Thursday, 3 January 2019

DAY 3RD EXPLORE CIWIDEY

Semalam aku tidur lebih cepat, sekitar jam 9 malam aku sudah pules. Sengaja karena hari ini schedulenya jam 6 pagi kami harus sudah start meninggalkan hotel menuju destinasi wisata yang ingin diexplore. Kenapa harus pagi sekali??? Karena tempat yang ingin diexplore lumayan jauh dari lokasi menginap. Selain itu hari ini selesai explore kami akan langsung pulang ke Bogor, banyak sekali kekhawatiran jika harus di last minute time. Alasan yang paling penting adalah macet. Strategiku adalah kami harus "one step ahead from others".
Foto-foto depan hotel, seraya tungguin Nina yg belom kelar dandan
Alhamdulillah seluruh anggota group ini tepat waktu, maka pas jam 6 tepat kami check out dan otw. Eits... tapi sebelum go to destinasi yang paling wajib dan nomer wahid adalah isi komoditi dulu, biar berjalan merasa nyaman. Let's kita cari sarapan dulu gengs.... Sama seperti kemaren kita berburu sarapan di jalan raya depan hotel. 

Pagi ini pilihan aku jatuh pada "Ketoprak", Zaenab selalu 1 selera dengan aku. Sedangkan yang lain memilih "Nasi soto". Meski tidak sama pilihan menunya tapi kami tidak terpencar karena kedai ini berada dalam tenda yang sama. Aku suka sama ketoprak yang dijual, semua bahannya masih fresh. Togenya aja langsung dicelor ketika ada yang pesan, bahkan tahunya digoreng dulu. Memang agak lama sih pengolahannya namun mantabsss. Lagi-lagi minumnya teh tawar panasss..... Untuk 2 piring ketoprak dan 1 bungkus kerupuk aku harus membayar sebesar 24 ribu. Jika dibanding kemaren lebih mahal. Kalau nasi soto aku gak tahu karena mereka bayar sendiri. 

Penampakan ketoprak pesananku, sebenarnya ada tambahan soun tapi aku tidak ingin dikasih takut tak habis.
Usai sarapan kami langsung otw ke arah Ciwidey, hari ini cuaca cerah dan terik. Sebenarnya dalam itinerary aku ada 4 destinasi yang akan disinggahi yaitu, kawah Trengganis (bukan kawah putih karena aku sudah pernah), Ranca upas, bukit jamur dan Barussens Hills. Namun karena Zaenab ingin ke Kawah Putih akhirnya aku mengalah kawah Trengganis dicoret. Sebelum melaju seperti biasa aku selalu minta Kiki pantau di map, lebih dekat mana ke-4 destinasi tersebut dari posisi kami. Kata Kiki yang paling dekat adalah Barrusens Hills. Ya sudah... kesana dulu. 

Sudah menjadi kebiasaan pada saat week end Bandung dan sekitarnya dipadati oleh tamu dari Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Ditambah lagi ini sudah masuk musim libur sekolah maka dimana-mana macet gak terkira. Alhamdulillah Kiki driver kami itu taktis dan cekatan ambil keputusan. Agar kami tak terjebak macet dia selalu mengarahkan mobilnya melewati jalan-jalan kampung yang tak biasa dilewati umum. Aku senang, karena jalan-jalan kampung ini menyajikan pemandangan indah seperti sawah atau perkampungan penduduk yang asri. Hampir sepanjang jalan yang kami lewati di depan rumah penduduk pohon mangga sedang berbuah lebat dan besar-besar dan dibiarkan bergelantungan bahkan sampai berjatuhan. Aku pikir sudah bosan makan mangga mereka itu? Tak seperti aku yang menghabiskan berkilo-kilo pupuk buah memaksa pohon mangga depan rumahku agar berbuah, namun nihil. Hehee....Perjalanan lumayan jauh meskipun tidak macet....Sekitar jam 9-an kami baru menemukan lokasi Barussens Hills. 

BARUSSENS HILL 
Mengapa aku memilih lokasi ini? Melalui pencarian di google tentang destinasi wisata Bandung terfavorit, lokasi ini muncul. Saat aku mencari info lebih lanjut kudapati foto-foto yang spotnya sangat cantik dengan hamparan bunga warna-warni. Berikut adalah beberapa info yang aku dapat dari google searching : 

1. Alamat villa Barusen Hills berada di jalan Gambung, Cisondari, Pasir Jambu, Ciwidey Bandung. Lokasinya berada sebelum tempat wisata Kawah Putih dan Glamping Lakeside Rancabali (lokasi resto berbentuk kapal Pinisi). 

2. Akses termudah bagi pelancong yang ingin berlibur adalah dengan melalui daerah Soreang. Jika melalui Majalaya maupun Pangalengan, maka dibutuhkan mobil dengan kondisi prima dalam melalap jalanan pedesaan. Setelah dari Soreang ke arah Ciwidey maka kalian akan bertemu pertigaan berbentuk “Y” (Waroenk Jagger). Silakan ambil arah ke kiri dan masuk ke jalan Cisondari. Silakan ikuti jalan tersebut hingga berbatasan (perempatan) dengan jalan Gambung yang berada di seberang. Silakan masuk ke Gambung hingga melewati Kebun Zam Zam dan koperasi desa Pasir Jambu. Lokasi villa dan glamping Barusen Ciwidey hanya beberapa ratus meter dari koperasi tersebut. 

3. Datang dan berlibur ke tempat indah ini memang tidak ada pembatasan waktu. Apalagi jika anda bermaksud menginap. Artinya setiap saat lokasi liburan Barusen ini buka 24 jam. Tetapi jika kalian hanya ingin mencoba wahana atraksi yang tersedia, pastikan datang mulai dari jam 08.00 hingga 17.00. Semua fasilitas dapat dicoba saat itu, termasuk juga kolam renang berbentuk waterboom. 

Jika tujuan kalian ingin berfoto di Barusen Hills yang fotogenik ini dan menciptakan ratusan gambar yang menakjubkan, sebaiknya datang di hari kerja saja (weekdays). Karena bukit ini sangat populer sehingga pengunjung saat weekend membludak. 

Di awal pintu masukpun sudah ada sedikit ketakpastian, sang juru parkir memaksa kami untuk parkir di lapangan luas di kaki bukit padahal area wisata masih lumayan jauh dan berada di puncak bukit. Aku agak kaget melihat lokasi parkirnya kok jauh sekali. Disamping itu terbayanglah bagaimana kami yang sudah usia lanjut harus sedikit mendaki menuju lokasi. Kembali aku protes dan bertanya "Lokasi wisatanya dimana pak? Diatas jawabnya. Kenapa harus parkir disini, jauh dan agak sulit bagi kami dengan jalan menanjak. Bapak itu berkilah lagi... sudah penuh bu di atas... Sudah penuh??? Bukankah masih pagi nih? Dialog itu tak berkesudahan...karena si"bapak" keukeh minta parkir di situ. Yah sudah...kami manut. Dan yang lebih aneh lagi tiba-tiba si bapak minta uang parkirnya dibayar sekarang sebesar 10 ribu. Aku kembali ngotot loh....kenapa harus sekarang? Bukannya nanti saja saat kami harus keluar. Dia ngotot dengan alasan biar mudahlah, nanti takut dia sedang tak adalah.... Ya sudahlah kami bayar biar tidak ribut. 

Baru sepertiga jalan yang didaki untuk sampai ke bukit
Beres dengan urusan parkir kami terpaksa harus mendaki, lumayannn terengah-engah. Aku berkeringat basah dan nafasku memang sedang sesak. Astmaku sedang agak kumat jika aku sedang lelah dan cuaca ekstrim. Waduh.... Dan yang membuat kami kaget adalah...ternyata area parkir yang di atas lumayan luas  dan masih kosong, hanya ada beberapa mobil saja. Yaaa ileh... si"bapak" cipoa nih. Akal-akalan dia aja dong tadi bilang penuh segala. Modus macam apa pula.... ! Kiki pun komentar... dan akhirnya Kiki terpaksa turun lagi agar bisa pindah parkir ke atas ini. Jadi terpaksalah harus menunggu sekitar 15 menitan, karena kami ingin Kiki ikut ke dalam untuk bantuin foto-foto. 

Kami segera ke loket untuk beli tiket masuk, agak kaget juga harga tiketnya sebesar Rp 35 ribu, agak bertanya-tanya dulu ke penjaga tiketnya mahal amat memangnya ada fasilitas apa saja? Dia jawab ada kolam renang dan spot-spot foto menarik. Harga tiket segitu semuanya free tanpa ada biaya tambahan apapun di spot-spot fotonya. Baiklah...bayar! Mungkin harga tiket segitu tidaklah mahal jika dibanding di luar negeri, tapi yang jadi masalah adalah karena semua "charge" itu dari hari pertama kemaren semuanya cuma dikeluarkan dari satu sumber alias satu dompet saja, padahal kas sedang tak banyak. Sabarrrr..... nanti diisi Allah lagi kalau cepat kosongnya. 

Masuklah kami ke lokasi. Dannnnn ...agak kaget karena manusia yang ada disitu berjubel. Bahkan kolam renang sudah seperti es cendol dalam cangkir saking banyaknya manusia yang nyemplung. Mana bisa berenang lagi, paling nyemplung dan berendam doang kalau begitu. Subhanallah... Kami segera melewati kolam renang naik ke atas lagi untuk dapat spot-spot foto yang seperti aku lihat di medsos. Dan apa yang aku dapati adalah rasa kecewa, penampakan tamannya tak seindah di foto-foto orang. Entahlah ...apakah karena kemaren saat kemarau panjang tanaman pada mati karena kekeringan atau karena apa? Yang kudapati tanaman gundul seperti meranggas dan baru mau muncul daun baru. Tanah-tanahnya kering.
Awalnya saking bingung mau foto dimana, rumah mungil ini jadilah
Meski kecewa tapi aku berusaha membuat hati senang dengan menikmati saja apa yang ada. mencoba memaksimalkan fasilitas yang ada. Dan satu catatan lagi adalah petugas loketnya tadi tidak sinkron kata-katanya. Di on the spot masih ada tambahan biaya lagi yang harus dikeluarkan untuk dapat berswafoto di beberapa spot seperti perahu bambu, menara bambu, kupu-kupu terbang dsb. Entahlah mau bilang apa tapi ini ada dan nyata.... 

Lokasi perbukitan dengan cuaca dan matahari terik tak urung membuat mata silau dan muka memerah serta keringat bercucuran. Namun ternyata banyak memakan waktu juga kami disini karena fotonya harus gantian dan tak tangkas serta sigap saat ambil giliran. Aku sudah ingin cabut saja karena wajahku sudah memerah. Akhirnya selesai juga... ! Dalam hati aku berbisik catat yah cukup sekali saja kesini, tak ada apa-apanya. Not recomended! Kami segera keluar menuju destinasi selanjutnya, saat melalui lapangan parkir di bagian bawah tak nampak si juru parkir yang tadi, dan lapangan itupun penuh karena memang parkiran di atas sudah full. 

Sign yang ada disini semua tentang cinnta
Setelah liat foto orang ternyata anglenya salah nih
Balik badan
Memaksimalkan yang ada
Berusaha menikmatinya meski disini-sini aja
tugu apa nih?
Lagi lagi cinta ..
Taman ini agak lumayan
Antri tak antri
Icon menarik yang terlihat dari lapangan parkir
Sayangnya ketutup mobil2 pengunjung.
Cuaca sangat terik dengan matahari mencorong silau menyengat saat kami menuju ke arah lokasi wisata Kawah Putih. Macet dimana-mana meski kami lebih sering melalui jalan kampung yang kecil. Di dalam perjalanan saat melalui pasar tradisional kami mampir ke sebuah warung makan khas Sunda. Seketemunya saja karena kami sudah sangat lapar. Pas masuk warung/resto itu nampak sepi tak berpengunjung. Tapi kami tetap masuk saja sudah kepalang. Kejutan dimulai dari saat memesan makanan, karena agak aneh sistemnya. Jadi ceritanya setiap item sayur, lauk bahkan sambal dan nasi putihpun ada harga masing-masing. Dan mahalllllll..... yang aku ingat 1 porsi nasi Rp 7ribu, 1 potong kecil dada ayam panggang Rp 25 ribu, 1 porsi kecil karedok Rp 25 ribu, 1 porsi sambal (cukup untuk 1 orang ) Rp 5 ribu, 1 bungkus pepes tahu, pepes ayam masing-masing Rp 27 ribu. Cuma minum teh saja yang gratis.  Hmmmm terlanjur masuk tak mungkin akan keluar lagi. Apa boleh buat... orderlah kita. Lebih kecewa lagi cita-rasa masakannya sangat mengecewakan banget. Yang sambel itu minyaknya sampai menggenang, lalu ayam, sayurnya.... Waduh pantes sepi pengunjung. Yang jadi pertanyaan aku "kok berani ya orang ini buka warung makan?" Trus pake mahal pula....!

Usai bayar kami segera melanjutkan perjalanan lagi. Mulailah kami bersahabat dengan macet lagi.... Dari sinar yang matahari sangat terang benderang tiba-tiba mendekati lokasi Kawah putih langit menjadi hitam gelap bahkan hujan turun meski tak begitu deras. Terlebih saat masuk pintu loket hujan semakin deras. Kebayanglah aku bagaimana nanti di lokasi (aku dulu pernah kesini dan hujan rintik). Ya sudah...apaboleh buat. Masuklah kami ker gerbang loket. Tiket yang harus dibayar adalah per orang Rp 20 ribu rupiah dan untuk parkir mobil Rp 150 ribu . Aku sempat tersentak kaget kok biaya parkir sebesar itu???? (Rasanya dulu tahun 2016 saat aku kesini kok aku tidak terkaget-kaget karena biayanya tak sebesar ini). Sampai berulang kali aku minta kepastian...takut salah dengar, ternyata benar 150 ribu. Astaghfirullah... untuk biaya apa ya kok parkir sebesar itu? Gak masuk akal banget , wong kami rental mobil saja 300 ribu per hari. Ini sih pemerasan terselubung. Dana taktis parkir sebesar itu porsinya untuk apa saja protesku dalam hati. Yah...sudah kadung..terpaksa bayar saja. Dan kembali aku catat ini terakhir aku kesini lain kali ogah! 

Sampai di atas area parkir sudah penuh dan rada susah cari parkir. Karena masih jengkel otakku langsung kalkulasi , wah kaya bener pengelola tempat ini...mobil parkir saja ratusan ... kalau dikali kan Rp 150 ribu ratusan juta sehari bisa! Hujan semakin deras, saat kami turun dari mobil. Bersyukur aku telah menyiapkan payung sejak dari Bogor (aku sudah sedia payung sebelum hujan, meskipun pinjam punya Syifa). Berhubung payung yang ada cuma 2 jadi agak sulit. Entah karena capek atau lelah...di lokasi ini emosi para anggota group yang lain agak tinggi. Aku diam saja bahkan mengalah menyerahkan payung. Karena hujan lebat dan pengunjung padat jadi aku sama sekali tak dapat menikmati lokasi wisata ini. Emosipun meninggi. Ya sudah aku sebenarnya ingin cepat selesai saja...soalnya bajuku sudah basah sampai ke pakaian dalam. Udara dingin menggiggit dengan asthma yang agak kumat. Aku sudah diam tak bersuara. Takut emosi.... Mau mengajak sudahan gak berani. Aku hanya berdiri-diri tak tentu arah. Di tengah kebengongan aku, tiba-tiba ada seorang fotograper keliling mendekati menawarkan jasa foto. Sebenarnya aku menolak, buat apa foto-foto begitu. Tapi ketika aku mendengar si juru foto memelas ayolah bu 1 aja, bagi-bagi rezeki... buat saya. aku trenyuh. Ya sudahlah...fotolah. 

Dengan wajah riang dia menyuruh aku berpose sesuai arahannya. Cekrak-cekrek... Begitu usai aku disuruh pilih foto yang aku suka. Kasian juga akhirnya aku cukup memilih 3 buah foto yang harus aku tebus seharga Rp 30 ribu dan langsung ditransfer filenya ke HP. Karena aku sudah order banyak akhirnya si juru foto dengan ikhlas mau mengambil beberapa foto melalui HP aku langsung. Aku diarahkan ke berbagai lokasi dan disuruh bergaya sesuai arahan dia. Lumayanlah akhirnya aku dapat foto disini juga.  Ini hasil foto-foto dari juru foto:


Dibalik ranting kering


Pakai dipinjami payung segala sama diaa...
Lucu banget sampai kayak rebahan gitu poseku
Saat hujan semakin deras kami segera berlarian menuju mobil. Bajuku basah dan menggigil sekali. Rasanya nafasku sesak. Aku diam saja... dan aku merasa di lokasi ini aku adalah "lonely traveler" meski ber-4. Benar saja Rasulullah bilang untuk mengetahui watak asli seseorang pergilah bersamanya menginap beberapa hari. Hmmmm.... aku pingin cepat pulang!

Hasil jepretan Kiki
Bagus juga sense of fotografi Kiki


Ini foto setelah Zaenab pundung dia bilang gak ada foto-foto disini yang bagus mulai emosian dia karena lelah
Jepretan Kiki lagi
Bubar dari Kawah Putih kami langsung menuju tol dan pulang ke Bogor. Rencana Bandung city tour, seperti ke Braga street, pasar baru dsbnya batal. Aku sudah tak selera lagi. Zaenab juga tak mau. Aku ingin cepat pulang juga.... Akhirnya malam itu jam setengah 2 malam kami baru sampai ke Bogor. Itulah cerita travel aku kali ini. 

Ada beberapa tips dan resume yang aku dapatkan : 
1. Jangan pernah melawan perasaan dan hati nurani, jika ragu tinggalkanlah! Jangan takut untuk berkata tidak, karena keraguan itu pada akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan, hati nurani itu benar adanya. Ini kedua kalinya aku ragu dan tetap pergi akhirnya gak nyaman.
 2. Jangan pernah travelling di dalam "holiday seasons or high seasons periode" 
3. Berada di lokasi wisata dengan jumlah pengunjung yang membludak kita harus extra sabar dan harus pandai membaca situasi. Jika dapat peluang dan moment untuk foto di scene yang baik harus tangkas, sigap dan cepat, karena kalau lelet mau tarok tas dulu, benerin baju dulu, benerin kaca mata dulu, keburu moment dan kesempatannya direbut oleh pengunjung lain yang tak sabar menanti.
 4. Jangan pernah mengunjungi daerah yang lembab alias dingin di periode musim hujan, especially in Desember. Rugi waktu dan itinerary terancam failed. 
5. Selalu bangkitkan rasa tepo seliro pada siapapun, entah itu pengunjung lain, walaupun sesama rekan. Berbagi rasa, berbagi beban materi...hahaha...

No comments: