DAY 2
RS STELLA
MARIS
Hari ini
hari kedua, karena kemaren pulangnya sudah terlalu malam dan tour guide kami
rumahnya lumayan jauh dari pusat kota Makasar, maka janjinya hari ini kita baru
akan dijemput jam 9. Yahhh.. oke deh. Tapi berasa lama sekali tunggu jam 9. Tak
biasa banget travelling dijemput jam 9, kesiangan bro…. Akhirnya karena bosan
jam 8 kami sudah stand by di lobby.
Tepat jam 9
pak Fajar muncul, wah girang sekali. Sudah bosan menunggu. Kami melaju…sesuai
rencana hari ini kami akan napak tilas ke sejarah masa lalu. Pertama adalah ke
RS Stella Maris. Kebetulan hotel kami letaknya berseberangan dengan RS. Stella
Maris. Jadi tak perlu waktu lama kami sampai di RS ini. RS ini sudah mengalami
pengembangan yang luar biasa. Namun bangunan lama Gedung RS masih tetap
dipertahankan. Yahh.. kami turun dari mobil untuk foto-foto. Aku sendiri sama
sekali takingin sejarah masa lalu tentang tempat ini. Secara masih bayi Papa
sudah pindah dan kembali ke Palembang tanah leluhur kami. Cuma dulu saat masih kecil
saat Mama ber ande-ande (mendongeng atau cerita-cerita bersama kami) mama
sering bilang bahwa aku dilahirkan di RS Stella Maris.
RS. Stella Maris bangunan lama |
RS Stella Maris dari Lt. 7 Fave Hotel |
Kami ber 2 yang lahir disini |
PELATARAN
PANTAI LOSARI
Pantai
Losari Makassar adalah sebuah pantai yang terletak di sebelah barat Kota
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Pantai ini menjadi tempat bagi
warga Makassar untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore, dan malam hari
menikmati pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah.
Dulu aku
sering mendengar bahwa destinasi wisata terbaik di Makasar adalah patai Losari.
Namun di dalam bayanganku seperti pantai pada umumnya. Ada debur ombak yang
menghempas dataran pinggir laut, ada nyiur melambai. Pas dating kesini agak
kaget… ohhh ini toh pantai Losari itu??? Mana pantainya???
Pantai ini memiliki sejarah yang terbilang unik. Dahulu, Pantai Losari merupakan sebuah pasar ikan yang beroperasi di pagi dan siang hari.
Di sore dan malam hari, tempat ini dijadikan tempat berjualan bagi pedagang yang menjual makanan. Pada tahun 1945, pantai ini nampaknya mulai diperhatikan oleh pemerintah setempat. Pemerintah melakukan beberapa hal untuk memperbaiki fasilitas dan sarana yang ada di tempat ini. Pembangunan oleh Pemerintah setempat mulai dilakukan dengan pemasangan beton sepanjang 910 meter. Pemasangan beton ini bertujuan untuk mencegah ombak besar selat Makassar menerjang beberapa fasilitas umum di sepanjang pantai.
Inilah
awalnya Pantai Losari diminati untuk dikunjungi sebagai tempat wisata. Hari
demi hari, banyak orang yang berkunjung ke tempat ini untuk sekedar menikmati
suasana sore.
Banyak spot
menarik yang merupakan objek instagramble untuk memenuhi feed IG. Antara lain
ikon tulisan Losari, Objek masjid 99 Kubah dan adalagi masjid terpung yang
letaknya menjorok ke ketengah laut dengan artitektur bangunan yang juga indah.
Sayangnya pagar dan pintunya tertutup rapat, sehingga aku hanya bisa
mengabadikannya dari luar saja.
Usai
foto-foto di area sekitaran pantai Losari kami melanjutkan perjalanan menuju
tempat bersejejaran dalam hidup kami. Dimana dulu kami pernah pertempat
tinggal. Asrama Polisi Telo. Cukup jauh lokasinya, bahkan kami sempat mampir ke
masjid milik pak Jend M. Yusuf yang dulu pernah menjadi Menteri Hankam.
Masuk
lokasi asrama Telo di gerbangnya masih terpampang gapura bertuliskan Asrama
Polisi Telo. Namun setelah jauh masuk ke dalam asrama polisi dulu sudah tidak
ada lagi. Telah berubah menjadi perkampungan penduduk biasa. Dan lucunya kebun kangkong
yang dulu merupakan mata pencaharian kakak-kakaku untuk cari duit jajan (mereka
jual kangkong) masih ada… hmmmm. Ya sudahlah… kami segera keluar dan menuju
destinasi selanjutnya.
Pada rencana awal destinasi berikutnya adalah Rammang-rammang. Namun karena terlalu banyak berhenti. Nyicip kuliner khas makasar yang berderet dipinggir jalan, hari keburu mendung dan hujan. Oh iya sepanjang perjalanan kami sempat mengudap kuliner Makasar. Mie Titi, Coto Makasar, Es Palumra, Es pisang ijo. Hmmm maknyussss… gara-gara inilah kita lelet dan keburu hujan. Aku sedih sekali sebenarnya gak jadi ke Rammang-rammang itu best destinasi. Tapi pak Fajar membujuk insyaa Allah nantik menuju arah pulang kita bisa mampir dan hujan sudah reda.
Masjid Kubah 99 dikejauhan Pelataran Pantai Losari
Masjid terapung |
Masjid terapung |
Masjid milik M. Yusfuf |
BANTIMURUNG
Karena tujuan
Rammang-rammang pending pak Fajar
mengajak ke Batimurung saja. Padahal dalam catatan aku, aku meskip destinasi
ini karena kurang tertarik hanya museum kupu-kupu doang. Kalau dulu zaman anak
sekolahan mungkin minat Tapia pa boleh buat aku ikut saja.
Bantimurung
adalah nama sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Maros, Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kecamatan ini berada di Pakalu dengan
jarak 7 km dari Kota Turikale yang merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan
Kabupaten Maros
Taman
Nasional Bantimurung sering disebut juga sebagai Kingdom Of Butterfly, atau
kerajaan Kupu-Kupu. Karena kupu-kupu menjadi fauna khas wilayah Taman Nasional
Bantimurung, bahkan di lokasi tersebut dibuat khusus museum kupu-kupu.
Namun,
pesona Taman Nasional Bantimurung bukan hanya tentang keindahan kupu-kupu saja,
yang notabene sebagai hewan yang dilestarikan di Taman Nasional Bantimurung. Karena,
terdapat beberapa pesona lain yang mampu menarik animo para wisatawan dalam
negeri, maupun luar negeri. Di antaranya: Ratusan Goa, sebagiannya merupakan
goa prasejarah. Air Terjun Bantimurung. Helena Sky Bidge.
Sejarah
Taman Nasional Bantimurung
Cikal bakal
sejarah Taman Nasional Bantimurung dimulai pada tahun 1857. Tahun tersebut
menjadi tahun pertama bagi Alfred Russel Wallace melakukan penelitian di
kawasan Bantimurung. Alfred Russel Wallace merupakan antropolog terkemukan,
berkebangsaan Inggris. Hasil penelitiannya menjadi sebab awal kawasan
Bantimurung disebut dengan Kindom Of Butterfly. Karena dia meneliti sekitar 150
spesies kupu-kupu langka yang ada di kawasan Bantimurung. Hasil risetnya
menjadi pemantik awal bagi para peneliti lainnya untuk datang ke kawasan
tersebut.
Karena pak Fajar bilang bahwa di Bantimurung bukan hanya museum kupu-kupu saja melaikan ada air terjun yang indah aku menjadi agak tertarik. Tiba di lokasi cuaca masih lumayan bersahabat meskipun mendung sudah menggantung. Akhirnya kami masuk dan beli tiket yang lumayan mahal sih.. 1 orang seharga 50 ribu. Agak setengah kebingungan kami masuk dan meraba-raba harus jalan menuju kemana, karena taka da guide atau petunjuka arah. Qadarullah baru sekitar 10 menit jalan tiba-tiba hujan turun byarrrrr sangat deras… kami berlarian menuju sebuag Gedung besar sepertinya Gedung pertemuan. 20 menit lebih taka da tanda-tanda hujan mereda malah semakin deras. Tak mau membuang waktu kami nekad keluar dan mencari pak Fajar. Baju basah semuaaaa. Hiks… fail dah kali ini.
Bantimurung National Park |
langit menghitam |
Hujannn |
Tambah lama tambah deresss |
Kami jalan ke arah pulang yaitu kota Makasar, dalam perjalanan pak Fajar masih menjanjikan untuk ke Rammang-rammang. Nmun sudah dekat lokasi hujan masih deres malah langit menghitam. Hiks…hiks…hiksss. Yo wessss… kami pulang arah Makasar.
Mampir ke Benteng Port Roterdam, Golden City Makasar, dan belanja souvenir untuk oleh-oleh. Terakhir kembali mencicipi kuliner Makasar Sop Konro yang rasanya maknyusss. Bahkan sampai saat ini susah kulupakan nikmatnya. Di Palembang ada gak ya jualannya??? Dan sebelum Maghribpun kami sudah tiba di hotel. Untuk rehat dan beberes karena besok kami akan check out menuju Toraja
Fort Roterdam |
Golden City Makasar |
No comments:
Post a Comment