Minggu, 29 April 2017
Tepat jam 7.30 kami sudah way out from Hotel (sayang aku lupa mencatat nama hotelnya) untuk destinasi wisata hari ke-3 yaitu balik lagi ke pusat kota yaitu Bangkok. Seperti pada perjalanan menuju Pattaya di hari ke-2 kemaren, perjalanan balik ke ke Bangkok juga ditempuh dalam waktu 3 – 4 jam. Dalam kondisi yang amat sangat lelah aku tertidur lelap sepanjang perjalanan, terbangun ketika mendengar suara pak Bong bahwa kita sudah hampir sampai di tempat pertama kunjungan hari ini yaitu Gem store.
GEMS JEWELRY FACTORY BANGKOK
Gems Jewelry Factory merupakan tempat pembuatan dan pengolahan batu-batu berharga yang dihasilkan Thailand hingga menjadi perhiasan yang indah. Menurut keterangan pak Bong local guide kami begitu tiba di tempat ini kami akan menaiki kereta bawah tanah dimana kami akan dapat menyaksikan proses pembuatan batu permata, mulai dari tahap paling pertama yaitu pengambilan bahan dasar batu dari tambang. Namun mengingat ini adalah “peak season”, maka saat sampai ke lokasi deretan bus pariwisata yang mengantri untuk masuk di parkiran factory ini mengular, pak Bong langsung memutuskan kami tak usah antri untuk menaiki kereta melainkan langsung ke display storenya saja. Okelah kalau begitu... gak penting juga yang penting lihat produk akhirnya saja. (Belakangan melalui beberapa blogger baru kuketahui bahwa naik kereta itu bukannya ke area tambang melainkan, kita dibawa ke underground level untuk nonton film tentang proses pembuatan batunya. Untung saja gak jadi ke underground...buang waktu percuma).
Kami masih antri sedikit untuk memasuki tempat display
penjualan produk permata ini, begitu masuk kami langsung disambut oleh seorang
pramuniaga wanita yang fasih berbahasa Indonesia. Sebelum memasuki ruang
display kami melewati ruang kerja para pegawai dalam merangkai dan membuat
sebuah perhiasan. Pada ruangan ini kami masih diperkenankan untuk mengambil
foto, namun pada ruang display tidak diperkenankan mengambil foto. Baiklah
baiklah....!
|
Ruang ini adalah bengkel tempat pembuatan produk. Kita harus melewati ruang ini dulu sebelum masuk ke ruang display produk |
|
Berbagai tools(peralatan) untuk pembuatan produk |
Akhirnya sampailah kami pada ruang display produk yang
dijual. Pengunjung padat merapat. Tapi mata dan hati seorang wanita seperti aku
yang memang mencintai perhiasan selalu bisa menemukan bentuk produk yang sesuai
selera hati. Ditemani seorang pelayan yang ramah dan pandai menarik hati maka
hancurlah pertahananku untuk menjaga kantong dan rekening agar tak bocor.
Lucunya untuk melakukan pembayaran aku menebar semua uangku dengan 3 jenis mata
uang. Rupiah, dolar dan bath....semua ludes terkikis. Hanya tersisa rupiah
dalam bentuk puluhan, lima ribuan, seribuan haaahhhaaa.
Semua ini aku lakukan karena aku tak mau gesek kartu debit,
karena sistemnya adalah bila pembayaran dilakukan cash maka akan dapat potongan
harga 5% dan untuk tax refund akan langsung dipotong sebesar 10% tanpa harus
mengurus di bandara, aku juga gak mau mengurus tax refund di bandara karena
butuh waktu
Jenis barang yang kubeli adalah sebuah cincin bermata topaz
seharga 8000 bath, dipotong 5% menjadi 7600 bath, lalu dipotong 10% tax refund
menjadi 6840 bath. Dengan nilai kurs 417 rupiah maka total dalam rupiah adalah
2,85 jutaan. Hmmmm... apa boleh buat. ... tongpesss gak apa apa asal senang.
Namun menurut pendapatku kualitas permata disini masih belum sebagus produk
Jeil Ametheyst di Korea. Ya sudah... begitu selesai mendapat hasil buruan kami
langsung keluar, setelah kumpul di bis ternya semua wanita yang ada dalam
rombongan masing-masing menghasilkan 1 hasil buruan juga. Hmmmm....hmmmm...
Lalu kami kembali melaju dengan bis menuju pusat penjualan
souvenir dan oleh-oleh khas Thailand yaitu Dried Food.
|
Ini nih yang membuat aku terjatuh dan merobek dompet |
|
Tangan tangan yang menorehkan hasil buruannya |
BOWTIP MARKET (DRIED FOOD MARKET)
Toko besar yang terletak di jalan antara Pattaya dan Bangkok
ini menyediakan beragam rupa oleh-oleh yang bisa dibeli untuk dibawa pulang,
seperti snack, souvenir berupa replika Thailand , piring hias , gantungan
kunci, kerjainan tangan berupa tas, dompet serta yang tak pernah tertinggal adalah kaos
serba Thailand. Untuk menarik minat pembeli toko ini memberlakukan promo dengan
cara pembelian 3 free 1 atau ada juga produk 5 free 1.
Aku sudah sangat tidak minat berbelanja karena sudah tak
punya stock uang lebih, selain itu produk yang dijual hanya itu-itu saja. Bosan
rasanya melihat gantungan kunci dan sebagainya itu. Untuk produk
makanan/penganan aku juga tak berminat. Memangnya siapa yang mau makan dan aku
mau ngasih siapa. Toh aku cuma hidup sebatangkara. Penganan dan snack yang
kubeli saat travel ke Bandung bahkan
yang dari Korea saja masih belom termakan. Jadi setelah melihat-lihat sekilas
isi toko aku segera keluar dan mengamati tingkah laku rekan-rekan dari jauh
saja. Iseng aku shoot beberapa view sekitar toko untuk aku simpan di cameraku.
Hmmmm...bosan dan memang selalu membosankan bila travelling terlalu banyak
adegan belanja/shoppingnya.
|
Ini sebagian produk snack yang dijual di Bowtip Market |
|
Snack kering lainnya |
|
Pemandangan di luar toko |
|
Sisi luar kanan toko deket WC nya yang jorokkkk |
|
Patung apakah ini ???? sepertinya sesembahan mereka, lihatlah patung ini diberikan sesajian minuman fanta dan buah mangga segar |
|
Cafe kecil di sisi kiri toko, untuk melepas penat. |
|
Si adek cowok yang lugu dan baik hati, meski gak beli eh...dia ngasih permen asem. Kapunka... |
Selain bisa membeli oleh-oleh khas Thailand, di toko
oleh-oleh yang sekaligus bisa dijadikan sebagai rest area setelah menempuh
perjalanan lumayan jauh ini, pengunjung juga bisa membeli kelapa muda sebagai
pelepas dahaga. Ada juga penjual buah segar. Namun selain memang kantongku tak
punya lagi persedian cash money harga buah disini sangat mahal. Gila 1 buah
harganya 60 bath, padahal saat di Bee Farm harganya hanya 25 bath. Ya sudahlah
biarkan aku asyiik dengan cameraku saja.
1 jam waktu yang diberikan sudah usai dan kami harus mulai
kembali ke bus, kulihat ibu-ibu rombongan kami sudah menenteng belanjaan yang
banyaaaakkkk lagi. Hmmmmm....duitnya tak berseri jadi gak habis-habis belanja
Bus kembali melaju tujuannya adalah makan siang di sebuah
resto hotel, “Picnic Hotel”. Hotel bintang 5 yang restonya bagus, besar dan
elit. Seluruh jenis makanan ada. Di resto ini aku makan agak banyak. Mulai dari
2 potong puding, semangkuk besar buah, sedikit nasi dan fillet ikan, spagethi
lalu terakhir aku mengambil sepiring kecil buah lagi. Mantap kenyangnya....
Usai makan aku hanya duduk-duduk di lobby sementara yang lain mengerjakan
sholat. Aku sangat tertarik sekali melihat ada area foto shoot dipojokan lobby.
Desain tata letak interiornya cantik sekali, ada sepeda putih dengan keranjang
bunga, lalu kursi taman putih yang cantik. Aku hanya memandanginya dari jauh
karena gak bisa untuk foto di situ tak ada yang bisa motoin. Hiks.....
Bus kembali melaju menuju destinasi selanjutnya. Di sini ada
sedikit kesewotan aku sama pak Bong, menurut pak Bong karena masih banyak
itinerary yang harus dijalani hari ini dan karena dia mengamati bahwa sebagian
besar ibu-ibu peserta sangat hobby shopping, maka pak Bong bernegoisasi
bagaimana seandainya 1 dari 2 tempat yang dikunjungi diskip saja supaya waktu
untuk shopping di MBK agak lebih panjang.
Waduhhhh....aku langsung duluan
sekali menjawab. Pak Bong tujuan saya ke Thailand adalah wisata bukannya
shopping, jadi kunjungan ke Golden Budha,Chao Praya dan Wat Arun harus tetap
seperti schedule semula. Justru waktu untuk ke MBK biarlah secukupnya saja.
Terserahlah mau suka atau tidak suka yang mendengarnya.Aku sudah bosan menjadi
centeng yang selalu menunggu-nunggu di depan toko ketika orang belanja.
Alhamdulillah omonganku di aminkan sebagian peserta dan yang paling banyak
setuju adalah peserta laki-laki. Akhirnya sepakat tak ada tempat wisata yang di skip. Kami
segera menuju Golden Budha.
GOLDEN BUDHA
Objek wisata yang selanjutnya dikunjungi adalah Wat Traimit atau lebih dikenal dengan Golden Budha. Wat Traimit buka pukul 09.00 am – 5.00 pm, dengan lokasi di Traimit Road (sebelah barat Hua Lampong Station). Mengunjungi Wat Traimit gratis tidak dipungut biaya. Tapi, di puncak paling atas untuk masuk museum dikenakan biaya sekitar 100 Baht.
Di puncak atas Wat Traimit ini ada patung Buddha yang dikenal dengan nama Golden Buddha. Patung Buddha tersebut berumur sekitar 9 abad, dibuat pada abad ke-13 pada masa Kerajaan Sukhothai. Patung Buddha tersebut berukuran 3 meter (9.8 ft) dan terbuat dari emas murni (18 karat) dengan total berat 45 kg dan diperkiraan nilai emasnya mencapai 250 juta dolar.
Masuk kedalam lokasi pengunjung sangat padat, aku berdiri dan mataku berkeliling menatap keatas sambil sekali-sekali menjepret cameraku untuk mengambil view menarik. Agak sulit.... dapat hasil foto yang baik. Tapi easy going ajalah... yang penting aku dapat mengamati tempat ini. Saat beruntung aku bisa meminta tolong wisatawan asing (kebanyakan orang India) yang dengan ikhlas mengambil fotoku. Pas di patung budha dibagian dalam kuil aku sempat minta fotoin sama peserta dari Medan, ibu dokter muda. Alhamdulillah dia mau dan tidak keberatan.... Terima kasih....!
|
Golden Budha |
CHAOPRAYA
Salah satu daya tarik utama wisata Bangkok adalah Sungai Phraya atau yang lebih dikenal sebagai Chao Phraya. Sungai besar yang berair kecokelatan tapi bersih ini, telah menjadi jalur transportasi penting sepanjang sejarah kota Bangkok. Chao Phraya juga menjadi jalur yang efektif untuk mengunjungi berbagai tempat wisata di Bangkok dengan murah.
Ada dua jenis kapal (boat) yang bisa Anda gunakan untuk eksplorasi berbagai tempat wisata di sepanjang sungai ini. Jika tidak memiliki banyak waktu dan hanya ingin pergi ke satu atau dua tujuan saja, misalnya ke Grand Palace atau Wat Arun, bisa naik Chao Phraya Express Boat. Kapal ini berfungsi layaknya bus umum, tinggal naik dan nanti katakan tujuan kita ke kondektur yang akan menarik bayaran. Tarifnya tergantung jarak, sekitar 10 sampai 30 baht. Tarif akan lebih mahal pada jam sibuk, begitu pun jadwal kedatangan kapal. Pada jam sibuk, jumlah kapal yang beroperasi juga semakin banyak.
|
Dermaga penyebrangan menunggu kapal tongkang yang disewa menjemput |
|
View gedung-gedung menjulang di seberang |
|
Gedung-gedung pencakar langit |
|
Sebagian group wanitanya, dari Semarang dan Jakarta semuanya ramah dan disiplin |
|
Dermaga kami tempo dulu... |
Mengarungi sungai Praya (haha lebai banget seperti mengarungi samudra saja), kami menyewa
sebuah kapal tongkang kecil. Serem sekali pas naik kapal ini, sepertinya kapal
ini tidaklah dalam kondisi yang baik. Aku mengamati dari tadi saat kapal ini
datang bahkan berlabuh di dermaga menjemput kami, kapal sangat oleng dan miring
ke sebelah kiri. Sangat berbeda dengan kapal kecil lain yang ada disekitaran
situ, yang tegak dan tidak miring. Aku tak henti berdzikir selama perjalanan,
memang kapalnya miring kok seperti mau tumpah. Ya Allah lindungi kami.
Sejauh mata memandang, di kanan dan kiri sungai ini kami
disuguhi dengan panorama gedung-gedung pencakar langit. Rupanya di sepanjang
sungai Chao Phraya juga dihiasi dengan berbagai hotel mewah bintang 5, seperti
Mandarin Oriental Bangkok, Royal Orchid Sheraton Hotel, Shangri-La Hotel
Bangkok, dan The Peninsula Bangkok. Kerennya, hotel-hotel tersebut memiliki
akses langsung ke Sungai Chao Phraya.
Ikon yang paling menonjol dari pulau ini adalah Che di Mutao, sebuah pagoda di
Wat Poramai Yigawat. Selama menjelajah Sungai Chao Phraya, perahu yang kita
naiki seringkali berpapasan dengan kapal lainnya. Tak jarang mata ini melihat
beberapa restoran apung yang menjajakan makannya di atas kapal. Mendekati
dermaga pemilik kapal menjajakan roti bantal yang besar sekali seharga 10 bath.
Roti tersebut adalah makanan ikan keramat yang jumlahnya ribuan di tepi
dermaga. Ketika kami melemparkan roti, maka ribuan ikan berkerumun berebut
memakan roti tersebut. Bentuk ikannya sangat mirip dengan ikan patin tetapi
ukurannya agak lebih kecil. Menurut pak Bong rakyat Thailand tidak berani
mengambil apalagi mengkonsumsi ikan-ikan tersebut, karena mereka menganggap
ikan ini adalah titisan dewa, makanya disebut ikan keramat. Karena tidak pernah
diambil makanya populasi ikan di pinggiran dermaga sangat banyak. Hmmmmm....Kapal sandar di dermaga, satu persatu kami naik ke dermaga
dibantu oleh isteri dan anak pemilik kapal.
|
Ikan keramat yang berebut roti |
WAT ARUN
Selepas naik ke dermaga kami langsung disambut oleh sebuah bangunan menjulang dengan patung budha berwarna emas di depan pintu masuk bangunan ini adalah temple (=kuil) Wat Arun. Wat Arun disebut juga sebagai kuil fajar atau candi fajar. Candi ini merupakan Candi budha yang terletak di distrik Bangkok Yai, kota Bangkok, di tepi barat sungai Chao Phraya. Dikutip dari wikipedia, Nama panjang Wat Arun adalah Wat Arunratchawararam Ratchaworamavihara.
|
Wat Arun di tahun 2011 |
|
Patung emas Budha dulu dan sekarang tetep sama stabil berat badannya, berhubungyang ambil fotonya pak Satpam jadi view kiri kanan tak balance. Tak apalah yang penting dapat moment di entry gate ini. |
Wat Arun dibangun pada masa kerajaan Ayutthaya, yang dikenal dengan sebuat Wat Makok. Setelah Raja Rama II & Raja Rama IV berkuasa, Wat Makok kemudian diganti nama menjadi Wat Arun seperti sekarang.
Dari sungai Chao Phraya, Wat Arun terlihat megah dan terlihat indah. Apabila senja maupun matahari terbit, keindahan Wat Arun tak tertandingi. Banyak momen yang bisa diabadikan pada dua waktu tersebut. Menikmati sebuah bangunan dengan tinggi sekitar 70 meter ini, bisa memberikan rasa senang, karena memang Wat Arun terkenal dengan sebutan "Temple of Dawn", kuil atau candi yang indah saat terbenam matahari.
Detail ornamen Wat Arun
mengingatkan pada sebuah guci yang terbuat dari porselen dan keramik dari
Tiongkok. Dinding candi ini berwarna-warni layaknya keramik dari Tiongkok.
Berkeliling Wat Arun haruslah ektra hati-hati karena tangganya memiliki sudut
yang sangat sempit dan memiliki tangga yang sempit dan cukup menukik. Namun,
apabila telah sampai pada puncaknya, pemandangan yang sangat indah akan
terlihat dengan jelas. Sebuah lukisan alami yang bisa dilihat dengan mata
telanjang sebuah pemandangan aktivitas sungai Chao Phraya dan kota Bangkok.
Setelah mengambil foto
seadanya bersama yuk Erni yang sudah tak sabaran untuk belanja karena ada toko
yang terletak di jalan bagian belakang temple, aku langsung bubar dan mencari
toilet saja. Aku hanya bengong sendiri karena sebagian besar peserta wanita
kulihat sangat sibuk dan asyik berbelanja. Akhirnya aku kembali naik ke temple sendirian,
suasana di temple mulai sepi karena pengunjung mulai berangsur pulang , hari
sudah hampir menjelang sore/maghrib.
Iseng aku mengambil HP
dan memakai selfie camera. Menggunakan timer dan meletakkan Hpku di dinding
temple lumayan aku dapat foto dengan angle dan view yang bagus. Yah...memang
salah seharusnya aku bawa tongsis atau tripod. Bukankah aku tidak bisa
memprediksi kondisinya akan seperti ini. Heheeee.... sudahlah ada baiknya aku
tak terlalu banyak foto supaya instagramku tak overload. Puas foto aku menuju
jalan keluar dan meeting point. Di situ aku melihat sudah hampir sebagian besar
peserta menunggu, hanya beberapa ibu-ibu saja yang belum muncul termasuk
beberapa rekan anggota group aku.
Duduk menunggu, ada
peserta yang bercerita bahwa harga barang yang dijual di toko Wat Arun jauuhhh
lebih murah dibanding di Bowtip market tadi. Untuk produk yang sama misalnya
bross di Bowtip seharga 20 bath disini hanya 10 bath. Bahkan ada yang lebih
dari 50% lebih murah, tetapi rata-rata harganya 50% lebih murah dibanding
Bowtip market Maka itulah banyak ibu-ibu yang kembali belanja dengan jumlah yang
tidak sedikit. Hmmm.... aku paham alasannya mengapa. Bowtip kan adalah toko
wajib yang sudah punya link dengan tour travel sedangkan toko di Wat Arun
adalah toko mandiri. Jadi kenapa Bowtip lebih mahal? Karena harus menyediakan sebagian
dananya untuk fee para tour travel/local guide yang lazimnya sebesar 20% dari
total pembelian. Itu hukum pasti dimana-mana.
Karena keasyikan
belanja maka estimasi waktu yang diberikan di lokasi ini agak sedikit ngaret.
Lebih 30 menit akhirnya kami kembali ke dermaga dan kembali ke tempat parkir
bis. Tujuan selanjutnya adalah sebagian peserta ke MBK Mall dan 13 orang ke
Madamme Tussaud yaitu patung lilin. Sebenarnya ku berminat untuk ke patung
lilin, tetapi mikir nanti kalau tidak ada yang motoin yah akan sia-sia padahal
harus bayar sebesar 800 bath. Aku memilih ikut yang ke MBK Mall saja, meski
inipun bukan pilihan yang menarik buatku, aku tidak punya budget dan tak suka
shopping. Apa boleh buat nikmati saja.
MBK Mall
Namanya merupakan kependekan dari MahBoonKrong, yang merupakan mal legendaris dan menjadi tempat favorit untuk belanja oleh-oleh dan souvenir bagi para wisatawan. MBK Center merupakan mall terbesar di Bangkok, berada di pusat kota, memiliki delapan lantai dengan koleksi barang yang sangat lengkap mulai dari fashion, tas, sepati, hingga elektronik dan masih banyak lagi.
Berbagai macam barang dan produk dapat Anda temukan di pusat perbelanjaan ini, tenant terbesar adalah Tokyu Department Store, kemudian ada bagian khusus untuk komputer, DVD, video games, kamera, sentra gadget, fashion dan aksesoris, juga food court, kafe dan restoran.
MBK Center sangat populer di kalangan wisatawan, walaupun tetap pengunjung utamanya adalah warga Bangkok. Banyak toko disini yang menjual souvenir / merchandise unik. MBK Center terhubung dengan Siam Discovery dan Siam Paragon melalui jembatan penyeberangan yang nyaman. Di lantai 6 mal ini khusus menjual handicrafts dan cinderamata. Barang-barang disini masih bisa ditawar lho. Untuk oleh-oleh jajanan dan makanan kering, bisa cari di lantai 2.
|
Salah satu spot menarik yang ketemu saat kami nyasar keluar gedung |
|
Cantik ya ... selalu suka with colorfull view |
Estimasi yang diberikan di MBK adalah 2 jam,
sesuai dengan jam kunjungan peserta lain yang ke Madamme Tussaud. 2 jam....ahhhh
tidakkk. Lama banget rasanya bagiku (tapi masih lebih singkat dari waktu yang
diberikan oleh Ramazan saat shopping di Grand Bazaar 4 jam hiks).
|
MBK ku masa lalu kami masuk lewat pintu yang berbeda karena menuju kesini naik MRT |
|
Melewati MRT dulu untuk ke MBK |
Lelah berkeliling aku mengajak untuk turun dan
langsung ke meeting point saja. Sudah ada beberapa peserta yang menunggu di
meeting point namun sang sopir dan pak Bong belum kelihatan jadi kami balik
lagi ke area depan mall yang menjajakan aneka jajanan. Disana aku penasaran
mencoba membeli rujak mangga ala Bangkok. 1 porsi harganya 60 btah. Lumayan
tapi masih belum bisa menandingi rujak Indonesia...heheee...
Mengingat destinasi selanjutnya adalah menonton
pertunjukan Nanta Show yang pertunjukannya akan dimulai tepat jam 8 maka makan
malam ditunda menjadi schedule terakhir saja. Bis segera melaju ke semacam teathre
tempat pertunjukan Nanta Show diadakan. Sampai ke sana kami sudah telat 20
menit dari jam pertunjukan. Kami masuk... dan karena aku sudah pernah
menyaksikan Nanta Show di negara asalnya saat ke Korea Februari kemaren aku
tahu bahwa kami
sudah benar-benar telat.
Adegannya sudah pada saat keponakan sang manajer membuat huru hara karena belum
piawai bekerja. Tak apalah aku tak begitu antusias.
Aku agak terperangah melihat para artis yang ada
di atas panggung adalah artis yang pernah memberikan pertunjukan saat aku ke Korea.
Yah... sang wanita, laki-laki jangkung yang masuk kotak sampah, lalu satu lagi
laki-laki yang terlibat adegan mesra sama wanita itu. Yang berbeda hanyalah
sang manajer dan keponakannya. Pertunjukannya juga tidak begitu memukau dan
membahana seperti di Korea. Sound sistem, tata lampu, desain interiornya
minimalis sekali. Kondisi teathrenya kumuh, mana kami dapat di belakang dan
sayap pojok paling kanan. Hufthh..... ! Karena sudah pernah nonton aku tak
begitu exited melihat adegan demi adegannya tapi tetap masih bisa tersenyum dan
tertawa.
Yah....akhirnya pertunjukan usai dan lucunya jika
saat di Korea dulu sang artis langsung bubar jalan bahkan berlarian dengan
menutupi muka dengan baju atau topi, di sini sang artis justru mejeng di
deretan pintu masuk tadi. Disitu beberapa petugas berteriak-teriak
mempromosikan bagi siapa yang mau foto bersama artis tersebut harus bayar
sebesar 100 bath. Hmmmm...mirip saat Ladyboy show tapi lebih mahal. Rombongan
kami tak ada yang minat untuk foto. Dan bis langsung melaju ke sebuah resto
hotel untuk makan malam. Menurut pak Bong sebenarnya resto hotel tersebut sudah
tutup, tetapi karena kami sudah reserve maka ditunggu. Jam sudah menunjukkan
pukul 10 malam, rasa lelah yang amat sangat, ngantuk membuat aku kehilangan
selera makan. Maka saat makan aku hanya mengambil 3 potong kecil puding, 2
potong semangka, 2 potong nanas. Itu saja. Pengen cepat sampai ke hotel beberes
dan tidur.
Malam ini kami nyampe di hotel jam 11.15 malam,
bayangin lelahnya. Belum lagi besok kami harus sudah standby jam 4.30 untuk
diantar ke bandara. Selamat malam.....sampai besok last day travel in Kuala
Lumpur.