Day 4th, Senin 21 November 2016
BRUSSELS BELGIUM
Kemaren kita tidak sarapan di resto hotel, karena kami makan nasi yang ditawari mbak Iin dengan lauk sambal teri dan ikan kecil-kecil digoreng). Selain itu sebenarnya kami phobia banget dengan “pork” yang bertebaran di meja restaurant dalam segala macam produk olahannya. . Berhubung Kotada kemaren tidak dikasih sarapan oleh Iin entah karena apa,padahal makanan di resto hotel sudah habis, maka pagi ini kami mencoba sarapan di resto hotel ( Kaget juga sih ketika aku tahu Kotada tidak jadi dikasih Iin sarapan. Tadinya Iin yang bbm menawarkan sarapan buat kami bertiga, Berhubung rice cookernya kecil dan nasi yang ada baru cukup untuk aku dan Atik, sedangkan jatah untuk Kotada sedang dimasak dan belum matang, Kotada disuruh balik lagi aja ke kamar. Janjinya kalau nasi matang akan di bbm. Aku baru tahu bahwa Kotada belum sarapan justru sudah di bis. Yah sudahlah. Rupanya lumayan juga ikut sarapan di resto hotel, minimal bisa ambil roti, minum juice dan ambil buah.
Jam 9 lewat (molor hampir setengah jam dari yang ditentukan) bis kita melaju meninggalkan hotel Ibis. Perjalanan hari ini sebenarnya menuju Amsterdam Belanda, tetapi kita akan singgah di Brussels Belgia untuk makan siang dan sholat Dzuhur plus Ashar. Pengalaman unik sehari melintasi 3 negara (Paris – Brussels – Asterdam).
Brussels selain merupakan ibukota Belgia juga ibukota Uni Eropa. Kota ini merupakan sebuah municipalité atau gemeente. Brusel memiliki populasi 142.853 jiwa. Belgia (secara resmi disebut Kerajaan Belgia) adalah sebuah negara yang terletak di bagian barat benua Eropa. Negara ini merupakan negara anggota pendiri uni Eropa dan menjadi ibukota Uni Eropa, serta organisasi internasional lainnya termasuk NATO. Belgia meliputi wilayah seluas 30.528 km² dan memiliki populasi penduduk sekitar 10,5 juta jiwa.
Memasuki kota Brussels aku sangat terpesona, kota ini sangat indah karena dikelilingi oleh gedung-gedung tua yang sangat terawat dan sangat artistik. Bahkan pohon-pohon yang berjajar dengan dauan-daunnya menguning memerah dan sebagian sudah gugur tersusun rapih di sepanjang jalan (jalanannya tetap bersih tanpa ada serakan daun-daun gugur berbeda dengan Amsterdam yang penuh dengan serpihan daun gugur). Kota Brussels sangat senyap dan sepi sekali laksana kota mati dan tak berpenghuni (seperti di film-film). Aku merasa adem. Di sepanjang perjalanan dalam kota di atas bis kami yang berputar-putar mencari Islamic centre tempat kami akan melaksanakan sholat dzuhur plus Ashar setelahnya makan siang kami hampir tidak menjumpai manusia yang beseliweran di jalan, hanya kendaraan yang lalu lalang. Itupun tidak terlalu padat, sehingga lalu lintas sangatlah lancar.
Bis kami berhenti depan gedung dengan gerbang yang sangat besar dan megah dengan patung kudanya. Kami tidak diberikan informasi apapun tentang monumen atau gedung ini, tapi melalui hasil foto yang sempat dijepret oleh Kota aku baca “Dit Monument 15 In 1905 Opgericht Ter Verheerlijking Van Belgie’s Onafhankelijkheip”. Nah loh apa artinya tuh gak tahu... Turun bis kami dipandu oleh pak Ade menuju Islamic Centre dengan jalan kaki, ternyata jauhhhh sekali sekitar 3 atau 4 km lah. Subhanallah...untung cuacanya adem dan melewati taman yang cantik, tapi yah tetep saya ngos-ngosan juga.
Banyak peserta yang ogah menuju Islamic centre dan tidak mau turun bis atau malah banyak yang cuma main-main di taman yang luas di depan, samping kiri kanan gedung karena view nya memang sangat indah. Di taman ini aku baru melihat beberapa orang yang berjalan, jogging dan bersepeda, atau hanya duduk di bangku taman. Kebanyakan mereka pasangan romantis kakek nenek, ada juga pasangan suami isteri yang mendorong kereta bayi. Tidak terlalu banyak. Paling total sekitar 10 - 20 orang di taman yang sangat luas seperti itu.
Setibanya di Islamic centre kami disambut dengan sangat ramah oleh pengurus tempat itu. Mereka terdiri dari beberapa orang Indonesia dan ketua pengurusnya seorang warga negara Arab. Ramah ... sebagaimana seorang muslim berjumpa dengan saudara seiman. Ihhhh...nyesel yah...coba kalau tahu mau ketemu saudara seiman aku toh bisa membawakan oleh-oleh atau buah tangan. Pasti mereka rindu tentang yang khas dari asal negaranya Indonesia. Kulihat para tour guide juga tidak memberikan bingkisan apapun. Hmmm....
Kami disambut dan ditempatkan di sebuah hall yang sepertinya merupakan ruang kelas tempat belajar siswa. Kesimpulanku ini kuambil karena aku melihat tulisan di white board adalah materi pelajaran tentang fikih. Tak berapa lama duduk Alex (suami uni Rita yang punya catering) membagikan nasi jatah makan siang. Baru saja menyantap makan siang suara adzan Ashar berkumandang. Pengurus tempat itu berdiri dan menjelaskan lokasi tempat wudhu yang ada di lantai 2, sedangkan tempat sholat untuk wanita ada di lantai 3, dan laki-laki ada di lantai 1 tak jauh dari ruang tempat kami makan.
Aku dan Atik tidak bergegas menghabiskan makanan karena kami memang sedang tidak sholat alias sedang mendapat siklus bulanan. Cuma Kotada yang segera menyelesaikan makannya. Menghabiskan jatah makan siang, kami segera antri ke kamar mandi, dan like usual antrinya panjannngggg pake bangets. Hiks... tapi gak apalah. Di sini ada air untuk istinja apalagi pas lagi bulanan gini.
Di atas bis heboh banget.... rupanya mereka-mereka yang tadi tidak mau menuju alias jalan kaki ke Islamic centre itu gak dapet jatah makan. Karena memang nasinya sudah habis (uni Rita menyiapkan nasi pas untuk kami peserta tour saja padahal tadi pengurus Islamic Centre makan bersama kita, bahkan termasuk sopir menghabiskan jatah 2 kotak...hmmmmm kejadian deh) dan andai masih ada juga orang lain mana mau peduli apalagi rela ngebawain ke bis. Secara berat dan jauh ya... Gak nyalahin mereka juga sih karena mereka mengira makanan akan dibawa ke bis karena memang biasanya kita makan di bis. Huft....tapi Atik bilang apa ya dalam bahasa Arabnya tuh? Pokoknya bila diartikan apa yang kamu dapat adalah sesuai dengan apa yang kamu kerjakan, aku setuju dengan ucapan Atik karena apa? Bukan menggunjing sih tapi mereka-mereka itu tidak pernah terlihat melaksanakan sholat selama tour ini dan yang membuat sedihku sih karena termasuk 2 orang rombongan Palembang yaitu Marwa dan Edo.
Diatas bis rame banget deh ....itu ibu Euis dibentak dan diomelin. Hmmmm benerlah apa yang diucapkan Atik. Memang para penyelenggara ini sejak awal sudah gak bener....komersil banget tanpa memikirkan kepuasan peserta.
Tujuan selanjutnya adalah kita akan ke Grand Place/ Grote Markt dan Manneken Pis. Hari sudah menjelang maghrib ketika bis menurunkan kami di jalan dengan alasan gak boleh parkir lama. Kami diajak bu Euis dan pak Ade jalan muter-muter tak tentu arah di tengah hujan rintik dan dingin menusuk sampai ke tulang. Akhirnya berhenti dan numplek plek di perempatan lampu merah. Padahal trotoar dekat lampu merah itu adalah tempat ramai untuk orang berlalu lalang. Rupanya ibu Euis dan pak Ade tidak tahu pasti arah menuju dua lokasi di atas. Kami diantepin aja tanpa pesan atau berita apapun. Ibu Euis serta pak Ade pergi mengantar peserta yang tadi gak kebagian makan siang mencari cafe (padahal mereka ini tidak jadi makan karena tidak ketemu cafe halal, ini aku ketahui pada saat di Grand Place. Disebuah toko souvenir Euis dimaki-maki oleh ibu gendut peserta dari Kalimantan yang tidak kebagian jatah makan). Ya Allah... kami seperti anak ayam kehilangan induk mejeng-mejeng di pinggir jalan.
Yah.... banyak cara yang dilakukan untuk mengisi waktu, aku duluan yang memulainya berfoto ria di zebra cross lampu merah itu. Kemudian diikuti mereka yang sok gaya dan sok muda itu, bahkan akhirnya kami sudah gak bisa lagi ambil posisi enak buat foto. Dasar ya plagiat bisanya ngikutin aja sudah itu merampok hak orang lain. Ampun deh rombongan tour kali ini sangat-sangat norak. Yah...akhirnya kami berteduh dari rintik hujan di pinggiran cafe takut-takut aku mencoba duduk di kursi cafe yang berjejer di muka dan pelataran toko. Itupun setelah dibujukin pak Masykur buat duduk dan dijamin gak dimarah sang empunya.
|
Perempatan lampu merah |
|
Mengisi waktu di lampu merah |
Cukup lama juga kami terbengong-bengong di pinggir jalan itu, 30 menit lebih kali dalam cuaca hujan. Sampai akhirnya kami dijemput pak Irwan (tour guide dari bis 1 yang sebagai Leader tour keseluruhan). Kembali kami jalan berendeng-rendeng kayak karnaval 17 Agustusan. Sampai akhrinya tibalah di Grand Place/ Grote Markt, ternyata sebenarnya kami tadi sudah dibawa nyasar jauhhh sekali oleh bu Euis dan pak Ade. Lokasi Grand Place/ Grote Markt tidak jauh dari empat bis menurunkan kami. Ampunnn dah...!
The Grand Place atau juga disebut Grote Markt dalam bahasa Belanda ini merupakan alun-alun kota Brussels. Alun-alun ini dulunya diperuntukkan sebagai pasar besar dikelilingi empat gedung dengan karya arsitektur yang sangat indah. Detail pahatan patung dan kronologi dioramanya menunjukkan tingginya cita rasa seni. Gaya arsitekturnya kombinasi antara gothic, baroque, dan Louis XIV. Bangunan-bangunan utama yang megelilingi Grand Place ini adalah Balai Kota atau Town Hall atau City Hall atau Stadhuis (dalam bahasa Belanda) atau Hotel de Ville (dalam bahasa Perancis), dan Wisma Raja atau King House atau Breadhouse atau Maison du Roi (dalam bahasa Prancis) atau Broodhuis (dalam bahasa Belanda), dan gedung perniagaan (Guli House atau Guildhalls) yaitu Le Pigeon dan La Maison des Boulangers....
Grand Place merupakan kawasan kota tua di centrum Brussels yang mulai didirikan pada abad ke-11. Keanggunan gedung-gedung tua yang terawat baik itu berdiri seolah-olah menantang di tengah desakan perkembangan Brussel yang menjadi ibukota Uni Eropa. Alun-alun ini merupakan tujuan wisata paling penting dan juga merupakan tempat paling dikenal di Brussels, bersamaan dengan Atomium dan Manneken Pis. Grand Place berukuran lebar 68 meter dan panjang 110 meter. Selain itu, Grand Place ini telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu Situs Warisan Dunia (UNESCO World Heritage Site).
Manneken Pis (dikenal dalam bahasa Prancis sebagai le Petit Julien). Merupakan patung air mancur kecil perunggu yang menggambarkan seorang anak kecil telanjang kencing ke dalam baskom air mancur. Patuh ini dirancang oleh Hieronymus Duquesnoy pada tahun tahun 1618 – 1.619. Menurut cerita legenda Manneken Pis ini cukup banyak versi, seperti bermula dari seorang anak kecil hilang dari ibunya saat berbelanja di pusat kota. Wanita itu, panik karena kehilangan anaknya, dipanggil semua orang, termasuk walikota. Sebuah pencarian seluruh kota yang akhirnya anak itu ditemukan, dia sedang kencing di sudut sebuah jalan kecil. Namun ada juga cerita lain yaitu tentang anak muda yang dibangunkan oleh api dan mampu memadamkan api dengan air kencing nya, membantu menghentikan kebakaran di benteng raja.
Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Brussels sudah pasti akan singgah kesini, karena tempat ini begitu terkenal. Padahal menurut aku lokasi patung Manneken Pis nya tidak terlalu besar, jadi bila didatangi oleh banyak turis menjadi serasa sempit, dan berdesakan karena ingin mengambil foto bersama patung tersebut. Aku dan Atik yang bengong...ohhhh ini toh yang disebut Manneken Pis, gak ada apa-apanya kok. Cuma patung anak kecil dan ukurannya juga kecil, bagi kami tidak menarik sama sekali.
Posisi patung Manneken Pis terletak di sudut tikungan yang letaknya menyempil. Perlu diketahui juga patung asli Manneken Pis disimpan disuatu tempat yang aman, yang terpasang di tempat adalah tiruannya.
|
Manneken Pis |
|
Aneka varian waffle. Enaknya kebangetan dahhhhh....mantabsss |
Manneken Pis sebenarnya hanya berupa patung perunggu biasa. Ukurannya pun sangat mungil, hanya setinggi 61 cm (24 inch). Patung yang dalam Bahasa Perancis disebut Le Petit Julien ini berada di sudut jalan Rue de l'Étuve (Stoofstraat) dan Rue du Chêne (Eikstraat), Brussel. Lokasi ini tak jauh dari Grand Place (Grote Markt), alun-alun utama di Brussel yang selalu ramai dipadati turis. Manneken Pis yg berada di sudut jalan tersebut, hanyalah tiruan/replika yg dibuat oleh Jerome Duquesnoy pada tahun 1619. Manneken Pis yang asli dibuat pada tahun 1388 dan sekarang disimpan di Museum of the City of Brussels, yang berada di Maison du Roi, Grand Place.
Awalnya, Manneken Pis tidak memakai baju. Namun, untuk lebih menarik perhatian turis, pemerintah kota Brussel mendandani dan memberi baju serta aksesori untuk patung ini. Kostum yang dikenakan Manneken Pis berganti beberapa kali tiap bulan. Penggantian kostum ini disesuaikan dengan peristiwa/kejadian yang terjadi di Brussel ataupun di dunia internasional. Misalnya : pada hari Valentine, Manneken Pis akan mengenakan baju mirip Cupid, pada hari Pramuka Internasional, Manneken Pis akan mengenakan baju mirip Robert Baden-Powell (Bapak Pandu Dunia), dan pada hari Natal Manneken Pis akan mengenakan baju Sinterklas.
Selanjutnya kami dibawa pak Irwan ke sebuah toko cokelat yang sudah menjadi rekanan mereka, dimana nanti pasti mereka akan dapat fee 20% dari total pembelian. Senang melihat gaya/atraksi customer servicenya mempromosikan produk mereka. Dengan berapi-api wanita cantik itu memberikan informasi varian produk, discount dan sebagainya. Kami berkeliling melihat-lihat tetapi tidak tertarik sama sekali untuk membeli. Pertama karena barangnya dikemas dalam kotak yang sizenya besar. Kami mikir mau ditarok dimana lagi, berat sudah pasti (saat berangkat saja pindah dari terminal 3 ke terminal 2 kita sudah termehek-mehek mengangkat koper, bukankah saat pulang nanti akan seperti itu lagi. Huft...). Kedua kami masih ragu dengan kehalalan produknya. Ketiga dulu pernah Arik adik kandungku dinas ke Jerman dan membawa oleh oleh cokelat yang lumer karena suhu udaranya kan berbeda jauh. Meskipun ditawari akan dikemas dalam kantong plastik yang bisa mempertahankan wujud cokelat namun kami gak yakin bisa mempetahankan wujud cokelat itu. Keempat mahal...ini alasan yang paling masuk akal.
Di saat yang lain antusias membeli kami keluar toko. Mampir ke kedai sebelah yang menjual sebuah kuliner khas kota Brussel ini sangat nikmat yaitu waffle, ada yang ditaburi gula halus, coklat, es krim dan berbagai varian rasa sesuai selera kita dengan harga yang beragam sesuai rasanya. Kami memilih waffle yang bertabur strawbery saus cokelat susu dan taburan serbuk gula putih. . Untuk varian yang kami pilih harganya 11,5 euro, ukurannya cukup besar kami bertiga saja berat untuk menghabiskannya. Rasanya legit, manis dan enak... .
Sembari menuju ke meeting point kami sempat masuk beberapa toko souvenir tapi tidak membeli satupun karena harganya jauh lebih mahal dibanding ketika di Paris dengan kualitas yang tidak sebagus yang sudah kami beli. Di sepanjang pertokoan souvenir ini para pelayan toko berteriak-teriak "Swadikap" mempersilahkan kami masuk. Swadikap ucapan selamat datang dalm bahasa Thailand....aha rupanya mereka menebak kami orang Thailand. Lumayanlah dijalan pulang punya kesempatan mengambil foto bangunan tinggi mirip gereja yang terletak di tengah alun-alun. Persiapan Natal sudah sangat terlihat karena gedung-gedung bahkan area tengah itu sedang dihias menggunakan ornamen Natal, antara lain pohon natal, bola-bola lampu berkelap-kelip dsb.
Seperti kemarin-kemarin kita harus molor lagi di dalam bis karena rombongan Palu dan kelompok Edo-Marwa (kelompok biang kerok nih) telat lagi bahkan jejaknya tak terbaca. Aku cuma bisa istighfar di dalam hati, ya Allah... masih sempatnya belanja lagi padahal kemaren di Paris kan sudah cukup banyak tempat dan waktu yang diberikan buat belanja. Banyak banget duit tuh orang...!
|
Grand Mark....mobil putih yang nampak itu bukanlah ambulance melainkan mobil pernak-pernik untuk menyajikan ornamen Natal. |
|
Pertokoan di Grand Place desain interior tokonya cantik-cantik sekali. |
|
Pertokoan Grand Place |
|
Berteduh dari hujan deras |
Penumpang sudah sebagian besar emosi dan ngomel, masalahnya hari sudah lewat isya’ dan perjalanan ke Amnsterdam itu masih lumayan jauh.... yah apa boleh buat.... tour ngaco begini. Kebanyakan peserta sih jadi susah ngaturnya. Lagipula tour guide nya “enyek-enyek” alias gak tegas. Apalagi terhadap group Palu (biangkerok) itu si “Euis” sangat sayang karena mereka royal uang ke dia. Hampir tengah malam kita baru check in di hotel MERCURE AMSTERDAM SLOTEDIJK STATION. Suka melihat reseptionist dan petugas hotelnya sangat ramah mirip standar pelayanan hotel di Indonesia.Karena sangat lelah kami langsung mandi dan tidur tanpa menyantap makan malam yang dibagikan. Selamat malam sampai besok....
No comments:
Post a Comment