Rencana akan menghabiskan akhir pekan ini sudah lama direncanakan. Seingatku akhir bulan Juli 2018 lalu aku sempat cuti dan berakhir pekan di Bogor. Pada saat itu sempat berwisata ke daerah puncak seharian. Kesannya sangat menyenangkan. Maka kita kembali janjian akan libur dan wisata akhir pekan lagi kapan-kapan.
Waktu berlalu ....tiba-tiba di hampir pertengahan Agustus Zaenab mengontak via chat WA, kirim foto-foto wisata Bandung, kalau gak salah destinasi wisata Dusun Bambu dsb. Dia membumbui ayoo.. Es kita jalan lagi yok. Tadinya Zaenab mengajak sekitar bulan Agustus itu saja. Aku menolak karena bulan Agustus sampai November akan sangat sibuk dengan urusan rencana pernikahan Idham (keponakanku). Akhirnya disepakati bulan Desember saja minggu ke 2 supaya tidak bersamaan dengan liburan sekolah. Ya sudah... sepakat!
Namun ketika janji sudah terlanjur disepakati banyak sekali hal-hal diluar dugaan terjadi. Mulai dari aku dimutasikan ke unit kerja baru (khawatir tak diperbolehkan cuti dalam jarak yang sangat berdekatan), bencana alam dimana-mana. anomali cuaca dan terakhir kecelakaan pesawat Lion Air. Hmmmm... ibu Angga dan yang lain-lainpun sebenarnya memperingati aku untuk janganlah pergi-pergi dulu. Tapi......
Dengan segala dilemanya akhirnya aku berangkat juga memenuhi janji yang sudah terlanjur disepakati. Saking ragunya aku, tak biasanya aku memesan tiket dan hotel online, juga mengajukan cuti hanya 3 hari sebelum hari H. Bahkan packing baru kulakukan 2 hari sebelum berangkat. Sangat tidak biasa buat aku karena lazimnya untuk travelling aku selalu packing paling lambat 1 minggu bahkan 2 minggu sebelum hari H. yah..... meski deg-deg an takut terjadi apa-apa karena kualat sama orang tua (alias kakak-kakak ku).
DAY 1st SUKABUMI SHORT ADVENTURE
SITU GUNUNG SUSPENSION BRIDGE
Seperti biasa untuk travelling aku harus fix dalam menyusun itinerary, aku tak mau hari-hari cuti terbuang percuma. Dari pencarianku melalui mesin google maka dapatlah aku sebuah destinasi wisata yang membuatku sangat penasaran untuk menjelajahinya yaitu Situ Gunung. Ada banyak spot menarik di lokasi ini; ada jembatan gantung (suspension bridge), danaunya, dan terakhir aku baru tahu bahwa adapula air terjun yang indah (ini aku dapat setelah aku di lokasi)..
Kami berangkat dari Bogor sangat pagi yaitu jam 6. Strategi ini aku yang mengatur, sengaja berangkat Jum'at dan pagi-pagi sekali agar tidak terjebak macet, biasanya kalau hari Sabtu orang ibukota mengungsi alias refreshing ke Bandung atau Bogor. Disamping itu dalam itinerary untuk hari pertama ini aku sudah punya target dapat 2 objek wisata. Sukabumi dan saat sampai di Bandung menjelang sore masih dapat 1 lagi objek wisata yaitu Tebing Keraton untuk dapat sunset. Lalu City tour sambil kulineran.
Aku tak paham lewat mana jalur yang ditempuh, karena kami memakai jasa rental mobil perhari. Yang aku pahami adalah kami tidak lewat tol melainkan masuk jalan kampung. Senang sih karena melewati perkampungan pedesaan, pasar-pasar tradisional. Yang paling aku ingat adalah sepanjang jalan banyak sekali jajanan tradisional yang dijajakan dipinggir jalannya seperti rujak, kupat tahu dsb entahlah aku lupa mencatat dan mengingatnya karena aku hanya tertarik sama rujaknya saja, dan tidak juga meminta driver berhenti untuk beli. Yahhh dinikmati dalam khayalan saja... Hiks...hiks
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh akhirnya sekitar jam 10 kami sampai juga ke lokasi yang kuimpikan ini. Tiket masuk ke lokasi adalah Rp. 20 ribu perorang, dan parkir mobil Rp 10 ribu. Pada saat beli tiket ini penjaga tiket bilang biaya sebesar ini hanya untuk masuk lokasi saja sampai muara jembatan. Jika ingin menaiki alias menyebrangi jembatan ada biaya tambahan lagi sebesar Rp. 50 ribu. Aku berkeras untuk tak mau nambah tiket yang Rp 50 ribu itu, karena rencananya aku tak ingin menyebrang. Tujuannya aku hanya ingin foto-foto di ujungnya saja, mengingat aku masih terbayang sensasi naik jembatan gantung saat wisata ke Lahat. Masih terngiang jelas lengkingan dan jeritan ketakutan aku karena goyangan jembatan gantung berasa horor banget. Zaenab dan keluargapun setuju. Baiklah...lanjut.
|
Gerbang masuk setelah area parkiran |
Sampai ke lokasi parkir pengunjung tidak terlalu ramai, hanya beberapa group kecil. Udara sangat dingin menggigit segera menyapa ketika kami turun dari mobil. Hmmmmm.... masuklah kami menuju gerbang masuk, ternyata disana ada loket lagi yaitu untuk beli tiket terusan menyebrang jembatan dan curug Sawer. Harga tiketnya Rp 50 ribu. Akupun tetep ngotot tak mau beli tiket, si penjaga loket keukeh maksa dengan bilang tak bisa masuk jembatan loh bu.... Akupun keukeh ngotot emang saya tak mau nyebrang. Akhirnya penjaga loket tak bisa memaksa.
Kami masuk melalui jalan tanah berlapis batu kali dan kerikil kecil yang basah karena saat ini sedang musim hujan. Masih beruntung jalannya berlapis batu dan kerikil jika tidak pasti becek. Belum masuk terlalu jauh begitu banyak motor melintas wara wiri yang rupanya sebagai ojek motor menawarkan untuk pakai jasa mereka sampai ke lokasi. Karena banyak sekali ojek motor yang menawarkan jasanya, aku sempat berdialog dengan salah seorang. Memangnya berapa jauh sih untuk sampai ke lokasi jembatan dan berapa sewa motornya. Mereka jawab sekitar 7 km lagi untuk sampai ke muara jembatan biaya ojek motor Rp 30 ribu. Kalau mau ke Curug Sawer masih lebih jauh lagi dan biayanya nambah lagi seharga itu juga. Waduh.....!
|
Lintasan yang harus dilalui menuju gerbang Suspension Bridge |
|
Hutan kecil di kiri dan kanan lintasan |
Kuputuskan menolak tawaran mereka, aku pikir 7 km sih gak jauh kok, bukankah aku kemaren ikut jalan sehat aja rutenya lebih dari 20 km aku masih oke saja kok. Ya sudah...kami lanjut jalan lagi. Tapiiii ternyata medannya agak lumayan berat jalanan becek berbatu membuat tak bisa lincah berjalan , naik, turun dan dengkul yang sudah kurang pelumas..... Subhanallah...adek lelah bang! . Sabarrrr...ini ujian dek! Wkwkwkwkw... Beruntungnya cuacanya adem alias sejuk jadi tak membuat gampang lelah. Tambahan lagi arenanya di kiri kanan jalan adalah pohon-pohon seperti hutan kecil begitulah.....! Malah ada papan peringatan untuk berhati-hati terhadap binatang hutan. Di beberapa spot dibuat rest area tempat untuk foto-foto atau cafe.
|
Papan peringatan dimana-mana |
|
Ada juga jurang |
Akhirnya sampai juga ke muara jembatan. Disana yang antri lumayan banyak tapi tidak begitu padat. Sampai disini aku mulai ragu dan berubah pikiran...untuk beli aja tiket terusannya. Karena untuk masuk berfoto di jembatan meski di pintu masuk itu harus bayar tiketnya. Tak mungkinlah jauh-jauh dari Palembang dengan khayalan yang setinggi langit semua ini aku sia-siakan. Meski ada rasa takut, menjadi sedikit menipis karena support dan bujukan menenangkan dari kaum milenial yang jadi pengunjung. Akhirnya aku nekat. Kami berdua Zaenab saja yang beli tiket sedangkan Nina dan Sifa tetep takut. Ya sudah...! Harga tiketnya menjadi agak lebih mahal nih jadi Rp 55 ribu bila beli di on the spot.
|
Kesibukan memasang safety belt di gerbang masuk jembatan, kaum milenial yang duduk dan bertopi itulah yang support aku buat berani |
Jantungku berdegup kencang saat kami dipasangi safety belt besar yang dililitkan dipinggang. Aku paham sih tentang safety first, namun menurut pendapat aku masih kurang lengkap panduan ini. Kami tak dijelaskan bagaimana teknik penggunaan safety belt itu saat keadaan emergency, karena aku agak cerewet aku tanya buat apa, bagaimana cara penggunaan dan apa fungsi tuas pengaitnya. tapi aku tak dapat jawaban rinci dan memuaskan dari petugas di sana. Hmmmmm......
|
Akhirnyaaa..... tercapai juga kesini |
|
Sensasinya tuh...hmmmm. Untung sepi mau guling-guling juga bisa |
|
Kalau terlalu goyang pegangan dulu. Tapi goncangannya tak kencang kok masih nyaman |
Situ Gunung Suspension bridge merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia, bahkan digadang-gadang sebagai salah satu jembatan gantung terpanjang di Asia. Suspension Bridge memiliki panjang 243 meter dan lebar 18 meter yang melintang di atas ketinggian jurang mencapai 161 meter di atas permukaan tanah. Kontsruksi jembatan gantung Situ Gunung dapat menampung berat dengan beban 55 ton atau sekitar 150 orang. Dan diperkirakan hanya bisa menampung 60 orang yang dapat naik dalam waktu bersamaan. Namun pada kenyataannya jembatan gantung ini hanya boleh dilintasi oleh 40 pengunjung saja dalam sekali menyeberang
Menurut informasi bahwa jembatan gantung ini menggunakan bahan dasar berbahan kayu ulin yang dikirim dari Provinsi Papua. Ulin atau juga yang disebut kayu besi merupakan pohon khas dari daerah Kalimantan. Spesifikasi kayu besi ini tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan keras. Ulin tumbuh dengan berbagai keistimewaan tersendiri yang belum tentu dimiliki oleh kayu-kayu lain. Kayunya yang mampu melebar dengan diameter yang besar, tapi juga cukup tinggi, serta memiliki sifat yang sangat keras dan juga tidak mudah dimakan rayap.
Sling adalah alat bantu angkat khususnya barang yang besar dan berat di berbagai industri dan pembangunan konstruksi. Menurut informasi yang beredar bahwa jembatan gantung ini menggunakan 5 sling sekaligus, jika pada umumnya jembatan gantung hanya menggunakan 3 sling saja. Selain itu untuk pengaman Jembatan Gantung Situ Gunung (Situ Gunung Suspension Bridge), juga telah dipasangi jaring kawat  dengan ukuran 4 mm dengan tinggi 120 meter, sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap keamanan pengunjungnya.
Benar saja saat melintasi jembatan goyangannya tidaklah seperti yang aku bayangkan seperti saat aku di Lahat. Bahkan dibecandain oleh pengunjung lain yang sengaja menggoyangkannya aku tak takut. Alhamdulillah....! Seneng banget ....puas foto-foto di sini mau guling juga bisa karena pengunjung tidak begitu ramai. View di sekelilingnya indah sekali Ma shaa Allah...!
Ketika sampai di pintu seberang safety belt dilepas, lantas beberapa orang melintas dengan nafas terengah-engah, kami bertanya ke petugas memangnya ada apalagi di dalam. Dijawab ada air terjun "Curug Sawer". Aku tanya lagi masih jauhkah? Tidak jawabnya...hanya sekitar 7 - 8 km saja. Kami saling pandang ...ahhhh kecil...segitu sih...tadi aja terlewati kok. Oke lanjut....
Namunnnnn.... baru beberapa meter saja nafas kamipun tersengal-sengal juga karena medannya lebih berat dari yang telah kami tempuh tadi. Bagi kami yang sudah berusia diatas 50 tahun medan ini lumayan berat. Jalan terjal mendaki, menurun tajam dengan jalanan tanah basah berbatu dan kondisi sekitar seperti hutan kecil. Waduhhhh....! Tapi sekali layar terkembang maka Malin Kundang pantai surut ke daratan...hahahaaaa. Bayangkan saja udara dingin membeku seperti itu bajuku basah mandi keringat. Subhanallah...Subhanallah.... ! Memakan waktu sekitar 20 - 30 menitan untuk sampai ke air terjun yang dimaksud. Tapiiiii....ternyata perjuangan kami tidaklah sia-sia....pemandangan sekitar air terjun itu sangaaattttttttt awesome....!
|
Plang nama Curug Sawer dan air tejun itu telah terlihat |
|
Taraaaaa.... indahnya |
|
Mendekat dan di atas jembatan |
|
Beda angle ... tak puas sih foto-foto yang difotoin orang but thank you anyway |
|
Cakeeepppp.... |
Hmmmm... ya begitu deh! ...seperti biasa saya langsung action cekrak cekrek. Agak sedikit kecewa juga karena seperti biasa wisatawan lokal agak kurang bertoleransi. Padahal pengunjung tidak ramai. Kami berdua sabarrr bergantian dengan pengunjung lain untuk dapat spot foto yang baik. Pas kami baru saja foto 2 atau 3 take...eh ada sebuah keluarga terdiri dari ibu, bapak dan 3 orang anaknya main nyelonong saja merebut posisi kami. Audzubillah...! Aku diam saja mundur teratur merelakan mereka ambil posisi kami. Masih cukup muda kok usia mereka kalau kulihat dari raut wajahnya kalau dilihat plat mobil mereka berasal dari jakarta (saking agak kesel di hati aku jadi kepo sama mereka). Hmmm.... sudah gitu mereka gak nyadar lagi buat gantian...padahal pengunjung lainpun sudah nunggu mau juga berfoto ria. Semoga Allah mengampuni.... do'a aku dalam hati.
Kawasan Curug Sawer berada pada ketinggian antara 900 -1300 mdpl. dengan curah hujan berkisar antara 1.500 – 4.500 mm per tahun, nah makanya airnya cukup deras, sehingga dilarang berenang kebagian tengahnya. Dari sebuah sumber di google, konon semua rangkaian Curug Sawer tersebut tercipta setelah seorang sakti yang tinggal di kaki gunung Ciremai, yang merupakan leluhur masyarakat Argalingga, menyelenggarakan upacara Saweran di sungai Cipada untuk mendapat berkah Tuhan bagi dirinya dan semua keturunannya. Selanjutnya, ia bertapa selama bertahun-tahun hingga wafat. Menurut cerita yang beredar di kalangan masyarakat, jasad pertapa itu tidak hancur melainkan menjelma seekor ular raksasa yang kemudian hidup secara gaib dan menjadi penjaga kawasan tersebut. Selama tapanya, terjadi banyak peristiwa alam yang luar biasa sehingga di sepanjang aliran sungai muncul lima buah curug yang airnya memancar menyerupai upacara saweran. Itulah sebabnya, kelima rangkaian curug ini dinamakan Curug Sawer.
Kami hanya ambil gambar dari atas jembatan saja, tidak turun dan bermain air di sungai yang mengalir di bagian bawahnya. tak cukup lama kami berniat balik dan keluar. Sempat membeli jagung bakar yang enak, empuk dan manis banget. 1 biji jagung seharga Rp 10 ribu.
|
Hijau itu bikin hati adem... |
|
Akang tukang jagung bakar, jagungnya manis dan krenyes-krenyes |
Kembali kami melintasi rute yang penuh tantangan tadi dengan nafas lebih terengah-engah lagi dengan sisa-sisa tenaga yang ada menuju lokasi cafe tempat mengambil welcome drink. Di rest area itu sudah ramai sekali. Ada resto cepat saji prasmanan dengan hidangan khas Sunda. Berbayar loh...! Kami hanya mengambil jatah welcome drink saja... Nina dan Syifa sudah menunggu di sana sambil sedikit komplain kok lama bener... ! Ya iyalah ...wajar mereka kesel nungguin karena bolak balik memerlukan waktu 1, 5 jam.... Mereka sudah berkali-kali nambah teh dan snack. Makanya ketika kutawari makan siang mereka bilang masih kenyang, lagipula Kiki sang driver ada di parkiran. Tak enaklah kalau kami makan sedangkan Kiki tidak. Jadi makan siangnya nanti sajalah.
Aku dan Zaenab segera ambil snack... dan yang paling antusias itu aku, karena minuman yang disajikan ada kopi dan teh. Aku kan paling suka aroma teh di Jawa Barat....suka banget. Sedangkan snacknya tradisional banget, singkong, pisang dan ubi semuanya direbus. Wah mendukung program diet aku nih.... Akupun nambah berulangkali, sampe wareg. Hehehee... tak apalah kalorie gak perlu dihitung dulu toh tadi kerja keras....
|
Jalan menanjak seperti ini makanan kita... wkwkwkwk... semangat! |
|
Habis menanjak menurun... entengggg...tapi mesti hati-hati licin |
|
Dari jalur pintu seberang ini viewnya lebih bagus karena keliatan indah, ujungnya dapet |
|
Sefie dulu... |
|
View sekeliling tuh ijo-ijo gini. Seger kannnn |
|
Hmmmm...gayamu nduk...! |
|
Enak banget kalau sepi pengunjung gini |
|
Spot foto di rest area (cafe tempat ambil welcome drink) |
|
Itu dikejauhan lintasan suspension bridge tadi |
|
Papan warning bagi pengunjung |
Cuaca mulai mendung dan gerimis, maka kami bergegas melintasi rute yang 7 km di awal tadi untuk sampai ke parkiran. Kerja kerassss..... langsing gratis! Karena suara adzan Dzuhur sudah dari tadi berkumandang maka kami sholat dulu di masjid alias mushollah yang merupakan fasilitas di lokasi ini. Mushollahnya bersih, besar, airnya jernih dingin dan banyak. Alhamdulillahlah...!
Usai sholat kami bergegas ke parkiran buat melanjutkan perjalanan ke Bandung. Keinginan untuk menjelajah danau yang indah di situ dibatalkan karena hari mulai rintik. Review yang bisa aku kasih tentang destinasi wisata ini adalah konsep pengelolaan wisata di tempat ini sudah sangat baik, namun sayang tidak dikelola dengan baik. Sistem pembayaran tak jelas. Awal masuk bayar tiket 20 ribu perorang, lantas untuk melintas jembatan bayar lagi 55 ribu. Hmmm...aku bertanya-tanya dana itu buat apa saja. Terus aku melihat system gate yang elekronik dan otomatis itu semua sudah tak berfungsi lagi. Entah kenapa???
But anyway aku bangga Indonesia punya destinasi wisata seindah ini . Pembangunan jembatan gantung Situ Gunung ini diharapkan bisa bermanfaat untuk pengembangan wisata di Sukabumi. Apalagi dengan adanya lokasi destinasi lain dalam satu kawasan tersebut yakni Curug Sawer dan Situ Gunung.
Kami melanjutkan perjalanan lagi, masih di daerah Sukabumi kami mampir ke pondok makan kecil yang menyajikan menu ayam dan ikan bakar. Murah tapi maknyusss... terutama sambalnya pedes mantap! Akupun berhasil memenuhi keinginan beli rujak ulek... mantap juga. Dan puas makan siang kami kembali melanjutkan perjalanan.
Sepanjang perjalanan hujan deras mengguyur bumi. Mana tiket e-toll Kiki sudah habis pula sedangkan berkali-kali mampir di Alfamart dan Indomaret jaringan buruk jadi gak bisa top-up. Maka terpaksalah kami tak jadi lewat tol. Lewat jalan kampung malah melalui jalur-jalur gak dijalani oleh umum. Jam 10 malam kami baru tiba di Pondik Kahuripan hotel yang aku booking via Traveloka. Malam ini aku gak sanggup mandi, ganti baju, wudhu, sholat dan langsung tidur. Hmmm rencana itinerary hari ini failed....
|
View indah di sepanjang jalan |
|
Beruntungnya lewat jalan kampung bonusnya view seperti ini.. |
No comments:
Post a Comment