik ke hotel, istirahat untuk perjalanan hari terakhir besok.