Monday 29 August 2022

MAKASAR TRAVELLING KELUARGA

DAY 2

RS STELLA MARIS

Hari ini hari kedua, karena kemaren pulangnya sudah terlalu malam dan tour guide kami rumahnya lumayan jauh dari pusat kota Makasar, maka janjinya hari ini kita baru akan dijemput jam 9. Yahhh.. oke deh. Tapi berasa lama sekali tunggu jam 9. Tak biasa banget travelling dijemput jam 9, kesiangan bro…. Akhirnya karena bosan jam 8 kami sudah stand by di lobby.

Tepat jam 9 pak Fajar muncul, wah girang sekali. Sudah bosan menunggu. Kami melaju…sesuai rencana hari ini kami akan napak tilas ke sejarah masa lalu. Pertama adalah ke RS Stella Maris. Kebetulan hotel kami letaknya berseberangan dengan RS. Stella Maris. Jadi tak perlu waktu lama kami sampai di RS ini. RS ini sudah mengalami pengembangan yang luar biasa. Namun bangunan lama Gedung RS masih tetap dipertahankan. Yahh.. kami turun dari mobil untuk foto-foto. Aku sendiri sama sekali takingin sejarah masa lalu tentang tempat ini. Secara masih bayi Papa sudah pindah dan kembali ke Palembang tanah leluhur kami. Cuma dulu saat masih kecil saat Mama ber ande-ande (mendongeng atau cerita-cerita bersama kami) mama sering bilang bahwa aku dilahirkan di RS Stella Maris.

RS. Stella Maris bangunan lama

RS Stella Maris dari Lt. 7 Fave Hotel

Kami ber 2 yang lahir disini


PELATARAN PANTAI LOSARI

Pantai Losari Makassar adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Pantai ini menjadi tempat bagi warga Makassar untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore, dan malam hari menikmati pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah.

Dulu aku sering mendengar bahwa destinasi wisata terbaik di Makasar adalah patai Losari. Namun di dalam bayanganku seperti pantai pada umumnya. Ada debur ombak yang menghempas dataran pinggir laut, ada nyiur melambai. Pas dating kesini agak kaget… ohhh ini toh pantai Losari itu??? Mana pantainya???

Pantai ini memiliki sejarah yang terbilang unik.  Dahulu, Pantai Losari merupakan sebuah pasar ikan yang beroperasi di pagi dan siang hari.

Di sore dan malam hari, tempat ini dijadikan tempat berjualan bagi pedagang yang menjual makanan. Pada tahun 1945, pantai ini nampaknya mulai diperhatikan oleh pemerintah setempat. Pemerintah melakukan beberapa hal untuk memperbaiki fasilitas dan sarana yang ada di tempat ini. Pembangunan oleh Pemerintah setempat mulai dilakukan dengan pemasangan beton sepanjang 910 meter. Pemasangan beton ini bertujuan untuk mencegah ombak besar selat Makassar menerjang beberapa fasilitas umum di sepanjang pantai.

Inilah awalnya Pantai Losari diminati untuk dikunjungi sebagai tempat wisata. Hari demi hari, banyak orang yang berkunjung ke tempat ini untuk sekedar menikmati suasana sore.

Banyak spot menarik yang merupakan objek instagramble untuk memenuhi feed IG. Antara lain ikon tulisan Losari, Objek masjid 99 Kubah dan adalagi masjid terpung yang letaknya menjorok ke ketengah laut dengan artitektur bangunan yang juga indah. Sayangnya pagar dan pintunya tertutup rapat, sehingga aku hanya bisa mengabadikannya dari luar saja.

Usai foto-foto di area sekitaran pantai Losari kami melanjutkan perjalanan menuju tempat bersejejaran dalam hidup kami. Dimana dulu kami pernah pertempat tinggal. Asrama Polisi Telo. Cukup jauh lokasinya, bahkan kami sempat mampir ke masjid milik pak Jend M. Yusuf yang dulu pernah menjadi Menteri Hankam.

Masuk lokasi asrama Telo di gerbangnya masih terpampang gapura bertuliskan Asrama Polisi Telo. Namun setelah jauh masuk ke dalam asrama polisi dulu sudah tidak ada lagi. Telah berubah menjadi perkampungan penduduk biasa. Dan lucunya kebun kangkong yang dulu merupakan mata pencaharian kakak-kakaku untuk cari duit jajan (mereka jual kangkong) masih ada… hmmmm. Ya sudahlah… kami segera keluar dan menuju destinasi selanjutnya.

Pada rencana awal destinasi berikutnya adalah Rammang-rammang. Namun karena terlalu banyak berhenti. Nyicip kuliner khas makasar yang berderet dipinggir jalan, hari keburu mendung dan hujan. Oh iya sepanjang perjalanan kami sempat mengudap kuliner Makasar. Mie Titi, Coto Makasar, Es Palumra, Es pisang ijo. Hmmm maknyussss… gara-gara inilah kita lelet dan keburu hujan. Aku sedih sekali sebenarnya gak jadi ke Rammang-rammang itu best destinasi. Tapi pak Fajar membujuk insyaa Allah nantik menuju arah pulang kita bisa mampir dan hujan sudah reda.


Masjid Kubah 99 dikejauhan

Pelataran Pantai Losari


Masjid terapung


Masjid terapung

Masjid milik M. Yusfuf


BANTIMURUNG

Karena tujuan  Rammang-rammang pending pak Fajar mengajak ke Batimurung saja. Padahal dalam catatan aku, aku meskip destinasi ini karena kurang tertarik hanya museum kupu-kupu doang. Kalau dulu zaman anak sekolahan mungkin minat Tapia pa boleh buat aku ikut saja.

Bantimurung adalah nama sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kecamatan ini berada di Pakalu dengan jarak 7 km dari Kota Turikale yang merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan Kabupaten Maros

Taman Nasional Bantimurung sering disebut juga sebagai Kingdom Of Butterfly, atau kerajaan Kupu-Kupu. Karena kupu-kupu menjadi fauna khas wilayah Taman Nasional Bantimurung, bahkan di lokasi tersebut dibuat khusus museum kupu-kupu.

Namun, pesona Taman Nasional Bantimurung bukan hanya tentang keindahan kupu-kupu saja, yang notabene sebagai hewan yang dilestarikan di Taman Nasional Bantimurung. Karena, terdapat beberapa pesona lain yang mampu menarik animo para wisatawan dalam negeri, maupun luar negeri. Di antaranya: Ratusan Goa, sebagiannya merupakan goa prasejarah. Air Terjun Bantimurung. Helena Sky Bidge.

Sejarah Taman Nasional Bantimurung

Cikal bakal sejarah Taman Nasional Bantimurung dimulai pada tahun 1857. Tahun tersebut menjadi tahun pertama bagi Alfred Russel Wallace melakukan penelitian di kawasan Bantimurung. Alfred Russel Wallace merupakan antropolog terkemukan, berkebangsaan Inggris. Hasil penelitiannya menjadi sebab awal kawasan Bantimurung disebut dengan Kindom Of Butterfly. Karena dia meneliti sekitar 150 spesies kupu-kupu langka yang ada di kawasan Bantimurung. Hasil risetnya menjadi pemantik awal bagi para peneliti lainnya untuk datang ke kawasan tersebut.

Karena pak Fajar bilang bahwa di Bantimurung bukan hanya museum kupu-kupu saja melaikan ada air terjun yang indah aku menjadi agak tertarik. Tiba di lokasi cuaca masih lumayan bersahabat meskipun mendung sudah menggantung. Akhirnya kami masuk dan beli tiket yang lumayan mahal sih.. 1 orang seharga 50 ribu. Agak setengah kebingungan kami masuk dan meraba-raba harus jalan menuju kemana, karena taka da guide atau petunjuka arah. Qadarullah baru sekitar 10 menit jalan tiba-tiba hujan turun byarrrrr sangat deras… kami berlarian menuju sebuag Gedung besar sepertinya Gedung pertemuan. 20 menit lebih taka da tanda-tanda hujan mereda malah semakin deras. Tak mau membuang waktu kami nekad keluar dan mencari pak Fajar. Baju basah semuaaaa. Hiks… fail dah kali ini.

Bantimurung National Park

langit menghitam

Hujannn

Tambah lama tambah deresss

Kami jalan ke arah pulang yaitu kota Makasar, dalam perjalanan pak Fajar masih menjanjikan untuk ke Rammang-rammang. Nmun sudah dekat lokasi hujan masih deres malah langit menghitam. Hiks…hiks…hiksss. Yo wessss… kami pulang arah Makasar.

Mampir ke Benteng Port Roterdam, Golden City Makasar, dan belanja souvenir untuk oleh-oleh. Terakhir kembali mencicipi kuliner Makasar Sop Konro yang rasanya maknyusss. Bahkan sampai saat ini susah kulupakan nikmatnya. Di Palembang ada gak ya jualannya???  Dan sebelum Maghribpun kami sudah tiba di hotel. Untuk rehat dan beberes karena besok kami akan check out menuju Toraja

Fort Roterdam

Golden City Makasar


No comments: