Tuesday 19 November 2019

BANYUWANGI TRIP

DICURANGI OLEH TRAVEL WISATA

Hanya karena melihat foto seorang teman yang diposting di akun facebooknya aku jadi "kabita" ke Taman Nasional Baluran. Namun sekalian jalan toh tak hanya ke Baluran aja kan. maka browsinglah aku destinasi wisata terfavorit di Banyuwangi. Dapatlah beberapa destinasi antara lain, Pantai Pulau Merah, Teluk Ijo, Alas Purwo, Djawatan Benculuk. Setelah browsing foto-foto di lokasi wisata itu wah... makin ngebet aja nih buat nge "trip" lagi. 

Aku langsung kontak sang travel mate sejatiku dan semua oke bisa trip bereng. Bahkan ada tambahan anggota lagi yaitu Iyun. Setelah atur schedule yang disetujui oleh semua anggota aku mulai cari travel wisatanya. Aku teringat janji mas Andy (travel wisata yang pernah ngawal kami ke Bromo bulan Februari kemaren) dialah yang dulu menanawarkan untuk ke Pantai Pulau Merah. Aku coba kontak no WAnya. Ketika aku bilang ada rencana mau trip ke Pantai Pulau Merah dan Banyuwangi sekitarnya dia setuju dan menyanggupi. Namun setelah aku mengirimkan beberapa destinasi yang ingin kami kunjungi dia menyatakan tak sanggup karena belum begitu mengenal Banyuwangi. Lagipula jarak tempuh lewat darat Surabaya - Banyuwangi sekitar 7 - 9 jam. 

Sebenarnya aku sudah mulai ragu nih mengetahui jarak dan waktu tempuhnya. Namun entahlah ketika no kontak travel guide/wisata yang direkomendasikan Andy itu menghubungi aku, aku seperti memiliki kekuatan lagi untuk terus merealisasikan rencana ini. Sebenarnya tanda-tanda bakalan ribet sudah ada di awal. 

KEKISRUHAN YANG TERJADI :
1. Sang travel wisata bernama Eddy itu dari awal agak meragukan bahkan seperti seorang penipu. Dimulai dari penawaran harga yang sangat membuat aku kaget. Bayangkan saja satu orang dikasihnya harga 2,85 juta. Waduh....! Tapi tawar menawarpun terjadi, harga terakhir dia buat fix 2,6 juta. Ya sudahlah....! Aku berpikir jangan terlalu pelitlah. Hitung-hitung membantu memberi penghasilan kepada travel wisata. Janjinya harga 2,6 juta itu full service bahkan sampai hotel di Surabaya di saat hari terakhir kepulangan kami. Dengan segala perjanjian, mulai dari dapat breakfast tiap hari, jatah air mineral setiap hari 1 botol. 

Setelah memastikan jadi dengan jumlah peserta 4 orang aku mengontak mas Eddy. beliau segera minta bayar DP sebesar 30% dari total yaitu sebesar Rp. 3juta, dengan alasan untuk booking hotel. Aku selalu jujur dan tak pernah punya prasangka buruk kepada siapapun, jadi akur aja ketika dia minta transfer DP itu. Setelah mentransfer uang 3 juta itu mulailah aku diliputi perasaan ragu dan was was. Karena apa? Mas Eddy itu menjadi sulit dihubungi. Di WA tak dibalas. Bahkan mode chat WA dia dirubah menjadikan orang tak tahu apakah WA itu dibaca atau tidak. Tidak ada centang biru sebagai tanda read sign. 

Berkali-kali aku meminta dikirim ulang itinerary sesuai tanggal schedule kami. Tak ada jawaban atau balasan sama sekali. Bahkan chatku yang mengingatkan agar jangan lupa dengan schedule kami pun tak dijawab. Aku merasa sangat was was jangan jangan aku ditipu. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah bagaimana seandainya nanti kami tak dijemput di Surabaya, sedangkan time arriving sudah sangat malam (22.45). Segala kekalutan itu berkecamuk dalam hatiku. Sama sekali aku tak bercerita pada Atik ataupun Kotada. 

Sampai pada akhirnya dia mengontak juga saat kami menunggu keberangkatan di Bandara SMB 2. Dia memberikan no kontak driver yang akan menjemput. Meski agak kaget kok kami dilemparkan ke orang lain tapi setidaknya membuat aku lega gak akan terlantar di Bandara. 

2. Kekacauan lain terjadi ketika Iyun yang mencla mencle gak pasti. Tadinya mengajak kawannya Reni, yang ujug-ujug batal (untung aku belum bayar dan beli tiket). Berkaca dari seringnya Iyun tak tepat janji, dan berapa kali pula aku suka dibuat kecewa, aku sengaja memperlambat pembelian tiket pesawat. Pengalaman sih dia sering batal berangkat di limit time (saat ke Batam dll). Selama ini yang rugi dia sendiri karena toh dia yang bayar tiketnya. Namun kali ini biaya tiket dan tour aku semua yang tanggung. Akhirnya seminggu sebelum keberangkatan setelah aku kembali mengultimatum meminta kepastian tak ada yang berubah dan dijawab dengan amat pasti aku langsung booking tiket dari tiket.com. Berasa sudah pasti banget aku juga beli baju seragam. 

Tetapi apa yang aku khawatirkan terjadi juga. Pagi jam 10 aku sudah transter uang untuk beli tiket PP, jam 15.00 tiba-yiba chat WA dari Iyun mengatakan di batal ikut. Ya ...Allah aku lemas dan pengen nangis rasanya. Total uang tiket PP itu 2,7 juta perorang. Hilang percuma. Lemas ..dan kalut. Namun untunglah aku selalu cepat kembalikan segala sesuatunya pada Allah. Qadarullah! Semalaman...aku masih agak galau meski pasrah. 

Pagi hari saat absen di kantor kebetulan berpapasan dengan Rizky di mesin absensi (dia pengguna tetap jasa tiket online). Iseng aku bertanya apakah bisa tiket yang sudah dibeli di refund. Namun aku tak dapat jawaban yang memuaskan. Yahh...sudahlah. Pokoknya hari itu aku kalut dan rieweuh banget. Mana awal bulan kerjaan numpuk, evaluasi bulanan, segala laporan bulanan belum lagi pekerjaan yang ada harus segera diselesaikan sebelum aku tinggalkan untuk cuti. 

Seperti biasa sebelum mulai pekerjaan aku sholat dhuha dulu. Setelah dhuha aku berdo'a agar dibantu jalan keluar dengan kondisi ini. Aku mulai agak tenang, kalau memang rezekiku uang pesawat yang batal itu akan kembali, jika tidak memang sudah harus terjadi. Usai sholat aku iseng coba-coba buka aplikasi tiket.com. Ku buka my Order....dan Alhamdulillah ternyata tiketku bisa direfund meski hanya 70% uang kembali. Alhamdulillah...! 

3. Sampai di Banyuwangi kami di drop di sebuah homestay. Tanpa ada kata-kata apapun. Eddy hanya bilang untuk ke Teluk Ijo tak bisa karena ombak sangat tinggi. Silahkan istirahat bu. Sudah itu saja. Kami mandi bebersih dan mencoba untuk istirahat.... namun tak bisa istirahat. Rasa lapar datang mendera. Kami belum sarapan bahkan minuman mineral hanya sisa dari perjalanan yang kami beli di Indomaret saat istirahat di dalam perjalanan. Aku bangunkan Atik dan Kotada untk cari sarapan. Akhirnya kami keluar dan sarapan seketemunya di rumah makan didekat pantai. Cita rasa masakannya tak begitu enak. Bukan sarapan melainkan makan besar. Iyalah tak ada menu sarapan yang ada menu makan beneran nasi beserta lauk pauk. Apa boleh buat! Kami kan tak tahu lokasi. Dimana warung untuk sarapan Tempat ini asing bagi kami. Jadi sedapatnya saja.

Masih beruntungnya homestay letaknya hanya beberapa meter saja dari pantai Pulau Merah. Habis sarapan kami menghabiskan waktu di pantai. Baru menjelang Dhuhur kami pulang untuk sholat. Sepakat kami akan balik lagi kepantai jam 4 sore setelah tidur siang, mandi dan sholat Ashar.

Sampai sunset selesai kami langsung makan malam di resto pinggir pantai itulah dan menjelang Isya' baru balik ke homestay. Sungguh terlalu seharian itu yang namanya Eddy dan Nanang si driver tidak memunculkan batang hidungnya sama sekali. Saat aku sudah mau tidur tiba-tiba mas Nanang menelpon dan mengatakan bahwa dia sudah ada diruang tamu dan ingin bicara. Aku buru-buru mengenakan jilbab menemui dia. Tahu gak apa yang dia ingin bicarakan??? Dia bilang disuruh Eddy nagih sisa uang bayaran. Aku syok dan sedikit jengkel, tapi apa boleh buat aku bayarkan saja. Katerlaluan orang ini. Menagih bayaran tapi kewajiban belum dijalankan.

4. Kejengkelan lagi saat kami selesai makan malam di Sun Oseng dan kami sudah mau diantar pulang ke hotel oleh mas Nanang, dia menemui aku dan bilang tentang kekurangan biaya karena 1 peserta batal. Maka dia bilang untuk hotel di Surabaya aku harus bayar sendiri. Agak marah sih aku... aku bilang memangnya berapa harga satu kamar hotel di Surabaya? 250 ribu katanya. Meski kesel aku pasang muka judes dan langsung masuk mobil. Aku takut jika aku marah akan keluar kata-kata kasar dari mulut aku untuknya. Sepanjang jalan aku mikir masa iya sih ada harga kamar hotel 250 ribu. Hotel seperti apa? Aku lebih kaget lagi ketika keesokan harinya mas Nanang menjemput kami sendiri, ketika aku tanya mana mas Eddy dia jawab sudah balik ke Banyuwangi semalam. Bener-bener kurang ajar orang ini. Cerita-cerita ternyata hotel di Surabaya ini belum di booking sama sekali dan kami harus cari sendiri. Sampai di Surabaya sudah cukup malam kami masih harus muter-muter cari hotel. Astaghfirullah!

Selama perjalanan travelling aku seumur hidup baru 2 kali aku tertipu akal-akalan pihak travel wisata pertama saat ke Thailand dan ini yang kedua kalinya. Dari segala peristiwa kurang menyenangkan ini aku menjadikannya peringatan dan pelajaran untuk berhati-hati mencari travel wisata atau guide. Sebelum memastikan travel maka negoisasi dan perjanjian harga harus fix. Jangan terlalu baik ke orang lain. Meski mangkel banget aku berusaha mengikhlaskan saja, dengan cara orang ini yang licik dia gak bakal jadi kaya, sedangkan aku meski ditipu tak akan menjadi miskin. Itu saja.
Memunggu boarding di SMB 2 hati yang galau takut tak dijemput di Juanda

No comments: