Sabtu, 27 February 2016
Bangun tidur pagi ini tubuh terasa segar, karena kemarin adalah perjalanan sangat melelahkan. Sejak keberangkatan dari Palembang kami belum merasakan istirahat yang layak. Begitu tiba bandara Ataturk kita sudah langsung melakukan rangkaian kunjungan yang lumayan banyak dan melelahkan. Ada cerita lucu nih tentang semalam.
Menjelang tidur suhu ruang terasa sangat panas, aku berinisiatif menurunkan temperatur AC sampai ke 10 derajat. Tetapi semakin malam semakin terasa panas serasa dipanggang, instink ku langsung jalan. Jangan-jangan panel kontrol didinding ini bukanlah AC melainkan heater. Kulirik mbak Diba sudah tidur nyenyak, tak ada teman diskusi tentang ini. Akhirnya aku menekan OFF untuk panel kontrol tersebut. Hmmm... benar saja sudah tidak panas lagi. Tetapi suasananya tetap aja pengap, bahkan bangun pagi dasterku basah kuyup. Hmmm...anehnya dinegeri dingin seperti ini aku kok basah berkeringat.
Pas sarapan ketika saling bertukar cerita ternyata semuanya mengalami hal yang sama. Mbak Nuke bilang kalau mau gak pengap jendelanya dibuka. Oh..begitu... Aku mikir tetapi ogah ah ... karena kalau kena angin aku malah masuk angin, siapa yang mau kerokin?
Selesai sarapan kita berkemas untuk melakukan trip hari ke-3. Semua koper dibawa karena kita akan pindah kota lagi. Kudengar berita kita akan ganti bis yang lebih besar lagi sebagai kompensasi pihak travel karena kesalahan memberikan hotel semalam. Holiday Inn hotel sebenarnya bukan jatah kita. Salah hotel...katanya. Kami bingung salah hotel? Rasanya hotelnya cukup baik kok!
Dan berita gembiranya lagi bahwa hari ini kita tidak akan pergi ke Troya City, karena atas permintaan sebagian peserta tempat tersebut di “change”, kita akan melihat salju ke Uludag. Yeayyyy..... betapa senang rasa hati. Terus terang aku agak kecewa melihat fix itinerary yang dikirim oleh mbak Iin via email. Tidak ada schedule ke Uludag padahal pada rencana itinerary awal ada. Dan ternyata keberuntungan berpihak kepada kita. Sippplah....!
ULU CAMII
Bursa, kota yang terletak di sebelah barat Turki ini adalah kota keempat
terbesar setelah Istanbul, Ankara, dan Izmir. Sebagai salah satu kota terbesar
di Turki tentulah ia memiliki banyak pesona yang tidak bisa diabaikan oleh para
wisatawan asing. Ibu kota Ottoman pertama di Turki ini memiliki kekayaan alam
yang sangat indah. Kota ini dijuluki sebagai “Yesil Bursa” yang berarti Bursa
yang hijau. Julukan yang tak berlebihan karena di sini banyak terdapat kebun
dan taman. Bahkan Bursa termasuk kota yang menghasilkan buah terbanyak di
Turki.
Selain dari panorama kotanya yang indah, Bursa juga sangat layak dijadikan
objek wisata sejarah sebab di kota ini sangat kaya akan monumen keagamaan.
Salah satunya Ulu Camii. Ulu Camii adalah salah satu masjid terbesar dan
bersejarah di Bursa. Masjid ini dibangun pada masa Ottoman yang disultani oleh
Sultan Beyazid I pada tahun 1396. Ulu bermakna tinggi, camii berarti masjid.
Ulu Camii dibangun atas perintah Sultan Yildirim
Bayezid (Bayezid I). Sang Sultan pernah bersumpah, jika memenangkan Perang
Nicopolis melawan pasukan Raja Sigismund dari Hungaria, akan membangun 20
masjid. Setelah kemenangan dicapai pada tahun 1396, para penasihatnya
menyarankan untuk membangun satu masjid besar saja. Namun dengan 20 kubah sama
besar. Tak ada kubah terbesar seperti masjid-masjid Turki masa setelahnya. Dua
belas pilar kuat berbentuk segi empat dan dihubungkan dengan lengkungan runcing
mengingatkan akan warisan arsitektur Selcuk Ari Neccar mendesain dan membangun
masjid ini mulai tahun 1396. Selesai sekitar pada tahun 1399.
Masjid ini terletak di jantung kota Bursa,
sekitar 100 km sebelah selatan Istanbul. Di sekitarnya adalah pertokoan dan keramaian. Dari luar Ulu Camii
terlihat seperti konstruksi batu berbentuk persegi dan berwarna terang.
Sebagian dindingnya tertutup keramik. Bagian luarnya punya pahatan lengkung dan
punya jendela-jendela kecil. Ia dilengkapi dua menara. Pelatarannya sangat
luas. Memiliki deretan tempat wudu bertempat duduk dari batu rendah. Sering
digunakan orang untuk sekadar duduk-duduk.
Jika bagian luar terlihat sederhana, interiornya
sebaliknya. Luar biasa! Pintu masuknya ada tiga. Salah satu menghadap bazaar,
satu lagi ke arah pelataran dan taman kota. Masing-masing terbuat dari kayu dan
kaca. Para pengunjung yang masuk harus membuka sepatu di depan pintu dan
membawanya masuk ke dalam. Sepatu diletakkan di dalam rak-rak sepatu yang
tersebar di bagian dalam masjid. Atau memasukkan dalam tas plastik. Masjid ini
terdiri dari satu lantai.
|
Area pintu masuk, lihatlah kaligrafinya cantik sekali |
|
Tulisan kaligrafi pada dinding masjid menjadi hiasan interior yang indah |
Mihrabnya konon salah satu yang terindah di
dunia. Warna keemasan mendominasi, di bawah kaligrafi lengkung dipahat
mengikuti lengkungan tersebut. Dihiasi lukisan seperti batik dan kaligrafi baik
bagian samping dan atasnya. Pahatan kayu coklat tua mimbarnya pun tak bisa
dibilang biasa. Penuh pahatan halus bagai ukir-ukiran. Sekelilingnya dibatasi
oleh kaca tinggi.
|
Peringatan untuk tidak melewati batas pagar kayu |
|
Pahatan kayu coklat tua mimbarnya pun tak bisa
dibilang biasa. Penuh pahatan halus bagai ukir-ukiran. Sekelilingnya dibatasi
oleh kaca tinggi. |
Di tembok sebelah barat, bisa kita temukan sebuah
pigura panjang. Dengan kaligrafi dari Quran surah Ali Imraan : 159. Sedangkan
di atas pintu sebelah barat terpampang Surah Al- Buruuj : 20. Di daerah
sembahyang para wanita, empat huruf wau besar saling membelit. Simbol dari umat
yang melingkupi Rasulullah SAW. Sebuah kaligrafi berbentuk bunga, semua diawali
dengan huruf wau, adalah tulisan indah S
Satu lagi keistimewaan Ulu Camii adalah seni
kaligrafi yang menghiasi interior. Hampir keseluruhan dinding dan pilar jamik
dipenuhi lukisan kaligrafi. Ada 192 karya para seniman Turki Utsmani terkenal
di zaman tersebut. Menjadikannya sebagai salah satu contoh kaligrafi terbaik di
dunia. Selain kaligrafi sebagian tembok tertutup lukisan unik. Di sekitar satu
pintu masuk misalnya. Berlukis lipatan gorden di sekelilingnya.
Sementara kaligrafinya ada yang berada dalam
dipigura. Atau dilukis dengan warna hitam di permukaan dinding. Pilar sebelah
kanan atas menggambarkan sebuah kaligrafi awal Ayat Kursi. Ayat ini kemudian
dilanjutkan ke pilar sebelah kiri, mengelilingi tempat wudu di tengah masjid,
lalu berakhir di tempat salat wanita. Demikian pula dengan kaligrafi Surah
Al-Fatihah, dimulai dari pilar yang sama hingga kelima.
|
Kaligrafi yang tertulis dalam sebuah pigura |
Masuk ke dalam masjid, pandangan mataku
segera tertuju ke bagian tengah masjid. Sebuah
ruangan rendah berpagar kayu rendah dengan kolam air dan air muncrat di tengah.
Terbuat dari keramik. Ini adalah tempat wudu. Karena terbuka, hanya para pria
menggunakannya.
|
Kolam dan air macur ditengah masjid berfungsi sebagai tempat wudhu pria |
|
Kubah masjid yang terbuat dari kaca berfungsi sebagi jendela sehingga cahaya matahari dapat masuk guna menerangi bagian dalam masjid |
Kubah di atasnya berfungsi ganda sebagai jendela. Memberi cahaya ke dalam ruangan masjid seluas sekira 5000 meter persegi ini. Jika panas, jendela bisa dibuka. Udara masuk dan air akan menyejukkan suasana di dalam. Menciptakan harmoni dalam masjid. Tak heran suasana nyaman akan sangat terasa di sini. Apalagi dengan karpet tebal berwarna dominan merah.
|
Karpet merah yang mendominasi dalam masjid |
Bersyukur sekali aku dapat melaksanakan sholat tahyatul
masjid dan dhuha di masjid ini.
|
Tampak luasr masjid sangat sederhana, dikejauhan terlihat deretan bangku batu yang berfungsi sebagai tempat wudhu wanita |
|
Dinding bagian luar yang terbuat marmer , tabir hijau itu adalah pintu masuk masjid |
|
Hujan yang cukup lebat menemani kami yang terus berusaha mengambil foto disisi bagian luar |
Segera setelah sholat kami mengambil beberapa
posisi dalam masjid untuk diabadikan sebagai kenangan. Hujan yang turun cukup
deras membatasi kami untuk dapat berpuas-puas mengabadikan bagian luar masjid .
Tapi kesan megah dan menakjubkan aku simpan dalam hati.
ULUDAG
Schedule ke-2 untuk hari ke-3 adalah melihat salju di Uludag. Puncak bukit
Uludag bisa dijangkau menggunakan kereta gantung (cable car). Tiket untuk kereta
gantung seharga 35 TL perorang.
Menurut
cerita dari teman-teman yang pernah kesini dari ketinggian kereta gantung, yang
membawa kita naik dan turun bukit salju Ulugadag kita dapat merasakan sensasi
keindahan hamparan salju putih yang mempesona. Selain putihnya salju yang membungkus dahan-dahan hutan cemara yang
sangat luas itu, kita juga dapat menyaksikan sekawanan serigala yang hanya bisa
berjalan perlahan di atas timbunan salju yang sangat tebal dan dingin itu.
Sepertinya mereka tengah berusaha mencari kehangatan bersama, sembari mencari
hewan buruan yang mungkin saja lewat untuk makanan mereka di musim dingin.
|
Loket pembelian tiket cable car |
Tetapi keberuntungan tidak berpihak pada kami. Semua cerita itu “zonk”,
karena hujan yang turun lumayan lebat menyebabkan kaca kereta gantung berembun
dan tidak bisa melihat pemandangan luar sama sekali. Jadilah kita seperti
manusia yang disimpan dalam lemari es. Hiks...! aku sempat mikir kenapa gak
dipasang whipper aja ya, supaya embun yang menempel dikaca bisa disapu habis
supaya kita bisa melihat pemandangan luar. Ahhaaaa.... ide menarik :D.
Sesampai di puncak bukit salju Uludag, aku terpana melihat hamparan putih
bersih seluas mata memandang. Udara sangat dingin yang menyergap tidak aku
rasakan sama sekali saking “exited”nya. Jelas ini sesuatu yang amazing bagi kami
yang hidup di negara 2 musim belum pernah melihat dan merasakan pemandangan
ini. Kulihat anggota rombonganpun sangat antusias dan berteriak senang. Tak ayal lagi, berbagai pose foto bersama dan
“selfi” pun kami lakukan, seolah tak pernah puas melakukannya “ritual” itu
secara bergantian.
Kami naik tidak terlalu
tinggi (= Bukannya kami sih! Tepatnya aku! Kalau mau jujur sebenarnya Sapta
dan Kotada ingin naik lebih tinggi lagi. Tapi kularang) . Lebih takjub lagi tak lama kemudian hujan salju turun. Bulir-bulir
putih seperti kapas yang luruh kebumi satu persatu merupakan pemandangan yang
indah sekali (secara aku seorang pengarang ingin rasanya segera menciptakan
puisi cinta atau prosa cinta yang terkait dengan putihnya salju. Ahaaaa...!).
Meski dalam diam aku bertasbih dan berdzikir dalam hati. Subhanallah,
Alhamdulillah, Allahu Akbar, Masha Allah.
|
Kotada sedang asyik menikmati hasil fotonya |
|
Lihat bulir-bulir putih yang luruh ke bumi itu. Hujan salju. Maa shaa Allah indahnya...! |
|
Nempel terus sama Kotada atau Sapta karena 2 alasan , takut licinnya salju dan juga mencari kehangatan |
Tadinya Sapta dan Kotada ingin mencoba belajar main ski. Mereka sudah tanya
harga sewa peralatan adalah seharga 50 TL perjam, sudah mau oke. Tapi mbak Evi
bilang kita tidak akan terlalu lama disini paling lama 30 menit. Hmmmm...jadi
batal deh. Tapi tak apalah merasakan sensasi salju secara nyata merupakan pengalaman
berkesan yang luar biasa (padahal biasanya cuma dapat dilihat dari drama Korea
atau Turki).
Karena suka cita aku tidak merasakan sebenarnya cuaca dan udara sekitar
sangat dingin. Sapta dan Kota saja sampai menggigil. Aku tidak merasakan
menggigil sama sekali. Tetapi tak lama setelah itu kakiku sedikit kraammm.
Dingin menusuk tulang kaki, meskipun sepatu bootku dari kulit asli dan kaos
kakinya cukup tebal. Aku terdiam sesaat tanpa mengeluh, tanpa berteriak takutnya
Sapta dan Kotada merasa khawatir. Setelah kakiku sudah bisa digerakkan aku
mengajak mereka segera turun, kebetulan pula Ramazan sudah mengisyaratkan
turun. Kami turun. Kasian juga kedua anak-anak belum merasa puas berada disini.
Ya sudahlah...mungkin lain kali kita bisa kembali lagi ketempat ini sayang....!
Sampai dibawah beberapa ibu-ibu peserta juga sudah menunggu. Seperti biasa
bu Andi Sukma sangat sibuk meminta tolong untuk difoto. Aku hanya menepi
dipinggir jalan karena takut terserempet beberapa mobil melintas dengan kecepatan yang
lumayan tinggi. Asyik menunggu..tiba-tiba ada 2 orang pemuda Turki yang lewat
menyapa. Aku sedikit bisa menjawab sapaan kecil (efek suka nonton drama Turki)
tapi selebihnya bahasa isyarat karena mereka tak bisa bahasa Inggris. Begitu
mereka ingin foto bersama gubrak...bu Andi berteriak-teriak ingin ikut!
Hayoooo....! Kami harus menunggu lumayan lama untuk meninggalkan tempat ini
karena mbak Evi belum muncul, masih menunggu hasil cetak foto yang diambil oleh
fotograper bayaran.
|
2 pemuda Turki yang ramah menyapa ketika aku menepi di pinggir jalan |
YESIL CAMII (GREEN MOSQUE)
Yesil Camii dibangun pada 1421 oleh Sultan Mehmed I, yang telah bersatu kembali Kekaisaran Ottoman setelah perang sipil sebelas tahun. Yesil Camii (= Green Mosque) adalah salah satu masjid unik. Yesil Camii didominasi oleh warna turquoise yang indah pada ubin nya. Halaman dan area sekitar masjid menyajikan pemandangan yang indah menghadap ke lembah di bawah.
|
Area sekitar Yesil Camii yang teduh |
Tepat di belakang masjid dan lanjut ke atas bukit, adalah Yesil Türbe. Makam segi delapan ini memegang sisa-sisa kejayaan Sultan Mehmed I, dan mungkin bahkan terlihat lebih mencolok daripada masjid itu sendiri.
Berkunjung ke tempat ini aku sudah tidak merasakan begitu exited lagi, tidak seperti perasaanku pertama berkunjung ditempat kesini tahun lalu. Aku hanya berkeliling disekitar halaman tanpa masuk ke dalam masjid karena saat itu masjid penuh dengan jamaah yang melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah. Sebenarnya aku ingin ikut sholat Dzuhur berjamaah, tetapi khawatir waktunya tidak cukup karena pada saat awal Ramazan telah menyebutkan estimasi waktu yang disediakan berkunjung disini.
Perjalanan selanjutnya adalah makan siang disuatu restoran lokal yang menyajikan menu “Grilled meatball. Taste masakan di resto ini sama sekali tidak terasa cocok dilidahku meski sudah kuracik ala-ala aku. Aku hanya menyentuh salad, sepotong daging yang dipaksa masuk perutku dengan dorongan bergelas-gelas air. Untuk antisipasi daya tahan tubuh aku harus meminum 2 sachet milkshake WRP diet. Sipppp....never mind !
Tetapi ada pemandangan yang sangat menarik di resto ini, yaitu melihat sosis segede “gaban” (alias gede banget yang tergantung di etalase resto. Waduh gede amat ! Sholat dzuhur dan Ashar dilakukan di masjid resto dan selanjutnya kita harus road to Kusadasi selama 4 – 5 jam untuk schedule perjalanan esok.
Jam 8 malam lebih kami check in di Suhan 360 hotel, sembari menunggu pembagian kamar kami langsung menuju ruang makan. Ada live musik yang dipentaskan di resto hotel tersebut. Suka sekali sama penyanyi tunggalnya yang membawakan lagu-lagu tempo dulu yang sudah sangat terkenal. Alunan suaranya keren dan bagus sekali. Lucunya lagi ada beberapa peserta yang ingin ikut menyumbangkan suara tetapi sayangnya home singernya gak mengerti dan gak bisa mengiringi. Aku tersenyum...sungguh luar biasa keberanian ibu-ibu ini! Usai makan dan sudah mendapatkan kunci kamar yuk kita istirahat dan mengistirahatkan diri dari perjalanan panjang yang melelahkan (tapi menyenangkan) hari ini supaya besok bisa bugar. Selamat malam kawan!
1 comment:
Aduh...pengen banget ke sini
Post a Comment