Friday, 22 November 2019

TAMAN NASIONAL BALURAN

Setelah singgah di pantai Watu Dodol kami melaju kembali ke tujuan paling utama wisata ke Banyuwangi ini. Ribuan kilometer dan bercapek ria sebenarnya hanya untuk mengunjungi destinasi ini yaitu Taman Nasional Baluran alias "Africa Van Java". Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di antara wilayah Wongsorejo, Banyuwangi dan Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia. Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran.

Taman ini sering dijuluki sebagai Africa Van Java atau Little Africa In Jawa karena bentang alamnya mirip dengan Afrika di mana terdapat padang savana luas yang penuh satwa liar. Sejauh mata memandang yang tampak adalah padang tandus, pohon-pohon yang kering dan bebatuan.

Sedangkan satwa liar yang hidup di Taman Nasional Baluran adalah rusa, kerbau, banteng, monyet ekor panjang, dan burung merak. Keberadaan ekosistem savana inilah beserta bentang alamnya yang menjadi ciri khas kawasan konservasi Taman Nasional Baluran, di mana nama dari taman nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di dekatnya, yaitu Gunung Baluran.

Saat mengunjungi Taman Nasional Baluran kita akan melihat sebuah padang savana yang sangat luas dengan berbagai macam hewan liarnya. Keberadaan satwa liar seperti gajah, rusa, kerbau, menjadi ciri khas kawasan konservasi Taman Nasional Baluran. Kalian juga bisa menyelami kesejukan dan keindahan Evergreen Forest yang ada di dalam Taman Nasional Baluran. Di dalam Taman Nasional Baluran ada beberapa destinasi lain yang bisa dikunjungi seperti Gua Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, dan lain-lain. Serunya, kalian juga bisa menikmati keindahan Pantai Bama yang wilayahnya masih masuk dalam Taman Nasional Baluran. Selain dapat menikmati birunya air di Bama, kalian juga bisa menyaksikan keindahan Coral Reef yang tersembunyi

Meskipun lokasi Taman Nasional Baluran berada di pelosok, namun ini adalah best destination dan most visit travel destinasion di Banyuwangi. Beberapa Tumbuhan yang tumbuh di kawasan Taman Nasional Baluran tergolong cukup unik, yaitu mampu bertahan dengan kehijauan–nya meskipun tanahnya sangat kering. Jenis jenis tumbuhan yang dapat di jumpai di taman Baluran antara lain Widoro buko, Mimba, dan Pilang. Tumbuhan tumbuhan jenis tersebut mampu tumbuh bahkan ditempat yang gersang sekalipun.

Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering dikunjungi wisatawan dan masyarakat untuk berbagai keperluan terutama yang dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata antara lain: Gua Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Visitor Centre, Evergreen Forest, Savana Bekol, Savana Semiang, Pantai Bama, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang, Talpat, Kacip, Bilik, Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi Bang. Selain hanya menikmati pemandangan yang ada, wisatawan juga dapat melakukan aktivitas seru sekaligus menantang seperti Hiking, Trecking, Birdcatching, Wildlife Observation.

Mataku berbinar ceria dan rasanya senang sekali ketika mobil kami sudah memasuki area Taman Nasional Baluran ini. Mas Nanang memarkirkan mobil di pelataran parkir untuk beli tiket masuk. Aku gak pula bertanya berapa harga tiket masuknya. Kami langsung masuk. Tegang dan rada horor ketika mobil kami melaju memasuki kawasan hutan yang sepi dengan kondisi pohon-pohon kering meranggas menjulang. Sepi tak terdengar suara apapun. Kamipun diam terpana tak ada yang saling berkomentar atau melontarkan kata-kata. Maashaa Allah luar biasa sangat eksotis hutan ini.

Mungkin hari ini bukan high season ataupun week end maka tak ada pengunjung. Setelah masuk jauh ke dalam kami jumpa dengan sepasang muda-mudi yang mengendari motor berhenti di sisi jalan untuk foto-foto. Rasa seorang pecinta fotografi di kawasan yang antik, eksotis aku sudah berucap "Duh bagus ya kalau foto di sini... boleh gak sih ?". Semua bareng menjawab nanti saja pulangnya. Kita ke Savana Bekol aja dulu... mumpung masih pagi dan matahari belum terlalu terik.

Mas Nanang berhenti di suatu tempat dan menyuruh kami turun. "Ini Savana Bekol. Foto-fotolah sepuasnya bu...". Aku lihat mas Nanang pengalaman dan paham benar tentang destinasi ini. Begitu turun dari mobil aku berteriak kegirangan ketika melihat sebuah pohon jomblo alias pohon yang berdiri sendiri di tengah padang savana yang kering kerontang. Pohon itupun meranggas hanya tersisa ranting-rantingnya. "Ini....dia lokasi foto yang sangat instgramable itu" teriakku. Maka puaslah kami berfoto ria. Tak menghiraukan mukaku memerah terbakar matahari.

Lalu mas Nanang kembali melajukan mobilnya dan mengajak ke tempat-tempat hits yang jadi sasaran bidikan orang-orang seperti yang sering kulihat di medsos. Ayoooo....hajar bleh!. Meski puyeng karena matahari di Banyuwangi ini sangat menyala dan membakar. Hmmmmm.....

Kamipun jalan lagi akhirnya sampailah kami ke pantai Bama dan Mangrove Forrest. Semua indah.... Karena sudah lelah karena melawan terik matahari kami memutuskan menyelesaikan kunjungan di destinasi ini, namun masih ada satu permintaan aku yaitu harus berhenti di tengah hutan yang kering kerontang tempat 2 orang muda mudi yang tadi foto-foto. Itu viewnya bagus tahu! Yang lain bilang oke. Jam sudah menunjukkan hampir tengah hari... keringat mengucur deras, muka merah meronah, haus dan lelah kami meninggalkan destinasi terindah ini.

Meskipun banyak kerieweuhan tentang travel wisata yang gak tanggung jawab, namun aku puas karena destinasi yang kami kunjungi indah-indah... Alhamdulillah ya Allah...!

Best act...and the most best picture I like
Main-main tengah jalan sepi

Pohon Jomblo
Anginnya kencang jilbab sampe terangkat
Rumput jalang yang indah
Lesehan
Kepala kerbau


Kotada dan mas Nanang



Mangrove Forrest



Dermaga mangrove forrest

Pantai Bama
Pantai Bama yang cantik dan tenang
Pantai Bama

Bercanda di tengah hutan

Eksotismenya

 
Mau lari kemana aku...tempat ini meranggas

PANTAI WATU DODOL

Hari ketiga di Banyuwangi, pagi jam 7 setelah sarapan di hotel Slamet, Mas Nanang menjemput kami untuk memulai trip hari ini. Tujuan utama adalan Taman nasional Baluran alias Afrika Van Java. Sekali jalan kami mampir dulu di pantai Watu Dodol.

Pantai Watu Dodol terletak di kawasan pelabuhan Ketapang, tepatnya berada di Jl. Banyuwangi – Situbondo, Ketapang, Kec. Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jarak yang harus ditempuh dari pelabuhan Ketapang ke Watu Dodol kurang lebih 2 km. Sedangkan Jarak yang harus di tempuh dari Banyuwangi Kota ke wisata ini kurang lebih 15 km. 

Karena letaknya di pinggir jalan perlintasan Situbondo – Banyuwangi jadi sangat mudah digapai. Kami sendiri kaget ketika sang driver memberhentikan mobilnya dan menyuruh kami turun. Loh kok berhenti? Kita ke pantai Watu Dodol dulu bu....! Kami akhirnya turun. Suasana masih sangat sepi, hanya ada petugas pembersih taman, mungkin karena ini bukan week end jadi sama sekali tak ada pengunjung selain kami berempat. 

Watu Dodol, salah satu pantai yang menawarkan panorama alam yang menawan. Mengingat lokasinya yang berada di perbatasan antara Situbondo dan Banyuwangi, Pantai Watu Dodol kerap dianggap sebagai gerbang masuk menuju Kabupaten Banyuwangi. Nama Watu Dodol sendiri diambil dari batu karang besar yang berada tepat di pinggir pantai. Batu karang berukuran tinggi sekitar 5 meter tersebut berbentuk panjang menyerupai jajanan tradisional yaitu dodol. 

Karakteristik unik dari Pantai Watu Dodol adalah pantainya yang tidak berpasir, melainkan dipenuhi bebatuan coral dan karang. Meski demikian, air di Pantai Watu Dodol masih sangat jernih dan memiliki panorama pemandangan alam yang sangat menawan. Mengingat ombaknya yang besar, pengunjung Pantai Watu Dodol tidak diperkenankan untuk berenang, namun di pinggir pantai terdapat beberapa kedai yang menjual berbagai kuliner khas pesisir. 

Menariknya, di pantai ini terdapat dekorasi patung penari Gandrung yang berada di atas bangunan. Sambil memegang kipas, penari ini seolah-olah sedang meliuk-liukan badannya memperlihatkan kelihaiannya menari dan memberikan salam selamat datang kepada pengunjung pantai. Pantai Watu Dodol memang kerap disinggahi oleh pengendara yang melintasi kawasan Situbondo – Banyuwangi. Lokasinya yang berada tepat di pinggir jalan menjadi alasan pantai ini kerap dijadikan persinggahan bagi pengunjung yang ingin bersantai sejenak. 

Dari pesisir pantai di seberang kejauhan terlihat pulau Bali. Karena kami sudah puas bahkan sudah kenyang melihat suasana pantai (Bayangkan Agustus lalu kami ke Bangka-Belitung dan semuanya wisata pantai. Lalu kemaren seharian penuh bermain di pantai Pulau merah) jadi kami agak kurang antusias berlama-lama di pantai ini, hanya ambil beberapa foto saja. Alhamdulillah fotonya keren-keren. Siluet dari efek backlight membuat fotonya bagus. Aku suka. 

Morning sunshine yang membuat backlight dan jadi silhuet yang cantik
Sepi

Entrance

Kilau cahaya matahari menimpa air laut...cantik sekali

Airnya terlihat tenang tapi jika ombak datang besarrr...katanya

Pohon nyiur melambai di tepi pantai

Thursday, 21 November 2019

ALAS PURWO

Keluar dari De Djawatan Benculuk kami langsung menuju destinasi berikutnya Taman Nasional Alas Purwo. Informasi destinasi ini aku dapat dari itinerary yang disusun Eddy dan dari browsing di google. Dari informasi yang aku dapat sebenarnya aku agak kurang berkenan mampir disini. Banyak warning-warning yang sangat menyeramkan. Aku takut diantara kami ada salah ucap atau salah tangan, terlebih lagi disaat rencana pertama Iyun mau ikut. Aku tuh khawatir bangettt... karena sifat Iyun kan agak lancang tangannya buat ambil atau petik bunga atau pohon yang terasa asing, indah. Padahal banyak larangan yang harus ditaati yaitu salah satunya tidak boleh memetik atau mengambil apapun yang ada di taman ini. Bicara juga harus dijaga tak boleh asal nyeplos.

Terus keraguan menjadi bertambah-tambah setelah aku sempat mendengar tausiyah dari Syafiq Riza Basalamah tentang harus pandai-pandai memilih destinasi wisata apalagi foto-foto. Beliau mencontohkan berfoto dengan patung. Patung itu melambangkan kesyirikan. Hmmm... bukankah Alas Purwo ini ada lokasi untuk pesugihan. Waduhhhh.... ! Tapi apa boleh buat tak ada destinasi lain, lagipula hanya sambil lewat mampir saja kok. 

Kami sama sekali tak paham dengan destinasi wisata ini, tiba-tiba mobil kami berhenti. Eddy dan mas Nanang bilang ayo bu silahkan foto-foto aja dulu. Aku melihat memang viewnya sangat instagramable, jejeran pohon-pohon menjulang mengingatkan aku Nami Island di Korea, juga BBG di Bangka. Dan aku mengira sekalian istirahat sebentar maka kami disuruh foto-foto. Tak pula aku baca papan nama di atas kami. Maka turunlah kami apalagi aku selalu antusias bila lihat lokasi foto yang bagus. Rada susah sih untuk konsentrasi penuh berfoto di spot ini. Disamping terlalu banyak pengunjung yang melakukan kegiatan yang sama, mobil-mobil parkir sementara yang berjejer di sepanjang jalan mengakibatkan indahnya pohon-pohon menjulang ini tertutup dan juga mobil lalu lalang dengan kecepatan yang lumayan cepat. Jadilah kami jeprat jepret sekedarnya saja. 

Byangkanlah plang nama sebesar ini tak sempat terbaca olehku
Lokasi tak jauh setelah pintu masuk, lihatlah jejeran mobil yang berhenti sementara itu
Kami masuk lagi ke mobil dan perjalanan dilanjutkan. Pemandangan di kiri kanan jalan yang kami lalui adalah hutan dan pohon-pohon menjulang. Ditengah perjalanan terlihat sebuah pura dan ada beberapa orang berpakaian adat Bali sedang melakukan peribadatan. Tour guide kami menawarkan buat foto-foto di Pura tersebut, kami menolak. Karena kurang suka dan takut mengganggu mereka yang sedang melakukan peribadatan.

Setelah masuk lebih kedalam kami sampai di area parkiran. Parkiran penuh dan terlihat area tersebut penuh sesak dengan pengunjung. Setelah berhenti dan kami turun barulah aku tahu ternyata inilah yang disebut Alas Purwo itu. Matahari sangaattt terang benderang dan menyengat. Kami bertiga turun dan memandang sekitar dengan aneh... mana ya lokasi-lokasi yang dijelaskan di google itu. Kami ngeloyor saja jalan ke depan namun mentok karena lokasi di depan dipasang tanda "Forbidden".

Kami putar balik berusaha mencari tempat berteduh, tapi tak ada. Ada rumah-rumahan joglo tapi sudah penuh dengan manusia. Kulihat Eddy dan mas Nanang menyalami dan berbincang-bincang dengan seorang bapak yang mengenakan pakaian khas Jawa. Beskap lurik dan jarik, rambutnya terjuntai melebihi bahu ditutupi blangkon. Jenggotnya sedada. Aku melihatnya serem. Tiba-tiba Eddy dan mas Nanang memanggil kami mencoba memperkenalkan kami ke si bapak sekalian minta izin untuk masuk ke kawasan spesial sepertinya. Si bapak berpesan jalan hati-hati, jangan takut nanti makhluk halus yang berdiri di kiri-kanan jalan dan gua itu adalah anak buahnya semua tak akan mengganggu asal kami sopan dan terakhir dia bilang jangan lupa bawa bekal minum. Ehh alah... serem amat yak pesennya. Minum??? Malah kami tinggal di mobil karena berat klu dimasukkan tas. Ahhh... sudahlah tak haus ini, pikir kami.

Kami masuk ke dalam hutan melewati jalan setapak. Sebagian besar di kiri kanan kami adalah pohon bambu yang menjulang. Medan tempuh sebenarnya tidaklah terlalu sulit, tidak begitu menanjak dan juga jalan setapaknya relatif baik. Kami terus berjalan dengan semangat di tengah terik menyengat. Banyak juga pengunjung lain yang terihat berjalan ada yang sudah arah kembali ada yang sedang menuju seperti kami. Kami tak tahu bakal ada apa tempat yang kami tuju ini. Nafas sudah ngosngosan, sudah sangat jauh kami berjalan (30 menitan). Aku sempat bertanya pada Eddy "masih jauh gak?". Dia jawab sebentar lagi bu sekitar 400 meter lagi. Ohhh... deket artinya. Kami berjalan lagi.

Hutan bambu, auranya seram
Hutan bambu...

Aku dan Atik sudah ngos-ngosan terlebih lagi mas Nanang yang badannya gemuk perutnya buncit. Lebih menyedihkan ekspresinya dibanding kami. Rasanya aku tak sanggup lagi. Ditengah kelelahan ini kami berpapasan dengan kelompok ABG yang menuju jalan pulang. Iseng aku bertanya

"Masih jauh gak sih sampai kesana, nak?". Secara orang Jawa mereka menjawab sopan sekali. "Tidak bu... deket lagi".

"Oh kira-kira berapa kali jarak yang sudah kami tempuh?", dengan kritis aku bertanya.

" Ini sih baru seperempatnya bu" jawab mereka polos.

"AAAAAAppppaaaaa....???", aku terperanjat.

Yang lainpun kaget. Segini aja aku dan Atik termasuk Eddy dan mas Nanang sudah hampir pingsan. Hanya Kotada yang masih gagah dan baik-baik saja. Dengan tegas aku memutuskan balik aja lagi ah...! Qadarullah dengan segala kekhawatiran aku sebelum kesini, Allah tak mengizinkan kami sampai ke kawasan yang menyeramkan itu. Kami balik lagi dengan terengah-engah juga, karena memang sudah sangat jauh jarak yang sudah kami tempuh. Ketika sampai di pintu masuk yang ada bapak tua tadi dan beliau juga masih beridiri disitu, barulah aku membaca secara teliti plang dan penunjuk arah yang ada dipintu masuk. Aku terbaca angka 7,5 km. Subhanallah...!

Kami segera menuju rumah makan yang ada dilokasi. Yang paling penting harus beli minum. Sempat beli rujak juga bakso. Citarasa makanannya tak rekomended deh! Segera setelah itu kami menuju keluar dan sempat berhenti di tengah hutan jalan keluar buat foto-foto. Lumayanlah buat menghapus rasa kecewa.

Rindangnya pepohonan
Yaaa mereka bercanda di tengah jalan
Bercanda ditengah jalan..

Terlalu indah...
Taman Nasional Alas Purwo yang terletak di Semenanjung Blambangan, Kabupaten Banyuwangi,. Alas Purwo merupakan kawasan taman nasional yang berada di dalam wilayah administratif 2 kecamatan, Tegaldlimo dan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Taman Nasional Alas Purwo memiliki luas 43.420 hektar dengan ketinggian 322 meter di atas permukaan laut. Konon, Taman Nasional Alas Purwo merupakan hutan dengan usia tertua di Pulau Jawa. Hutan tropis ini menjadi rumah bagi ratusan satwa dan flora.

Nama Alas Purwo diambil dari kata Purwo, yang dalam bahasa Jawa berarti kawitan atau permulaan. Sehingga Alas Purwo memiliki arti hutan pertama atau hutan tertua Pulau Jawa. Bagi masyarakat Banyuwangi tempat ini dikenal sangat angker dan termasuk tempat yang keramat, sehingga saat ini kondisi alamnya masih cukup terjaga.

Disamping terkenal dengan keindahan alamnya hutan ini juga memiliki sejuta kisah mistis. Kisah mistis ini bahkan diyakini masyarakat Alas Purwo satu di antara sejumlah tempat yang terangker di Pulau Jawa bahkan nusantara, selain kawasan Gunung Merapi, Gunung Lawu, Alas Roban yang terdapat di Jawa Tengah, serta Gunung Arjuno yang terletak di Jawa Timur.

Sebagai hutan hujan alami di Pulau Jawa, Alas Purwo menjadi rumah bagi 580 jenis flora dan 50 jenis fauna yang tersebar di seluruh penjuru hutan. Taman Nasional Alas Purwo terbagi menjadi empat zona, yaitu Zona Inti, Zona Rimba, Zona Pemanfaatan, dan Zona Penyangga. Meski dikenal penuh misteri, tempat wisata ini banyak menyimpan keanekaragaman hayati dengan objek penelitian dan wisata dengan pemandangan indah.

Pura Luhur Giri Salaka
Selain flora dan fauna, di Taman Nasional Alas Purwo juga terdapat bagunan peninggalan dari kerajaan Majapahit yang bernama Situs Kawitan. Setiap tahun situs ini digunakan untuk kegiatan keagamaan sejak tahun 1968.

Situs Kawitan ini terkenal sangat keramat dan dipercaya bukan sembarang situs. Karena banyaknya ritual yang sering dilakukan di Situs Kawitan, maka dibangunlah Pura Giri Salaka. Pura ini digunakan umat Hindu untuk melakukan acara keagamaan. Salah satunya upacara pager Wesi yang diadakan setiap 210 hari sekali. Lokasinya berada di jalan masuk menuju pantai Trianggulasi.

Pantai Triangulasi sendiri hanya berjarak 3 km dari Pura Giri Seloka. Pantai ini terbilang masih alami dengan pantai berpasir putih dan hutan pantai yang didominasi oleh pohon bogem dan nyamplung. Sunset di pantai ini sangat cantik. Tapi jangan berenang di pantai ini ya, perairan laut selatan di kawasan ini sangat berbahaya.

Pantai Konservasi Penyu
Meski pamornya angker, Alas Purwo memiliki pantai-pantai tercantik di pesisir selatan Pulau Jawa. Seperti Pantai Cungur yang menjadi habitat puluhan jenis burung. Tak hanya burung lokal, pada waktu tertentu terdapat burung-burung yang bermigrasi dari Australia. Tercatat terdapat 39 jenis burung yang hidup di Pantai Cungur.

Tak jauh dari Pantai Cungur, terdapat Ngagelan yang berpasir hitam. Pantai yang sangat bersih ini menjadi surganya penyu di Banyuwangi karena digunakan sebagai tempat untuk konservasi penyu. Pengunjung dapat melihat berbagai jenis penyu di pantai ini. Kalau beruntung dan jadwalnya pas, bisa menyaksikan penyu-penyu bertelur dan proses pelepasan anak penyu di Pantai Ngagelan.

Alas Purwo juga memiliki pantai berpasir putih yang cantik, Pantai Pancur. Air sangat jernih dengan kontur pantai yang landai. Di sekitar pantai tersedia area Camping Ground. Pantai Pancur memiliki muara air tawar, yang diyakini oleh masyarakat setempat berkhasiat untuk membuat awet muda. Pantai ini tergolong aman untuk wisata air, lokasinya di dekat Pos pancur, pemberhentian terakhir dari Taman Nasional Alas Purwo menuju Pantai Plengkung atau G Land.

Gua Tersembunyi
Alas Purwo juga memiliki gua-gua tersembunyi yang masih alami. Ada tiga gua di kawasan Taman Nasional Alas Purwo, yaitu Gua Istana, Gua Mayangkoro dan Gua Padepokan. Salah satu gua yang paling dikunjungi wisatawan adalah Gua Istana, karena lokasinya dekat dengan Pos Pancur. Sedangkan Gua Mayangkoro dan Gua Padepokan merupakan gua yang dianggap keramat. Pengunjungnya adalah orang-orang yang ingin bersemedi atau menyepi.

Wednesday, 20 November 2019

DE DJAWATAN BENCULUK

Hari kedua di Banyuwangi. Jam 7.30 kami mulai lagi melanjutkan perjalanan setelah ada sedikit insiden yang kurang berkenan. Waktu kami pamit dengan si penunggu homestay si bapak tua tiba-tiba minta tambahan bayaran jatah 1 kamar yaitu sebesar Rp. 250 ribu. Alasannya kami memakai 3 buah kamar yang ada. Astaghfirullah...! Emosi yang sudah kutahan sejak kemaren karena ditipu oleh si Eddy travel guide, jadi hampir meledak. Alhamdulillah masih bisa kutahan karena si bapak penjaga homestay ini sudah tua, kurang etis rasanya kalau mau berdebat. 

Aku tak paham apakah memang homestay itu bayarannya perkamar?? Karena asumsiku homestay itu disewa per rumah. Memang kami memakai 3 kamar yang ada namun bukan untuk tidur. Tidur kami tetap memakai 1 kamar untuk aku dan Atik. Sedangkan Kotada karena laki-laki dikamar terpisah. Kenapa kamar kami pakai??? Ukuran kamar sangat kecil dan sempit, dengan koper-koper kami jadi agak sulit bergerak. Sholatpun kami harus di ruang tamu. Kamar yang kami pakai cuma untuk meletakkan barang saja dan berdandan alias memakai kaca gantung agar bisa cepat dan tak saling menunggu. Oh iya kamar mandinya juga dipakai. Itu saja... lantas apa wajar minta tambahan bayaran sebesar itu? Padahal aku bukanlah orang yang pelit untuk urusan uang, aku sudah menyiapkan amplop berisi Rp. 100 ribu untuk tips si bapak, tetapi melihat caranya seperti ini uang tersebut batal kuberikan. Aku diam saja ketika bapak itu memaksa, kubilang tanyakan saja pada si Eddy kami sudah bayar semua ke dia. Langsung masuk mobil... hmmm kenapa ya tipe dan karakter orang di sini seperti itu. Bermain-main dengan uang yang tak jelas... ya Eddy gitu... semalam si ibu tukang pijat dan eh si bapak ini juga gitu... Asraghfirullah ! 

Kami melanjutkan perjalanan mungkin karena suasana hati agak kurang nyaman aku berasa agak sedikit lelah dan pusing. Sekitar 1 -2 jam sampailah kami ke sebuah kawasan wisata yang cukup terkenal yaitu Djawatan Benculuk. Hari masih pagi tapi pengunjung sudah ramai. Berasa ill feel karena kalau rame agak bete dengan pengunjung yang kurang saling toleransi. 

De Jawatan Benculuk merupakan wisata alam berupa hutan yang dikelola oleh Perhutani. Wisata ini menyajikan panorama keindahan rerimbunan pohon Trembesi. Pohon Trembesi yang sudah berusia ratusan tahun itu memiliki diameter pohon mencapai 3 meter memberikan pemandangan yang sangat menakjubkan. Tempat ini menawarkan pesona pemandangan yang bagus, sangat cocok untuk dijadikan tempat hunting foto maupun background pre-wedding dengan tema “Nature”. Saat yang tepat apabila ingin menikmati semilir angin yang sejuk dan panorama alam De Jawatan adalah pada sore hari. Karena pada sore hari sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah pepohonan menjadikan tempat ini tampak menakjubkan. Tak heran jika pada sore hari selalu dipenuhi pengunjung, baik hanya sekedar duduk duduk santai, bersepeda, dan berolahraga. 

Selain menawarkan panorama alam, wisata Jawatan juga menawarkan berbagai wahana seperti, memancing, bakar ikan, dan aksi menantang arum jeram. Apabila ingin menikmati wahana ini wisatawan harus membayar biaya tambahan, dan biaya tersebut sangat terjangkau. 

Ada berbagai jenis tanaman yang tumbuh di tempat ini, namun ada beberapa jenis tumbuhan yang populasi nya sudah mulai berkurang. Tanaman tanaman yang dapat di temukan di Jawatan Benculuk antara lain; 

1. Pohon Jati, Pohon jati yang ditanam di Area Jawatan Benculuk adalah saksi sekaligus bukti dari usia tempat wisata ini. Di lokasi wisata, terdapat beberapa jenis pohon jati dengan ukuran yang sangat besar. Dan usia dari pohon pohon ini mencapai puluhan tahun. 

2. Tumbuhan Wesah, Rasa dari buah tanaman Wesah mirip dengan Lengkuas. Tanaman ini juga memiliki khasiat menyembuhkan penyakit lambung. 

3. Jamur Kepong, Jamur jenis ini juga tumbuh di area Jawatan Benculuk. Namun sayang populasi dari tanaman ini sudah mulai jarang karena sudah banyak di cabut oleh beberapa pegawai perhutani. Namun, jika beruntung, Jamur ini masih dapat ditemukan di beberapa tempat di Jawatan. 

4. Tumbuhan Santinet, adalah tanaman yang banyak ditemukan di hutan hutan. Tanaman ini menghasilkan buah berwarna kemerahan. 

5. Salak liar/Salak alas, Buah ini tidak seperti tanaman atau buah salak pada umumnya, melainkan buah yang dihasilkannya sangat masam dan tidak enak untuk dimakan. 

6. Kelengkeng, Selain diambil buahnya, pohon kelengkeng di Jawatan juga berfungsi sebagai penangkal banjir. Pohon kelengkeng dapat menyerap air dengan volume yang sangat besar. 

Untuk jenis fauna yang paling banyak di jumpai di Jawatan Benculuk adalah Kalong/Lowo. Kalong merupakan jenis kelelawar dengan makanan utamanya adalah biji-bijiian dan juga serangga. Hewan ini lebih menyukai hidup ditempat tempat sepi yang jauh dari jangkauan tangan manusia. Persinggahan utamanya adalah Goa-goa, dan bahkan tidak sedikit dari hewan ini yang membangun sarang di bangunan bangunan tua di kawasan Jawatan Benculuk. 

Kami tidak begitu lama singgah di lokasi ini, karena view di berbagai lokasi hampir sama. Disamping itu pengunjung semakin ramai sehingga agak rada sulit untuk ambil posisi foto. 

Begitu masuk terpana dan langsung semangat buat foto disini
Lorong dikejauhan tak terlihat seperti lorong

Keren banget penampilan pohon Trembesi itu
Disuruh fotographer gaya tutup mulut.
Laosnya besar

Rindangnya
Di pintu keluar

PANTAI PULAU MERAH


Menempuh perjalanan lewat darat yang cukup panjang dan melelahkan dari bandara Juanda - Banyuwangi, jam 5 pagi (jam segini matahari sudah mencorong sekali sudah seperti jam 9 pagi di Palembang) kami langung di drop ke sebuah homestay. Tanpa pesan apapun sang driver dan travel wisata hilang tak tahu rimbanya. Seharian kami ditelantarkan di sini, sehingga harus cari makan dan apa-apa sendiri. Beruntung kami sudah sering sekali travel jadi agak lebih cerdaslah menghadapi situasi dan penipuan pihak travel ini. Namun ada hikmahnya karena dengan kondisi ini kami bisa full seharian menikmati suasana pantai. Hmmmm....

Pantai Pulau Merah adalah salah satu yang paling terkenal dan menjadi primadona wisata Kota Banyuwangi. Pantai ini terletak di bagian selatan Kabupaten Banyuwangi. Nama Pantai Pulau Merah berasal dari terdapatnya sebuah bukit kecil yang memiliki tinggi sekitar 200m dan tersusun dari tanah berwarna Merah yang berlokasi di dekat pantai. Bukit ini dapat dikunjungi ketika air laut sedang surut dan ketika air laut pasang bukit ini akan menjadi sebuah pulau yang terpisahkan oleh air laut dari pantai. Namun dari media sosial kudapat informasi mengapa dinamakan pantai pulau Merah adalah disebabkan karena pada saat sunset pancaran sinar matahari yang akan tenggelam memberikan efek cahaya merah menyala. Wallahu'alam mana yang bener.

Konon katanya di pantai pulau merah ini juga terdapat sebuah pura yang sering digunakan umat Hindu daerah sana melakukan upacara keagamaan mekiyis (tapi kami tak melihat pura tersebut). Pantai pulau merah berupa hamparan pasir putih yang memanjang hingga 3 km. Pantai ini menghadap langsung ke samudera Hindia ke arah selatan. Pasir di pantai ini memiliki warna putih dan terkadang terlihat agak pink atau kemerahan.

Daya tarik Pantai Pulau Merah adalah karena ombak yang dimilikinya. Dan hal ini menjadi kesempatan yang baik bagi mereka yang hobi berselancar. Pantai ini selalu dipenuhi oleh Surfer mancanegara setiap harinya. Bahkan banyak dari mereka memilih untuk menginap selama berhari-hari dan beberapa ada yang sampai berminggu-minggu. Selain itu sunset di pulau merah sangat terkenal dengan pendaran cahayanya yang indah dan merah menyala.

Keamanan berwisata di pantai Pulau Merah sangat diutamakan. Terdapat petugas yang menjaga sekaligus mengamankan apabila ada kecelakaan atau sesuatu yang tidak di inginkan, terutama kepada mereka yang melakukan renang di pantai. Terdapat tower setinggi 5 meter yang digunakan oleh petugas ini untuk memantau dan memastikan keamanan keadaan di sekitarnya. Suara hallo hallo dari petugas keamanan ini berkicau terus tanpa henti untuk mengingatkan pengunjung tentang segala hal, yang paling sering adalah peringatan agar tak buang sampah sembarangan. Tapi ada kalimat yang aku kurang berkenan karena agak kurang sopan dan tidak etis. Kalimat menyumpahi pengunjung agar celaka dan masuk neraka bila buang sampah sembarangan. Tidak mendidik ah... kalimatnya.

Saat kami berkunjung suasana sangat ramai, karena kebetulan hari ini adalah hari libur Nasional dan hari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ada semacam karnaval Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Beberapa mobil bak terbuka dipenuhi penumpang yang mengenakan pakaian muslim/muslimah warna warni yang juga membawa semacam gunungan rangkaian bunga, buah dan makanan diarak sekeliling pinggiran pantai. Entahlah aku tak begitu mengamati apakah gunungan tersebut dibuang ke laut atau tidak, seperti upacara tolak balak yang sering kutonton di telivisi.

Terik matahari luar biasa terang dan menyengat. Dan kami seharian menghabiskan hari menetap di pantai ini dengan menyewa kursi lesehan yang berjajar rapi dipinggiran pantai. Harga sewa kursi ini 20 ribu rupiah perjam tetapi jika sewa 3 jam akan di diskon menjadi 50 ribu rupiah plus gratis 1 buah dogan. Banyak sekali penjual makanan di lokasi ini. Kami hanya tertarik pada dogan dan rujak buahnya saja.

Jam setengah 5 sore suasana pantai semakin ramai. Pengunjung menyemut untuk menyaksikan keindahan sunset. Suasana ini membuat aku agak sulit mengabadikan keindahan sunset lewat cameraku. Berusaha segitu rupa lari sana lari sini. Supaya dapat tempat agak lega. Begitu dapat taktik dengan cara berlari agak ke tengah laut dengan resiko baju basah dan harus hati-hati dihempas ombak. Kecewanya taktik ini dibaca pengunjung lain dan mereka ikuti taktik kami berlari agak ke tengah laut. Yahhh...sudahlah..!

Dalam menanti sunset ini kami hampir kehilangan moment. Karena meskipun matahari sudah hampir masuk kedalam bumi cahaya sekitar pantai tidaklah menjadi gelap seperti dipantai-pantai lain, melainkan berkilau antara putih dan kuning dan langit tetap terang benderang. Untungnya kami selalu pegang camera baik itu dari Olympuss maupun HP saat kami coba membidik di lensa camera pendaran cahaya sudah kuning jingga. Waduhhh... kami buru-buru bangun dari kursi lesehan menuju bibir pantai. Lumayanlah, meslipun sunset kali ini tidak begitu optimal karena cuaca agak mendung. 
Saat langit mulai gelap kami mencari warung alias rumah makan pinggir pantai untuk makan malam, karena tak tahu dimana lagi tempat makan yang ada di sekitar tempat kami tinggal. Selanjutnya pulang ke homestay untuk bebenah persiapan berangkat besok dan istirahat.
 
Ini pagi jam 5.30 sudah secerah ini mataharinya
Baru sampai langsung kesini kita
Bermain ombak di sore hari
Tengah hari bolong...


Cuek aja soal panas menyengat lupa muka gosong nikmati saja indahnya pantai ini
Bercanda dengan matahari... gosoonggg...
Dari pagi sampe sore ngasonya disini
Tiduran manjahhhh...
Akar-akar pandan laut yang menakjubkan
Hampir senja
Bercanda dengan ombak  dikala senja
Sunset....
Pasir putih bersih... pantainya memang bersih..
Sunset yang indah...
Matahari sudah hampir pulang
Seperti orang yang mau bunuh diri di pantai nih actionnya...ahhh...serammm.. Saking gigihnya biar dapat tempat yang lega. Shoot pake camera HP cahayanya kurang bagus... tidak nyata sunsetnya...