Sarapan pagi dihari ke-3 aku hanya mampu menelan 4 potong kentang goreng , 1 butir telur rebus (hanya dimakan segigit), dan 1 potong kecil roti plus selai strawbery, 1 gelas susu coklat, 1 gelas jus jeruk, dan 2 buah pear, sementara aku juga mengantongi 1 buah apel dan 1buah pear lagi untuk persiapan di jalan. Hari ketiga badan mulai terasa semakin lesu, karena makin sedikit asupan yang ditransfer ke lambungku.
KIRCILAR LEATHER ART
Schedule pertama perjalanan hari ketiga adalah ke suatu tempat yang cukup terkenal di Turki yaitu suatu tempat pembuatan jaket, tas dan segala macam dari kulit domba, yaitu “Kircilar Inter Store”. Sejak masuk kedalam bis aku mulai merasakan rasa tidak nyaman dari lambungku. Banyak hal yang menyebabkan kondisiku seperti ini, pertama adalah semalam sudah hampir jam 1 aku baru tidur, dan jam 3 sudah bangun kembali untuk tahajud, dan jam 4 aku sudah mandi, sholat subuh dan dandan. Kedua mungkin disebabkan oleh menu sarapan yang kusantap pagi tadi salah, terutama susu coklat yang bergabung dengan telur rebus dan jus jeruk. Rasa mual dan mau muntah.
Memasuki toko aku bergegas mencari toilet. Begitu sampai ke toilet aku muntah, lepas sudah...keluar semua isi perut dan sarapan pagi tadi. Setelah keluar semua baru merasa agak nyaman. Kuoleskan sedikit Freshcare ke dada, perut dan hidungku. Di WC sebelah yuk Galuh ternyata tengah berproses yang sama. Mungkin agak lama aku di toilet kulihat Cansu telah memanggil, dan akhirnya diantar ke lantai 2.
Seorang costumer service mengantar kami memasuki suatu ruangan, kulihat para peserta lain sudah duduk manis melingkari suatu panggung pertunjukan. Aku memilih bangku kosong yang tersisa. Berdiri ditengah panggung seorang humas Kincilair menjelaskan produk, dan tata cara peragaan busana yang akan dipertunjukan nanti, teknik menandai produk yang disukai dan diinginkan untuk dibeli. Orang tersebut juga meladeni pertanyaan yang diajukan oleh beberapa diantara kami.
Tak lama kemudian lampu redup digantikan dengan lampu sorot panggung dan musik keras mulai menggelegar dari speaker tersembunyi. Kemudian, satu per satu model cantik berparade di depan kami menampilkan jaket kulit yang indah. Teh disajikan kepada kita sementara kita menyaksikan fashion show. Setiap produk yang dikenakan oleh peragawan dan peragawati diberikan nomer, nomer itupula yang kelak harus dicatat dalam sehelai kertas yang telah dibagikan sebelum pertunjukan dimulai. Aku menyaksikan dengan takjub kecantikan peragawan dan peragawatinya, juga produk yang diperagakan. Bahkan aku sangat kepincut pada produk No. 208. Sebuah jaket warna cream yang sangat feminin sekali (biasa seleraku).
Ini nih produk No. 208 itu |
Salah satu yang aku suka juga |
Setelah fashion show berakhir, kami melanjutkan ke show room mereka di mana kami diberi penjelasan singkat tentang perusahaan dan produksi kulit nya. Ada segala macam produk yang terbuat dari kulit didisplay show room tersebut. Semuanya tampak elegan dan chic. Setengah penasaran aku berusaha mencari jaket no. 208 yang diparadekan tadi yang telah mebuat aku kepincut. Untung saja tidak membelalak mataku, melihat harga jaket tersebut. 1750 lyra....haaaaaaahhhhh bayangkan kalau dikalkulasi ke rupiah. 10 juta rupiah lebih.... Hmmm... hmmmmm belum ukuran kantongku. Selama ini produk busana yang paling mahal yang pernah kubeli adalah dress songket Dian Pelangi seharga 2,5 juta rupiah. Oh...No thanks. Alangkah sayangnya membuang devisa di negeri orang. Lagipula toh jaket itu gak bisa selalu dipakai, paling cuma dipakai bila kita ke luar negeri di musim dingin. Lupakan...!
Costumer servicenya cukup gigih dalam menawarkan produk mereka, dia membujuk untuk turun ke lantai bawah, karena disana dijual produk-produk ”sale” bahkan sampai 70%. Karena hanya ingin memuaskannya kami berempat turun juga. Memang produk dilantai ini jauh lebih murah. Aku naksir sebuah jaket dengan desain feminin. Harganya 500 lyra, setelah kukalkulasi lagi tetep terlalu mahal bagiku. Sempat melihat-lihat tas dan dompet kulit yang dipajang. Naksir sih tapi ngapain sih beli toh koleksi tas dan dompetku di rumah banyak malah ada beberapa yang gak pernah dipakai. Penjaga toko mengantarkan kami keluar dengan ekspresi sangat kecewa karena diantara kami berempat tidak ada yang membeli.
Ketika aku numpang ke toilet penjaga toko yang menawari kami tadi masih dengan ramah membujukku untuk membeli 1 produk saja. Tersenyum manis aku membalas “No....thanks”. Tapi meski mahal ada juga peserta yang membeli kok...termasuk Edo. Hmmmm...mhhhh.
Menunggu yang masih beli kita memanfaatkannya buat foto-foto |
Sebagian masih didalam belum selesai belanja |
Perjalanan kedua dischedule hari ketiga adalah menjelajah selat Bosphorus menggunakan kapal pesiar. Inget sinetron “Kupinang Kau dengan Bismillah” dimana Amar dan Nirvana seringkali syuting di lokasi ini. Aku menyambut dengan girang meski masih sedikit lemes. Turun dari bus kami langsung menuju kapal pesiar yang telah menunggu. Surprise dan aku merasa sangat exited ketika memasuki kapal. Tahu apa penyebabnya? Karena view disekeliling kita sangat menakjubkan! Ahaaaaa....Hola! Bahkan disaat kapal mulai berjalan instink aku mulai bergerak. Act...! Dan ketika aku menoleh, melirik ke arah Edo, kita langsung nyambung. Malah dia duluan yang minta difotoin. Pokoke seru !
Ketika kapal baru mulai berlayar masih mudah ambil fotonya |
Edo in action dengan jaket kulit baruuu... |
Edo semakin pandai gaya candid |
Dibantuin Ardhi ambil foto kita bareng. Aku tuh ya meski Edo itu cuma anak kecil tetep aja jaga jarak karena toh dia bukan muhrimku. Terima kasih ya Allah atas keteguhan prinsip ini. Semoga istiqomah...! |
Gak peduli muka memerah diterpa terik matahari yang penting action. Wkwkwkk... |
Semakin ketengah kapal melaju pemandangan disekelingi semakin indah dan menakjubkan. Dari kapal pesiar ini merupakan tempat pas untuk menikmati pemandangan kota Sultan Ahmed dengan pemandangan Blue Mosque, Hagia Sophia dan Topkapi Palace. Sedangkan di sisi Asia akan terlihat barak militer Selimiye. Juga terlihat jembatan penyebrangan yang menyambungkan sisi Asia dan Eropah kota Istambul. Pemandangan seindah ini dikombinasikan dengan cuaca dingin dengan temperatur udara sekitar 7 derajat celcius...membuat semakin romantis. Hmmmm... aku dan Edo exited banget dengan ini. Bahkan dengan semangat kami sampai turun ke lantai bawah untuk ambil foto. Tapi kendalanya banyak untuk mendapatkan angle dan moment foto yang pas. Selain karena kapal terlalu cepat bergerak, sinar matahari yang menantang, disamping itu kapal ini cukup kecil dengan peserta yang lumayan, untuk take foto disuatu tempat agak berebutan, jika harus menunggu maka momentnya bisa segera hilang karena kapal telah berlalu.
View dibelakang itu Blue Mosque kah? Memang agak susah fotonya rebutan nih ambil angle yang bagus. Kapalnya kenceng banget telat dikit hilang deh scene nya |
Kalau foto-foto Edo yang aku take semua bagus2. Tapi foto-foto aku...jelek dan memang mukaku terlihat kusam karena sebenarnya aku sedang sakit...Maag ini ngambek). Hmmm tak apalah walaupun cuma lihat foto Edo yang keren toh aku tetep dapet moment yang indah itu.
Lihat deh keren-keren kan foto EDO |
Sekedarnya saja aku takut sebenarnya |
Kerennya...aku yang take nih |
Kelihatan ya waja ketakutanku tangannya aja pegang tuh besi! |
Hari menjelang tengah hari ketika kapal sandar dan kembali ke tempat asal kami naik. Bersegera kami menuju suatu resto untuk makan siang. Makan siang hari itu masih disuatu resto Turki, yang cukup favorite, ini terlihat dari pengunjungnya yang sangat ramai. Pengunjung resto terdiri sekelompok klub basket, geng Mahasiswa dan lainnya, malah ada beberapa pengunjung yang antri menunggu kebagian tempat. Memasuki resto aku sangat terkagum-kagum dengan desain interiornya yang sangat klasik sekali. Tapi sayang karena pengunjung terlalu rame dan aku sendiri sudah lemas jadi agak kurang berminat mengambil foto desain interiornya.
Hidangan yang disajikan hampir sama dengan hidangan yang disajikan di resto Kebab pada hari kedua kemaren. Aku cuma mengisi perut seadanya. Setengah potong daging bakar yang disajikanpun hampir tak tertelan. Parah! Aku menghabiskan semua jatah buah dan meneguk 2 gelas air. Selanjutnya ke toilet sekalian berwudhu.
Toilet di resto ini kecil dan agak sedikit jorok, cuma 1 pula. Antrian. Tapi aku tetep ngotot untuk ngambil wudhu. Belum selesai berwudhu, Cansu sudah berteriak-teriak untuk mulai jalan lagi. Waduhhhh....amburadul jilbabku.
BLUE MOSQUE
Dengan sangat tergopoh gopoh sebagian besar rombongan menyusul Cansu yang berteriak-teriak didepan. Sampai-sampai aku mengoleskan suncream sambil jalan, dan pasti berlepotan. Tujuan kali ini adalah Blue Mosque.
Masjid ini dibangun antara tahun 1606 dan 1616 atas perintah Sultan Ahmed I, yang kemudian menjadi nama masjid tersebut. Ia dimakamkan di halaman masjid. Masjid ini terletak di kawasan tertua di Istanbul, di mana sebelum 1453 merupakan pusat Konstantinopel, ibukota Bizantium. Berada di dekat situs kuno Hippodrome, serta berdekatan juga dengan apa yang dulunya bernama Gereja Kristen Kebijaksanaan Suci (Hagia Sophia) yang sekarang diubah fungsinya menjadi museum.
Jaraknya cukup dekat dengan Istana Topkappi, tempat kediaman para Sultan Utsmaniyah sampai tahun 1853 dan tidak jauh dari pantai Bosphorus Dilihat dari laut, kubah dan menaranya mendominasi cakrawala kota Istanbul.
Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Biru karena warna cat interiornya didominasi warna biru. Akan tetapi cat biru tersebut bukan merupakan bagian dari dekor asli masjid, maka cat tersebut dihilangkan. Sekarang, interior masjid ini tidak terlihat berwarna biru.
Arsitek Masjid Sultan Ahmed, Sedefhar Mehmet Aga , diberi mandat untuk tidak perlu berhemat biaya dalam penciptaan tempat ibadah umat Islam yang besar dan indah ini. Struktur dasar bangunan hampir berbentuk kubus, berukuran 53 kali 51 meter. Seperti halnya di semua masjid, masjid ini diarahkan sedemikian rupa sehingga orang yang melakukan Salat menghadap ke Makkah , dengan mihrab berada di depan
Yang menarik, sebuah rantai besi yang berat dipasang di atas pintu gerbang masjid sebelah barat. Di masa lalu, hanya Sultan Ahmed I yang boleh memasuki halaman masjid dengan mengendarai kuda, dan rantai ini dipasang agar Sultan Ahmed I menundukkan kepalanya saat melintas masuk agar tidak terantuk rantai tersebut. Ini dimaksudkan sebagai simbol kerendahan hati penguasa di hadapan kekuasaan Ilahi.
Tidak jauh dari Masjid Biru, terdapat museum Hagia Sofia. Selain terkenal dengan keindahan arsitekturnya, Hagia Sopia pertama dibangun sebagai katedral, lalu diubah menjadi masjid selama 500 tahun dan sejak pemerintahan sekuler Republik Turki menjadi museum sampai saat ini. Belum lagi istana Topkapi yang menyimpan beberapa peninggalan Rasulullah saw.
Masjid Biru, hingga kini, masih berfungsi sebagai tempat ibadah. Masuk dalam kompleks masjid terbesar di Istanbul ini, kita melewati taman bunga yang dilindungi pepohonan yang besar. Sebuah tempat wudhu berderet di sisi depan masjid menyambut kita sebelum memasuki bagian dalam kompleks masjid.
Sesampainya di lokasi ini Cansu (masih dengan tergopoh-gopoh) memerintahkan kepada kami yang belum berwudhu untuk mengikuti dia dan bagi yang sudah berwudhu agar segera masuk ke dalam masjid. Dia berteriak 15 menit setelah itu diharapkan kembali ke tempat itu. Subhannallah! 15 menit untuk sholat???? Aku dan yuk Galuh serta mama Edo yang sudah wudhu segera masuk. Antrian panjang dipintu masuk cukup padat. Setiap pengunjung dapat mengambil kantong plastik untuk menyimpan sandal. Setengah tergopoh-gopoh aku segera mencari “Woman prayer Area”, jauh dibagian kanan dan kurang begitu luas areanya. Seperti dikejar hantu aku segera sholat sunah tahyatul masjid dan menjamak takhir sholat ashar di waktu dzuhur. Selanjutnya buru-buru keluar area tersebut.
Di sentral bagian dalam pengunjung sangat padat, adalah beberapa foto yang sempat kuambil. Tapi entahlah kondisi masjid yang berembun (karena diluar matahari sangat terang sedangkan temperatur udara sangat dingin) hasil fotonya mengecewakan.
Desain interior bagian dalam Blue Mosque, terlihat penginjung sangat padat |
Attic yang dihiasi keramik biru |
Sempat foto disini,ahaaaa...ternyata jibabku itu tertarik dan amburadul sudah sejak dari sini |
Pengunjung yang datang ke mesjid ini bukan hanya kaum muslim, banyak turis yang berasal dari Hongkong, China dan sebagainya. Untuk menghormati masjid, wisatawan harus berpakaian sopan saat memasuki ruang masjid. Wanita harus mengenakan kerudung. Penjaga selalu siap mengingatkan di depan pintu masuk. Begitu sampai di dalam, sejumlah tamu Muslim melakukan shalat tahyatul masjid dan mungkin juga sholat wajib. Sementara sebagian lain memandang masjid dari bagian shaf belakang. Sebab, bagian depan hanya diperkenankan bagi mereka yang hendak sholat.
Baru saja mengenakan sepatu dipelataran mesjid Cansu berteriak lagi agar segera berkumpul. Semua seperti terburu buru hanya karena untuk memenuhi schedule ke Grand Bazar yang tutup jam 6 sore. Aku sudah mulai emosi. Mengabadikan keindahan di depan Blue Mosque saja aku belum sempat. Manapula aku belum ketemu dengan Edo teman sehati yang begitu mengerti teknik pengambilan angle yang bagus. Aduh... setengah jengkel aku. Tiba-tiba jilbabku buyar gak karu-karuan karena terpaan angin dan jarum pentulnya kurang kuat karena tadi juga terburu-buru saat memakainya. Jadilah wajahku agak sedikit bete. Aku sempat meminta tolong pak Trisna (pemilik travel) untuk mengambil foto, karena lumayan bagus kalau dia ambil. 3 foto diposisi bolak-balik. Karena sekeliling itu viewnya semua indah dari berbagai posisi.
Wajah lucuku dengan jilbab yang acak-acakan kare tergopoh-gopoh. Dan ternyata dari foto ini baru tahu Edo dan rombongan ada dibelakangku. Hmmmm...buru-buru membuat aku kehilangan konsentrasi. Ampun dah... |
Masih dengan nafas terengah-engah aku act lagi |
View didepan masjid adalah Hagia Sophia. Sayang sekali gak punya waktu banyak untuk ambil angle disini aku pernah lihat foto di web orang lain dimana dia take dilorong ini tegak lurus duh...keren... |
Masih dalam hati yang setengah jengkel muncullah Edo, agak gembira aku jadinya. Aku sempat ngoceh ke Edo, enak aja buru-buru, tahu gak aku telah memimpikan ke tempat ini 10 tahun yang lalu. Edo tersenyum dan mencoba menenangkan. Kami sepakat, masa bodohlah mereka buru-buru, pokoke aku mau tetep mengambil gambar ditempat yang aku suka. Tapi masih setengah kesel juga tuh mbak Iin masih teriak-teriak nungguin. Ya sudahlah aku tuh gak mungkin hilanglah mbak. Akhirnya seperti itulah...tergopoh-gopoh dan hasil fotonya masih kurang memuaskan aku. Untuk praktisnya aku hanya memoto menggunakan HP. Camera kusimpan.
Ide EDO untuk ambil disini |
Nah lorong ini yang kumaksud. Hasil jepretan Edo cukup bagus |
Di depan Blue Mosque (ini EDO yang ambil foto) |
Setelah keluar area Blue Mosque dari kejauhan |
Bergantian kita |
Tetep usaha untuk dapet scene yang bagus |
ISTANA TOPKAPPI
Belum puas di Blue Mosque, kami kembali diburu-buru untuk ke Istana Topkappi karena jam 4 tempat tersebut sudah ditutup. Rombongan sudah jauh didepan, aku dan Edo cuek saja.
Istana yang terletak di titik pertemuan Selat Bosphorus, Tanjung Tanduk Emas (Golden Horn) dan Laut Marmara ini merupakan bangunan khas Turki yang mempunyai taman-taman indah yang menghubungkan antara satu bangunan dan bangunan lainnya. Kompleks Istana Topkapi terletak di belakang bangunan Hagia Sophia (Aya Sofya)
Topkapi dalam bahasa Turki berarti Gerbang Meriam. Kompleks Istana Topkapi ini tercatat pernah mengalami renovasi sebanyak dua kali, yakni setelah gempa bumi 1509 dan kebakaran tahun 1665. Sebanyak 24 Sultan Turki Utsmaniyah pernah mendiami istana itu. Saat ini, Istana Topkapi telah beralih fungsi. Bangunan megah itu telah diubah menjadi sebuah museum.
Banyak benda peninggalan kejayaan kesultanan Utsmaniyah yang tersimpan di sana. Tapi mungkin yang paling menarik bagi umat Islam adalah benda-benda peninggalan milik Nabi Muhammad Saw yang tersimpan di Paviliun Relikui Suci.
Istana Topkapi adalah istana di Istanbul, Turki, yang merupakan kediaman resmi kesultanan Utsmaniyah atau dikenal juga dengan sebutan kekaisaran Turki Ottoman selama lebih dari 400 tahun (1465-1856). Pembangunan Istana Topkapi ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II. Kompleks Istana Topkapi terdiri dari empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil. Pada puncaknya, istana ini dihuni oleh 4.000 orang.
Berdiri di tanah seluas sekitar 592.600 – 700.000 m² dan dikelilingi tembok sepanjang 5 kilometer, Istana Topkapi merupakan rumah bagi para Sultan Utsmaniyah selama 4 abad. Dimulai dengan Sultan Mehmed II yang menaklukkan Istanbul dari kekuasaan Kekaisaran Roma pada tahun 1453. Instruksi pertamanya adalah membangun sebuah istana sebagai pusat dari kesultanan Utsmaniyah.
Mulai saat itulah Istana Topkapi dibangun dan terus mengalami perubahan dari masa ke masa hingga pemerintahan Sultan Abd-ul-Mejid I yang meninggalkan Istana Topkapi untuk tinggal di istananya yang baru di Istana Dolmabahce Bosphorus, sehingga Istana Topkapi menjadi terlantar. Istana Topkapi baru kembali dilirik pada tahun 1923, ketika dilakukan renovasi besar-besaran oleh pemerintah Turki yang mengubah istana menjadi museum yang banyak dikunjungi hingga kini.
Memasuki gerbang Istana Topkappi view menarik telah terlihat. Kami masuk menggunakan tiket dan pengunjung harus antri melalui mesin x-ray untuk tas dan barang yang dibawa juga melalui pintu scanner. Melewati antrian yang cukup padat. Akhirnya keluar dari seluruh pemeriksaan. Hmmm lega. Jeli sekali mataku memandang area sekitar. Pohon-pohon kering yang berderet sepanjang jalan menuju Istana juga bangku-bangku taman yang disusun begitu artistik sungguh menjadi suatu view yang luar biasa indah. Cuaca yang cukup dingin ditengah terik matahari terasa redup dan sejuk di area ini. Aku sudah tidak lagi mematuhi teriakan Cansu dan juga mbak Iin sepertinya bosan untuk nungguin aku. Bersyukur sekali dalam perjalanan ini ketemu Edo yang sabar bener mengikuti maunya aku. Jadi kami sepasang yang sudah ditinggalkan rombongan. Tujuannya cuma agar bisa foto.
Setelah melewati gerbang pemeriksaan, terlihat pengunjung sangat padat |
Rombongan kami terlihat sudah jauh didepan |
Setelah masuk dari gerbang utama kami berhadapan dengan halaman dengan pohon-pohon yang kering. Dan ini merupakan halaman ke dua, dengan deretan bangunan dapur pada salah satu sisinya. Ketika kami berkunjung, untuk bagian dapur istana ditutup untuk umum. Sementara di seberangnya adalah bangunan tempat menyimpan senjata.
Setelah itu, kami memasuki gerbang lagi menuju halaman ke tiga, area ini merupakan bangunan-bangunan utama istana. Di dekat sebuah pohon yang berlubang di bagian tengahnya (pohon ini mungkin sudah berusia ratusan tahun), ada dua gedung penting yang berada dikiri kanan kami. Disebelah kanan adalah museum penyimpanan harta. Sedangkan sebelah kiri adalah museum tempat menyimpan benda-benda peninggalan jaman Rasulullah SAW. Cansu mempersilakan kepada kami untuk memilih tempat yang kami minati. Jam 3.30 harus sudah kumpul kembali ditempat ini. Haaaaaa...aku langsung berteriak, bayangin aja saat itu sudah jam 3.05 dan dari kejauhan terlihat antrian sangaaatttt panjang di gedung tempat penyimpanan peninggalan Rasulullah SAW juga tempat penyimpanan harta & perhiasan. Bagaimana cukup waktu itu. Aku yang berani tawar menawar dengan Cansu dengan alasan yang masuk akal yang terpampang nyata pastinya. "Tuh lihat antrian panjang !", ujarku mendebat. Akhirnya Cansu sepakat dengan negoisasiku, jam 4.00 kami sudah harus kumpul lagi ditempat tersebut.
Karena pengunjung cukup banyak, dan antrian cukup panjang sebagian besar dari kami memilih hanya memasuki museum peninggalan Rasulullah SAW. Antrian sangat panjang telah menanti untuk memasuki bangunan ini. Dengan sabar akhirnya aku bisa masuk juga. Pada bangunan tempat menyimpan Sacred Relics yaitu merupakan barang-barang peninggalan Rasullulah SAW antara lain adalah jubah atau mantel, helai rambut jenggotnya, pedang dan jejak telapak kaki Rasulullah yang dipahat di batu pada tempat berkaca. Selain itu juga ada pedang nabi Daud dan pedang para sahabat (Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, dan Ustman bin Affan) dan baju-baju kekhalifahan, kunci Ka’bah dll.
Di ruang ini terdengar lantunan ayat suci Al Qur’an dan pengunjung cukup ramai, sehingga tidak bisa berlama-lama, tapi aku cukup lama mengamati jubah Rasulullah. Berada di ruang ini ada perasaan lain yang menyelinap, rasa keharuan yang sedikit membuat kita berhenti sejenak. Sayang sekali di ruang ini dilarang mengambil gambarnya. Memori selama berada di ruang ini hanya akan tersimpan selamanya di hati
Setelah itu, kami menuju bangunan yang nampaknya tempat pribadi Sultan dan keluarganya yang terdiri dari beberapa pavilion, kiosk, taman dan teras. Ada yang disebut dengan Circumsicion room, Yerevan kiosk, Baghdad kiosk, Iftar kiosk dan Terrace kiosk. Dari salah satu bangunan ini tampak pemandangan laut yang indah dengan air lautnya yang begitu biru.
Pemandangan selat Bosphorus dengan kapal-kapalnya, dan bangunan yang tampak kecil di punggung bukit. Serta jembatan di kejauhan. Di area ini ada beberapa bangunan yang semua menarik. Bangunan tersebut dihiasi keramik iznik pada dinding dan juga ornament keemasan pada beberapa gerbang dan pilarnya. Ada juga yang dulunya kolam. Pemandangan dari area ini sangat bagus, terutama sebagai obyek untuk berfoto-foto.
Pertama kali tiba disini agak nelangsa juga pengen foto tetapi Uni Yulimar pegang camera aja gak bisa dan memang gak mau motoin. Nekad juga aku beberapa kali meminta tolong turis yang masih ABG dari Jepang dan Korea. Bagus sih hasil fotonya tapi begitu selesai foto kan mereka langsung pergi. Hiks...hiks... Ditengah kegalauan tiba-tiba Edo muncul... Ahaaaaa setengah berteriak aku memanggil Edo. Senangnya! Jadilah kita kembali seia sekata menentukan view dan angle. Lumayan puas juga. Di tengah perjalanan menuju exit aku dan Edo tetep ngambilin view di tempat yang bagus.
Foto ini diambil oleh seorang turis asal Jepang, bagus juga |
Foto pertama yang diambil Edo setelah ketemu dia lagi. Yeaayyy good! |
Tapi sayang ya meski viewnya bagus aku kurang suka dengan hasil foto-foto disini. Alasannya adalah outfitku kurang pas. Dress hitam dengan blazer wool tebal membuat penampilanku gak banget dah. Kelihatan gemuk dan kurang cling. Terlebih lagi jilbabku yang berceceran kesana-sini. Demi untuk charming aku ngebela-belai mampir ke toilet dulu dibawa tanah, untungnya toilet ini tidak banyak diketahui orang jadi agak sepi, tidak seperti toilet yang tadi di gerbang masuk. Agak lama aku membetulkan jilbabku. Karena sepi jadi gak ketahuan deh aku bukan cuma buang air kecil (mereka masih menati dengan setia) padahal aku agak lama ngebetulin jilbabnya karena penitinya kemakan dijilbab sulit dilepasin. Haduhhhh...
Disebaliknya gedung tadi |
Depan gerbang Istana menuju jalan keluar, dalam keadaan jilbab sudah rapih setelah dibetulin di WC |
Bangku-bangku taman disepanjang jalan keluar merupakan view yang menarik buatku |
Berdasar pengalaman teman-teman yang pernah kesini untuk menjelajah istana Topkapi ini kira-kira perlu waktu minimal 2 jam, sekalian dengan berfoto-foto dan sesekali istirahat dan antri tentu bisa sampai 3 jam lebih (Amazing kan? Karena kami hanya disediakan waktu sekitar 1 jam kurang 5 menit, bayangkan betapa kuciwanya aku dengan schedule ini. Harusnya tadi gak usahlah ke Kincilar, gak penting amat kok!) Setelah berkunjung ke Topkapi, ada perasaan yang begitu berkesan di dalam hati. Betapa peradaban dan peninggalan kekhalifahan Turki Ustmani begitu luar biasa. Arsitektur bangunan yang begitu cantik (termasuk Hagia Sophia dan Blue Mosque), peralatan perangnya hebat dengan baju-baju besi dan pedang-pedangnya yang berukir dan berhias batu-batuan, baju-baju Sultan yang begitu tebal dan wah, perhiasan-perhiasan yang begitu menakjubkan dengan berbagai batu-batu permata yang entah berapa nilainya, semua terkesan mewah, elegan dan berkelas. Sungguh suatu kejayaan peradaban masa lalu yang begitu mengagumkan.
GRAND BAZAAR
Gara-gara mau ke tempat inilah semua moment indah di tempat sejarah tadi kurang bisa dinikmati. Hmmm...aku gak merasa penting ke tempat ini karena aku paling gak suka belanja dan masuk pasar, tetapi toh ada teman group yang suka cita ke tempat ini jadi mesti sabar ya Esi...ini schedule.
Grand Bazaar atau Kapali Carsi adalah salah satu pasar tertua di dunia. Pasar ini dibangun pada tahun 1455 oleh Sultan Mehmed II tak lama setelah Penaklukan Constantinople. Pasaryang menempati area seluas 30.500 meter persegi terdiri dari 61 gang ini menampung sekitar 3 ribu toko dengan barang dagangan yang beragam.
Grand Bazaar pasar terbesar di Istanbul dengan jaket, tas kulit, hiasan antik bersepuh emas serta permata, pot bunga berukir indah, serta aneka karpet. Kios-kios yang ada di dalamnya tertata rapi. Barang dagangan yang serupa dikelompokan dalam blok yang sama. Dengan begitu, pengunjung bisa dengan mudah mencari barang yang dibutuhkannya. Sampai saat ini diperkirakan banyaknya orang yang berkunjung ke pasar ini sekitar setengah juta pengunjung per hari.
Karena sebelum melakukan travelling ini aku telah berbekal banyak informasi mengenai lokasi yang aku tuju, terutama Grand Bazaar, jadi aku hanya mencocokan. Hmmmm...agak melenceng dari imajinasiku.
Sebelum turun dari bis Cansu telah menjelaskan tips-tips berbelanja, jam berapa harus berkumpul kembali. Dan untuk peserta yang ingin membeli jilbab dia akan mengantarkan ke toko milik temannya. Cansu menjamin kualitas dan harga barang yang dijual di toko temannya tersebut (dan memang bener). Cansu secara terus terang juga menyatakan bahwa barang yang dijual di Grand Bazaar ini sebagian besar buatan China.Kami juga diperingatkan untuk tidak melakukan pembayaran menggunakan credit card, karena kejahatan dengan credit card ini selalu terjadi, pernah salah seorang wisatawan komplain setelah beberapa tahun berselang ada penarikan dana dari toko tempatnya pernah berbelanja di Turki. Bagus juga Cansu ini ya...
Setelah mendrop kami Cansu segera menghilang. Kami mulai sibuk menawar square jilbab dengan ukuran yang lebar dan material mirip yangdengan yang pernah kubeli di Kivitz. Setengah ngotot akhirnya penjual tersebut mau juga menurunkan harga dari 50 lyra menjadi 30 lyra. Aku masih mengkonversi ke rupiah. Ahhh...mahal bila dibandingkan dengan Kivitz yang kualitasnya mirip. Tapi seperti kebiasaanku tetep harus beli meski cuma 1 buat tanda mata pernah ke Grand Bazaar.
Keluar dari toko pashmina tersebut aku masih menemani yuk Galuh dan uni Elly mencari piring keramik seperti yang kubeli di Silk Market. Ternyata harga yang ditawarkan jauh sangat lebih mahal. Ketika aku mencoba meraba piring, ternyata memang kualitasnya beda. Kalau produk yang dijual di Silk Market ketika diraba, terasa bergerenjul (motifnya timbul) tetapi yang dijual di Grand Bazaar tidak meskipun motif ukirannya mirip. Artinya apa yang dikatakan Cansu saat di Silk Market dan tadi sebelum turun adalah benar.
Karena sudah ada patokan harga saat aku membeli di Silk Market kami mencoba menawar dengan harga yang sama. Dari beberapa toko menolak. Akhirnya ada 1 toko juga yang memberi seharga itu. Hmmm...aku senang dan gak nyesel.
Keluar dari toko keramik tersebut kami berpisah dengan rombongan karena tujuan belanja berbeda. Aku dan uni Elly segera mencari toko yang menjual sajadah, ketemu. Ada satu sajadah yang menarik perhatianku dari seluruh produk yang ditawarkan, lumayanlah aku suka, meski gak bagus-bagus amat. Sajadah tersebut ditawarkan 500 lyra, waduhhhh...mahalnya! Secara iseng aku menawar 100 lyra. Disinilah ada peristiwa yang sulit dilupakan yang membuat aku deg-deg an.
Laki-laki tersebut mempersilahkan kami masuk toko dan duduk. Aku setengah kaget ketika dia mengunci pintu toko dan menghidupkan AC, sedangkan bila berada didalam toko pengunjung diluar sama sekali tidak dapat melihat kedalam karena dinding kaca dipenuhi oleh deretan karpet yang didisplay. Dan lebih kaget lagi ketika menyaksikan dia berjongkok didepanku dan merayu. Sambil berlutut dia menyerahkan sajadah (yang tadi sempat kutanyakan harganya 1000 lyra) sebagai mahar dan katanya dia ingin aku jadi isterinya. Waduhhhh......drama banget nih orang! Latihan casting ya orang ini ??? Tapi mau gak mau berdegap degup jantungku menyaksikan apa yang dilakukan pemilik toko tersebut, yah takutlah aku kalau tiba-tiba dia berbuat gak senonoh, meskipun aku tidak sendiri karena ada uni Elly disebelahku (parahnya ketika sudah keluar aku bercerita bahwa aku gemetar, seenaknya aja uni Elly bilang kenapa? Haaaaaa....rupanya uni gak ngerti apa yang telah terjadi tadi didalam alasannya gak ngerti dia omong apa? Astaghfirullah...jadi segitunya aku gemetar uni gak nyambung sama sekali! Alah..alah....!). Ganteng sih, masih lebih muda dibanding aku sih sepertinya. Aku memasang muka jutek .Akhirnya setelah segala macam akting yang dilakukannya, aku menyelesaikan tawar menawar tersebut. 100 lyra. Setelah membayar dan menerima sajadah aku langsung pergi. Ngacirrr! Ampun dah...!
Aku sudah tidak berselera lagi belanja, karena kepalaku agak sedikit pusing, pandangan berkunang. Aku hampir pingsan. Kelaparan judulnya, yah asupan sedikit yang kumakan saat sarapan sudah dikeluarkan saat muntah di Kincilar. Dan makan siang tadi aku nyaris gak makan apa-apa. Tapi aku masih setia menemani uni Elly yang semangat belanja (tapi gak ngerti juga dia tuh mau belanja apa, mter-muter tapi gak ada yang didapet), bahkan saat dia belanja aku menunggu sambil duduk di kursi yang aku pinjam dari pedagang.
Terakhir saat aku menolong uni Elly menjadi jubir untuk menawar harga 1 set sarung bantal kursi, aku jadi ikut tertarik karena kulihat bagus. Aku membeli 1 set sarung bantal yang berwarna putih. Karena sudah tidak tahan lagi karena didalam Grand Bazzar aku merasa pengap kami keluar dan menumpang duduk disebuah cafe didekat tempat yang dijanjikan kami harus berkumpul. Tak lama kemudian terlihat Aldi juga muncul. Dengan bangga kami berkata “Eh kita yang duluan ngumpul”. Kami tetep nunggu sambil bercerita dan sedikit foto-foto. Lagi asyik ngobrol tiba-tiba Yusuf pemilik travel Arofah menemui, ternyata kami sudah ditunggu rombongan didalam bus di depan gerbang masuk sudah cukup lama. Aduhhh...GR. Tapi siapa yang salah, tadi kan janji kumpul di gerbang masuk jam 17.30 dan kita gak telat kok!
Lihat desain "attic" di Grand Bazar klasik sekali. Aku suka! |
Lemes, pusing dan berkunang-kunang terpaksa duduk sembari nunggu rombongan |
Setelah dari Grand Bazaar kami masih mampir ke toko perhiasan terkenal, tapi sampe sana seluruh peserta bener-bener cuma lihat-lihat doang. Yah...gak mungkin juga. Aku sempat naksir sebuah cincin blue saphire ketika ditanya harganya 3890 lyra. Ahhhhhh....25 juta???? Itupun sudah didiskon 50% loh. Ohhhh...tidak!
Keluar dari toko tersebut traffic jam yang cukup parah menyambut. Maceetttt... jalan bis hanya setapak demi setapak. Bahkan terjadi insiden sedikit dimana bis kita ditabrak sedan. Agak sedikit ribut. Karena jalan bis dut-dut an membuat penumpang agak puyeng. Akupun sudah merasa pusing dan mual. Berbagai cara aku lakukan agar gak muntah, makan permen, menciumi fresh care dan paramex untuk obat sakit kepalanya. Tiba-tiba yuk Galuh dan ibu Mariyati muntah karena mabuk. Duh...aku yang dari tadi nahan agar gak muntah jadi terpengaruh. Ikut oek-oek tapi bersyukurlah aku masih bisa menahan tidak muntah.
Sambil ngedumel yuk Galuh bilang “mano dak makan sudah berapo hari , mobilnyo dut-dutan pulo". Hmmmmm... senasib nih. Dan berita gembiranya adalah makan malamnya kita dikasih bonus boleh makan masakan Indonesia yaitu di Warung Nusantara kemaren. Horeeeee....! Betapa lahapnya aku makan meski lauk yang disajikan sangat sederhana bakwan dan tempe plus sambal terasi. Sikkkaaaattt.. deh. Belum merasa puas aku nambah menu yaitu bakso daging tanpa mie, meski harganya 50 ribu per porsi. Senangnya...Indonesia is the best!
Akhirnya kita pulang ke hotel. Dan ini adalah wisata terakhir kita di Turki, karena besok jam 8 kita harus sudah check out dari hotel dan harus terbang ke Madinah untuk perjalanan suci kita yaitu Umroh. Alhamdulillah ya Rabb. Aku telah menjejakkan kaki ke Turki. Menyaksikan negeri yang indah bak negeri bidadari, udaranya sejuk. Dan mau lagi deh kalau ada yang ajak ke Turki lagi, ingin mengulangi tempat-tempat yang aku belum ngerasa puas juga bagian lain yang belum kukunjungi seperti Cappocadia, Uludag dsb. Insya Allah. Bermimpilah...maka kekuatan akan terus mendorong untuk mewujudkan mimpi tersebut. Yuk...ahhhh.
1 comment:
Great review... I like your post
Post a Comment