Thursday 23 July 2020

BEROBAT GIGI DIMASA PANDEMI COVID-19




Harus berobat gigi di masa penyebaran Covid-19 sedang dahsyat-dahsyatnya  merupakan pengalaman yang membuat jantung berpacu lebih cepat. Mengapa rasa takut dan khawatir ini begitu menyeramkannya? Karena dari informasi yang aku dapat dari beberapa rekan kerja yang dirinya sendiri ataupun kerabatnya yang positif Covid, rata-rata mereka melakukan kunjungan ke rumah sakit entah itu mengantar orang tua sakit, menunggui kakak melahirkan, berobat dan dari keluarganya yang bekerja sebagai tenaga medis. Parno.. kan?? Wong aku selama PSBB ini sangat patuh.. bener-bener gak pernah kemana-mana. Setia #Stayathome. Sayur, makan minum aku beli online. Pernah beberapa kali keluar rumah cuma untuk isi bensin dan ke apotik beli masker dan multivitamin. Itu aja...! Dan kini harus ke dokter gigi. ooopss...!

Dimasa awal PSBB sekitar awal Maret 2020 tanpa dinyana gigiku sedikit bermasalah, pada awalnya yang bermasalah adalah gigi bawah sebelah kiri. Tambalannya terlepas. Aku langsung khawatir sekali karena masih ingat bagaimana sakitnya dulu sebelum ditambal. Namun saking takutnya untuk ke "dentist" tambalan itu kucoba pasang kembali. Selanjutnya aku segera telpon dokter gigi langgananku Drg. Eko Ribawanto, dan tidak diangkat...duh!  Mungkin saja dokter gigi tidak buka praktek ya pikirku. Soalnya di Rumah Sakit fasilitas kantor poliklinik gigi tutup. Saking  khawatirnya takut sakit  aku langsung ke apotik beli "Cataflam". 

Sambil terus berdoa ternyata gigi ini gak bermasalah sih. Tidak sakit. Alhamdulillah!  Namun tak lama berselang sekitar 2 minggu setelahnya justru masalah gigi muncul lagi. Saat lagi makan pempek krispi gigi atas sebelah kanan itu gompel dan tambalannyapun terlepas. Deg.... aku kembali takut. Ya Allah...zaman Corona gini kok gigi bermasalah. Kebayangkan parnonya jika harus ke dokter gigi. Bukankah Corona itu menularnya lewat air liur... nah ini harus oprek-oprek gigi. Jelas mau tak mau ludah kemana-mana. Aduhhh... aku lemes banget... Namun kembali aku minta pertolongan Allah. Berdo'a agar jangan sampai gigiku sakit. Sebenarnya aku sudah merasa sedikit nyaman karena beberapa hari setelah telpon aku  ke dokter gigi tak diangkat akhirnya dijawab via WA. Pemberitahuan bahwa dokter sudah praktek dan pindah alamat.Artinya jika sakit aku sudah bisa berobat ke dokter gigi.

Dan Alhamdulillah lagi Allah kabulkan do'aku. Meski gompel dan makan agak sulit gigi ini tidak sakit. Maka bertahanlah aku dengan kondisi ini. Namun sekitar 2 minggu lalu aku mulai merasa ada rasa sakit, seperti biasa aku selalu berusaha untuk gak ngerasain apa-apa. Daaannnn..... hari Kamis tanggal 16 Juli 2020 saat buka puasa gigiku sakit sekali sampai naik ke kepala. Aku gak jadi makan... bahkan minumpun sulit. Tersentuh air minum.. rasanya sakit sekali. Minum "Cataflam" gak ngefek sama sekali.

Aku gamang ... kupikir apapun yang terjadi aku harus ke dokter. Dan akhirnya Senin tanggal 21 Juli 2020 aku mengunjungi dokter gigi langgananku. Drg. Eko Ribawanto. Rasa takut, khawatir, sakit bercampur baur. Hari itu aku menjadi pasien pertama. Artinya peralatan yang dipakai pasti masih dalam keadaan bersih  Ini pula yang menyebabkan ada sedikit rasa lega. Disamping itu sejak dari dulu sistem berobat di dokter langgananku ini adalah tak ada sistem antri menunggu. Pendaftaran dilakukan melalui telpon dan kita akan diberikan jam dan tanggal periksa, sehingga saat kita datang akan langsung masuk. Jadi sangat aman dari kerumunan dan banyak pasien.

Di klinik gigi Drg. Eko ini  protokol covidnya luar biasa baik. Patut diacungi jempol. Cek temperatur, cuci tangan dengan handsanitizer. Lalu sebelum memulai periksa gigi aku diharuskan berkumur dengan cairan desinfectan betadine obat kumur. Dokter beserta tenaga medisnya berpakaian "asmat" lengkap. Bahkan saat aku selesai periksa aku melihat tenaga medisnya menyemprot cairan desinfectan dan membersihkan kursi pasien.  Aku semakin menepis rasa takut. Karena semua pencegahan dan protokol covidnya sangat baik.

Common  protocol Covid
Foto kondisi gigiku yang bawah kiri
Dokter tengah menjelaskan kondisi gigiku
Tenaga medisnya sedang membersihkan semua peralatan setelah dipakai

Air suction
 
Saat aku minta izin untuk ambil foto karena aku berniat menulis dan share tentang protokol covid-19 di klinik gigi dimasa pandemi, dokternya dengan baik hati mempersilahkan. Bahkan beliau menjelaskan beberapa peralatan yang diperlukan seperti "Air Suction" yang dipasang tepat di depan mulut si pasien gunanya untuk menghisap udara dari hembusan nafas pasien. Aku merasa nyaman dan aman.

Setelah diperiksa gigiku memang parah. Kulihat display di TV pembesar, gigi itu memerah, bengkak dan sangat tipis. Dokter menceritakan detail permasalahan gigi ini. Untuk tahap awal akan ditangani dan treatment supaya gak sakit. Namun untuk penanganan lebih lanjut, aku diharuskan rontgent gigi. Apaaaaa...rontgent gigi.. oohhh tidaaakkk...aku memohon untuk tidak di rontgent, aku bilang sangat takut kalau harus ke tempat-tempat medis. Apalagi harus rontgent gigi. Secara dulu aku sudah berpengalaman rontgent gigi. Ada sesuatu yang harus masuk dimulut digigit sampai sakit, baru difoto. Lucu deh.. aku sampai melas .. Tapi dokternya meyakinkan tidak akan terjadi apa-apa semuanya aman. Apa boleh buat......kudu nih...!

Menunggu rontgent gigi
Keluar dari klinik gigi aku langsung ke Lab Klinik Pramitha yang dijalan Veteran, sudah menunggu tiba-tiba alat rontgentnya bermasalah. Teknisi yang melakukan perbaikan bilang tak akan selesai hari itu juga. Aku diminta pindah ke klinik Pramita yang satu lagi dekat Kambang Iwak kata costumer service. Sempat senyum getir ...aku tak paham jalan dimana itu Jln. KHA Dahlan. Ya sudahlah... karena sudah cukup lelah setelah mengelola rasa takut aku memutuskan besok saja. Toh masih ada space waktu 2 hari sebelum visit dokter lagi.

Keesokan harinya berbeekal google map aku menuju lokasi. Pengen nangis aku dibuat google map ini muter-muter ditempat yang tidak umum bahkan sampe ke bawah jembatan merah Lorong Basah segala. Ujung-ujungnya aku digiring ke klinik Pramita yang di Plaju. Weleh..weleh... kalau Plaju sih aku tahu bos... masalahnya kemaren aku direkomandasi yang ke KHA. Dahlan. Mbah Google... piye mbah... lutut sampe lemes dibawah muter masuk lorong Basah aja 2 kali bolak balik. Hmm..hm... By the Way akhirnya semua kelar juga. di Klinik Lab Pramitha  protokol covid sangat baik juga.Alhamdulillah...!

Saat kunjungan kedua kalinya ke dokter gigi aku sudah tidak begitu takut lagi. Alhamdulillah untuk kunjungan kedua dokter mau mengerjakan kedua gigiku yang bermasalah. Kiri bawah sudah kelar. Sedangkan yang kanan atas harus beberapa kali visit karena perlu perawatan saraf. Itu pula yang membuat aku setia berlangganan di dokter Eko. Telaten merawat gigi. Gak gampang main cabut aja. Meski lobangnya sudah cukup besar gigi bisa balik bagus lagi. Tidak seperti dokter gigi terdahulu di rumah sakit kantor. Gigi lobang sekali visit langsung tambal (padahal biasanya di dokter gigi ada proses tambalan sementara dulu baru tambal beneran), dan kalau lobangnya gede dikit main cabut aja. Itulah makanya gigiku bagian geraham habis semua diekstraksi. Setelah ke dokter Eko gigiku bisa dijaga baik. Sebagai contoh aja gigiku yang kanan atas ini, kalau ke rumah sakit perusahaan pasti langsung dicabut wong lobangnya sudah besar banget, tapi ke dokter Eko tidak..! Yah... Alhamdulillahlah... semoga selalu baik dan dalam lindungan Allah karena mungkin aku tetap harus kembali check 2 - 3 kali lagi.

Jadi kesimpulannya adalah :
1. Jika ada masalah dengan gigi jangan menunda-nunda agar gak semakin parah kondisinya.
2. Dentist visiting atau ke tempat medis  di masa pandemi Covid-19 ini tidak perlu khawatir, karena mereka sudah siap dan antisipasi semuanya.
3. Yang paling penting kita juga harus tetap menerapkan protokol covid, pilih klinik yang tak terlalu padat pengunjung, pulang kerumah buka baju lalu mandi bersih.
4. Jangan lupa berdo'a karena hanya Allah yang bisa melindungi kita.

No comments: