Day 6th, Selasa 23 November 2016
COLOGNE – FRANKFURT
Habis sholat tahajud jam 3 pagi aku sudah tidak bisa tidur lagi, padahal semalam aku baru tidur sekitar jam 12 malam. Sambil “gegoleran" di ranjang aku mengupload foto-foto yang diambil seharian kemaren ke sosial media punyaku yaitu FB atau IG mumpung di hotel ada free wifi. Akhirnya bosan gegoleran aku pergi mandi. Nah jam 5 pagi aku sudah mulai dandan dan bermake-up. Habis dandan kembali aku mengotak-atik HP membalas comment di FB juga IG. Koper sudah sejak semalam kurapihkan hanya tinggal memasukkan daster dan peralatan mandi yang masih dipakai hari ini. Kulihat Atik baru bangun menuju kamar mandi. Aku menunggu adzan subuh dari HP ku. Selama di Eropah adzan subuh baru berkumandang sekitar pukul 6.15 lebih.
Akhirnya jam setengah tujuh kami (aku, Atik dan Kotada) keluar kamar. Sesuai strategi koper kami akan taruh di lobby lebih dulu baru kami langsung sarapan di lantai 2 dan naik lagi ke kamar untuk bongkar muatan (ke WC) atau apalah. Mumpung yang lain masih belum siap dan lift belum antri. Kalau anggota group sudah bangun akan sulit dapat jatah lift. Apalagi kami yang dapat kamar di lantai 4. Traveling dengan group yang terlalu banyak seperti ini memang harus cerdas menyiasati.
Sampai di lobby kami lihat masih sepi, dan kami mencari posisi pas untuk meletakkan koper-koper kami agar tidak mengganggu orang yang mau lalu lalang. Tiba-tiba ketika kami baru mau beranjak meninggalkan koper sang resepsionis berteriak bertanya koper siapa ini. Kami agak kaget setengah ketakutan karena trauma ketika di Paris kemarin. Rupanya mereka bilang kalau mau menyimpan koper tidak boleh diletakkan di lobby selain bisa mengganggu pemandangan juga kurang aman. Seorang wanita cantik pelayan hotel menggiring kami menuju sebuah kamar. Eh...kami tersenyum ternyata di kamar (luggage) tersebut sudah banyak koper yang dititipkan. Ahaaaa...tadinya pas di lobby kami mengira hanya kami yang duluan menurunkan barang bawaan. Wanita cantik tersebut memberikan kartu yang bertali yang bisa disobek. Jadi selembar digantungkan di tas dan selembar lagi buat kami simpan yang harus kami serahkan pada saat mengambil barang kami. Wow.... sistematis banget ya. Setelah proses itu wanita cantik itu mengucapkan selamat menikmati sarapan dan mengantar kami ke lift seraya menjelaskan posisi restaurant. Terima kasihhh.....! Sudah cantik ... baik pula. Seperti biasa resto sudah rame oleh sebagian besar penumpang bis 1. Sedangkan penumpang bis 2 baru kami bertiga saja, yang lain entah dimana.
Jam 8.15 bis melaju meninggalkan Amsterdam kota yang penuh keindahan dan segala keramahannya. Hari ini kami menuju Cologne Jerman. Tidak banyak yang dapat kami singgahi di Jerman. Di tengah perjalanan kami mampir mencari tempat sholat. Sesuai rencana kami akan sholat di masjid Agung Cologne, tetapi karena masjid sedang direnovasi kami hanya menumpang sholat di sebuah Islamic centre. Gedung Islamic centre ini cukup besar dengan tempat wudhu yang banyak. Jadi antrinya tidak seberapa panjang. Di dalam banyak sekali orang-orang Turki yang sedang menunggu sholat Ashar berjamaah.
Ada insiden yang sangat memalukan terjadi disini, disaat muadzin mengumandangkan adzan Ashar, kelompok Marwa cs (2 orang peserta dari Palembang dan 4 orang lagi peserta Jakarta), yang dari semula sangat-sangat norak, pecicilan dan mulutnya rame seperti pasar itu tetap cekikikan dan berteriak-teriak heboh. Hal ini membuat seluruh jamaah yang sangat ramai itu (dari raut wajah dan cara berdandan kebanyakan jamaah adalah orang Turki) menoleh kearah mereka dengan wajah marah. Dan mereka justru cuek bahkan tetap cekikikan dengan suara lantang. Aku yang baru selesai melaksanakan sholat dzuhur dan duduk menunggu Ashar sambil menyimak adzan merasa risih dan tiba-tiba terkejut dengan suara teriakan Atik yang marah membentak mereka untuk diam dan mendengarkan adzan. Astaghfirullah.... mereka sudah sangat keterlaluan. Sudahlah mereka tidak pernah terlihat melaksanakan sholat kok di dalam masjid/mushollah kelakuannya tidak punya etika seperti itu. Padahal muslim masa tidak mengerti bagaimana adab saat adzan berkumandang? Ya Allah.... mereka itu ngerti gak sih di negeri orang ini kita itu membawa nama bangsa Indonesia. Bikin malu aja....
Selesai sholat kami bergegas menuju ke bis, tetapi masih harus menunggu sekitar 15 menit lagi karena jatah nasi belum nyampe. Setelah jatah nasih datang dan dibagikan bis melaju. Kami makan di atas bis. Perjalanan selanjutnya adalah menuju sebuah gereja tua terbesar di Cologne yaitu Cathedral Cologne.
Cathedral Cologne atau High Cathedral of Saints Peter and Mary adalah Katedral Katolik Roma di Cologne, Jerman. Bangunan ini merupakan monumen terkenal dari Jerman Katolik dan arsitektur Gotik yang masuk kedalam catatan Situs Warisan Dunia. Tak hanya itu, Katedral ini telah menarik rata-rata 20.000 orang per hari dan menjadi landmark yang paling banyak dikunjungi di Jerman..
Sejak 1996 silam, UNESCO menobatkan Cologne Cathedral sebagai situs warisan dunia. Setiap harinya rata-rata 20.000 orang mengunjungi Cologne Cathedral, membuatnya dinobatkan sebagai tempat wisata paling banyak dikunjungi di Jerman. Selain sebagaiwisata bersejarah, katedral ini tetap berfungsi sebagai tempat ibadah seperti biasa.
Pembangunan mahakarya gotik ini memakan waktu enam abad dan selesai pada 1880.Bentuk fisiknya begitu memesona. Layaknya bangunan khas gotik, menara katedralmengerucut di bagian puncak yang runcing. Di Eropa, Cologne Cathedral dinilai sebagai karya seni terpenting dari era Goldsmith.
Cathedral Cologne terletakdi jantung kota Köln, dua menara katedral menjulang tinggi ke langit. Selain Gero Cross pun dapat dijumpai di gereja yang terletak di sisi Sungai Rhein ini. Merupakan salib kayu ek tertua yang dibuat pada 976. Ada pula Milan Madonna, pahatan kayu yang berasal dari abad ke-13.
Letaknya yang sangat dekat dengan stasiun kereta api membuat Kölner Dom dibombardir bom udara selama Perang Dunia II. Menariknya sekaligus ajai bangunan katedral tetap berdiri tegak. Justru menara kembarnya yang raksasa menjadi alat navigasi pesawat sekutu ketika ingin menyerang Jerman.
Menara telekomunikasi, menara Cologne Cathedral menjadi bangunan tertinggi keduadi kawasan tersebut. Tinggi menara Cologne Cathedral mencapai 157 meter dengan 509 anak tangga. Ternyata menara utara lebih tinggi tujuh sentimeter dibandingkan menara selatan.
Kami di drop di suatu jalan yang dari jalan ini Cologne Cathedral sudah jelas terlihat. Bangunan artistik yang menjulang tinggi. Sebagai pengamat foto aku mengajak Atik dan Kota meperlambat jalan dan mulai mengambil view di sini. Cuaca mendung gelap sekali sehinggal hasil fotonya kurang maksimal. Dan seperti kebiasaan selama traveling ini kami selalu menjadi panutan (wkwkwkwk... kalau bahasa Palembangnya "Pak Turut") melihat kami jepret-jepret di pinggir jalan ini akhirnya sebagian besar rombongan ikutan jepret-jepret. Disaat trotoar jalan tersebut sedang riweh oleh mereka yang sibuk berfoto kami segera mempercepat langkah ke destinasi point yaitu ke gereja itu sendiri.
Di sepanjang lokasi terdapat berbagai macam dagangan berupa souvenir, perlengkapan winter seperti coat, topi, sarung tangan dan sawl, kristal hiasan, pernak pernik hiasan pohon natal dan juga penganan. Kami merasa sesak dan mau muntah mencium segala macam aroma di area tersebut. Bau yang paling khas yang menusuk penciuman kami adalah bau “fork”. Penganan yang dijual di sepanjang lokasi tersebut terbuat dari olahan “fork”, ada yang bebertuk sosis, ditusuk seperti sate, irisan tipis dsb yang di steam dengan uap mengepul-ngepul sehingga aromanya bertebaran seantero lokasi. Jualan minuman beralkohol juga bertebaran. Kami menyaksikan kelompok muda-mudi yang berdiri disepanjang jalan sambil ngobrol-ngobrol, tertawa lepas seraya merokok, menyantap kudapan tadi dan minum minuman alkohol ditangannya bahkan bagi pasangan kekasih di tengah keramaian itu tanpa rasa malu mereka berciuman penuh nafsu serta berpagutan manjahhhhh dengan birahi sex menggebu-gebu untung saja gak sampai seperti adegan ranjang, Aduh risih dan malu aku melihatnya. Menurutku tempat ini adalah tempat berkumpulnya anak-anak muda Jerman. Seperti alun-alun begitulah.
Akhirnya kami memutuskan kembali ke meeting point saja. Kebetulan di pinggir jalan di meeting point ada portable toilet, yaitu sebuah mobil sebesar bis kota tapi tidak tinggi yang didalamnya terdiri dari deretan toilet. Ada sekitar 5 buah kamar kecil disana. Toilet berbayar ini dikelola oleh sepasang suami isteri yang sudah sangat tua. Setiap orang yang masuk dikenai biaya 1 euro, dan toiletnya sangat bersih. Sayangnya pasangan suami isteri itu tidak ada ramah-ramahnya sedikitpun. Begitu kita selesai mereka segera menagih pembayaran dan langsung kita diusir untuk segera pergi. Waduh...bisnis kok gini amat ya? Padahal aku pernah belajar Manajemen Pemasaran salah satunya adalah pelayanan yang prima. Kapok deh gua....kok di sini tidak diaplikasikan?
|
Menunggu rombongan di meeting point kedinginan |
|
Daripada bosan kita foto-foto giliran |
|
Ini giliran Atik yang difotoin |
|
Dan terakhir giliran Kotada, adilkan,,,,???? |
Lama juga kami menunggu. Kepalaku terasa sakit dan mau muntah karena kembali tercium aroma “fork” dari uap steam penganan yang dijajakan sepanjang trotoar. Tidak tahan rasanya tapi tidak ada tempat lagi untuk berlari. Aku mengambil sehelai lapisan jilbabku untuk kujadikan cadar penutup hidung. Tak lama kemuadian beberapa peserta berdatangan dengan ekspresi heboh. Cerita punya cerita ternyata pak Masykur (bapak yang baik yang duduk di dekat kami di bis yang anggota DPRD Kalbar dari fraksi PKS kecopetan. HP dan dompetnya hilang dicopet di keramaian tadi. Innalillahi wa inna ilaihi roo’jiun. Kasihannya. Hmmm...negara Eropah yang kita anggap negara maju ternyata copetnya lebih dahsyat dibanding di Indonesia.
Hampir jam 9 malam lewat kami sampai di Frankfurt. Kami menginap di hotel Meninger sebuah hotel kecil yang pelayanannya sangat tidak oke. Resepsionis yang acuh, kasar dan judes. Proses check in yang lama banget dan yang membikin jengkel adalah si resepsionis itu berteriak membentak kasar. kepada kami yang rame dan membawa koper besar untuk tidak menghalangi jalan tamu hotel mereka. Lah salah sendiri lobby hotel mereka sendiri sangat kecil hanya seukuran 4x5 meter dan dia sendiri ngurus check in lama sekali. Terus kalau gak boleh nunggu di lobby apa kami harus nunggu di trotoarnya?
Hampir 2 jam lebih proses check in dan pembagian kamar. Sebelum naik ke kamar masing-masing tour guide berteriak jatah nasi akan diantar ke kamar masing-masing. Sudah hampir jam 11 malam jatah makan malam belum datang???? Terus mau dimakan jam berapa lagi??? Huft bener-bener dari awal IHT (Indonesian Halal Tour) penyelenggara tour ini tidak becus. Maunya uang..uang tambahan aja. Aku sudah tidak peduli....soal makan malam. Masuk ke kamar aku langsung mandi dan sholat. Koper tidak perlu dirapihkan karena aku sudah punya strategi. Aku kan membawa 2 koper jadi 1 koper adalah tempat pakaian yang akan dipakai esok hari sedangkan yang satu lagi untuk memasukkan baju kotor. Tidak terlalu harus dikemas terus kopernya. Aku langsung tidur karena lelah sudah lupa tentang makan malam. Agar tidur nyenyak tanpa kelaparan aku minum milshake WRP diet.
No comments:
Post a Comment