Monday, 5 November 2018

BLUSUKAN KE LORONG BASAH DAN PASAR 16 ILIR

Minggu ini rencananya memang mau ke pasar 16 ilir untuk membeli ciput (dalaman jilbab) yang cocok buat baju seragam pesta kawinan Idham, sekalian beli payet di toko Kumala komplek pertokoan Megahria Centre. Karena 2 lokasi ini adalah daerah padat dan sulit cari tempat parkir, maka aku dan Atik mau naik angkot Sayangan aja. 

Dari rumah masih cukup pagi yaitu jam 8.30. Sampai di simpang pasar burung lalu lintas macet berat. Entahlah kok sepagi ini banyak sekali mobil pribadi yang numplek di situ , biasanya gak pernah. kami sepakat turun dan jalan kaki saja. Karena kebetulan sudah dekat dengan Megahria centre aku pikir lebih baik beli payet dulu saja, mumpung masih pagi. Benar saja menurut pelayan tokonya kami pembeli pertama, penglaris toko katanya. 

Lanjut kami jalan lagi menuju pasar 16 ilir, dan begitu melewati pusat perbelanjaan Dika centre dari jauh aku melihat gerbang menuju pasar 16 ilir dengan tulisan “Lorong Basah Culinary Night”. Nah itu dia tempat yang terinstagramable. Tapi lebih banyak orang ambil foto di situ pada malam hari. Ini siang. Ah tak apalah yang penting keren. Aku membujuk Atik buat motoin, meskipun dia bilang ini daerah seram...banyak copet....ahhhh...biasa aja kaliiii. Tenang aja. Cekrek...cekrek....dapetlah 3-4 foto di gerbang itu. Keren...! 

Saat aku menlanjutkan langkah aku lebih exited lagi melihat area yang indah dengan payung warna-warni di sana sini. Agak ribet dan rada sulit untuk ambil foto di area ini karena riwehnya pedagang kaki lima lagi bongkar dagangan dan sedang siap-siap buka lapak. Tapi sabar...dan keukeh.... akhirnya dapat juga foto terbaik dan tidak baik banget sih berhubung ramai ...
Gerbang masuk Lorong Basah
Lorong Basah jaman now

Lorong-lorong colorful dan cantik yang jika malam jadi pusat kuliner khas Palembang dan pagi menjadi lapak pedagang kaki lima

LORONG BASAH
Siapa yang tak kenal lorong Basah? Seperti juga jembatan Ampera, seseorang belum diakui sebagai wong kito kalau belum pernah menginjakkan kaki dan belanja di lorong Basah. Nama suatu lorong yang popularitasnya menyaingi nama jalan lain di kota Palembang.Walaupun nama lorong ini telah naik tingkat menjadi sebuah jalan, Sentot Ali Basya. Nama yang sangat unik disebutkan begitu saja. Masyarakat lebih familiar tetap menyebutnya lorong Basah.

Banyak yang menyangka lorong Basah adalah sebutan singkat atas nama jalan Sentot Ali Basah, seorang panglima dalam perang Jawa yang mendampingi perlawanan Pangeran Diponegoro. Padahal tidak seperti itu. Tak ada hubungan sama sekali antara tempat ini dengan sang pahlawan. Sejak awal nama lorong ini memang lorong Basah. Justru nama jalan Sentot Ali Basah disematkan untuk mengganti nama asli tersebut. Syahdan menurut beberapa sumber asal muasal nama lorong Basah berkait erat dengan suasana di zaman kolonial Belanda. Paling tidak ada dua versi asal mula nama ini. 

Versi pertama menurut Raden Husein Natodirajo, seorang penelusur senior sejarah kota Palembang yang banyak berperan dalam memelihara manuskrip dan mencatat segala sesuatu yang berkait histori kota. Menurutnya, disebut lorong Basah memang lorong ini dahulunya sering basah oleh tumpahan dan ceceran air yang diangkat dan diangkut melintasi lorong tersebut. 

Para pendatang Tionghoa di Palembang yang mencari nafkah mengangkut air atas pesanan penduduk asli yang dahulunya bermukim di kawasan jalan Masjid Lama. Air sungai Musi yang diambil di tepi perairan sungai Musi yang berada di dekat Pasar Los 16 Ilir diangkat dan diangkut menuju kampung penduduk di sekitar jalan Masjid lama dan jalan Beringin Janggut.

Dengan sarana angkat berupa dua kaleng persegi yang berfungsi seperti ember namun tidak berpenutup, air sungai tersebut diangkut dengan pikulan. Rute angkut tersebut melalui lorong yang menghubungkan jalan Pasar Baru dengan jalan Masjid Lama. Disebabkan dibawa dengan ember kaleng tak berpenutup, air tersebut berceceran di sepanjang alur. Basahnya lorong inilah yang menjadi awal sebutan tersebut. 

Versi lain yang sedikit berkesan miring, kawasan ini suatu masa di zaman kolonial sekitar tahun 1938 hingga 1942 menjadi tempat praktik prostitusi, basah di sana berhubungan dengan aktifitas seks komersil di tempat itu. 

Terkesan untuk menghilangkan citra negatif tersebutlah pada sekitar akhir tahun 1970-an nama lorong Basah ditingkatkan menjadi nama jalan dengan nama seorang pahlawan yang pada namanya jika dilafalkan lisan terdengar sebagai jalan Sentot Ali Basah. Seperti diuraikan sebelumnya, beliau seorang pahlawan gagah berani. Seorang panglima perang tangan kanan Pangeran Diponegoro yang namanya jika ditulis tepat dan lengkap adalah Sentot Ali Basha atau Sentot Ali Pasha. 

Gelar Ali Pasha berarti panglima tinggi yang didapatkan beliau dari kesultanan Turki ketika belajar taktik strategi militer di sana. Di samping sebutan lain atas namanya Sentot Prawirodirjo.Geliat sebagai tempat perdagangan mulai dirasakan di era kolonial, sejak dibangunnya Pasar Straat yang saat ini disebut jalan Pasar Baru, lorong ini menjadi akses ke lorong Purban dan jalan Masjid Lama.

Pada mulanya berupa deretan rumah sekaligus toko atau gudang yang mayoritas dihuni keturunan Tionghoa. Selanjutnya tumbuh toko-toko baru, di antaranya toko yang berdagang kopiah seperti toko Raden Mat bin R.H. Abdoel Madjid Toko ini terkenal dengan kopiah cap Matahari Terbit. Toko mana di sekitar awal tahun1970-an berganti menjual barang dagangan berupa pakaian seragam sekolah. 

Selain dikenal sebagai pusat perdagangan pakaian seragam sekolah, kemudian di era tahun 1970-an lorong Basah dikenal pula sebagai kawasan toko pecah belah. Istilah pecah belah digunakan untuk barang tembikar berupa produk piring, mangkuk, gelok stoples, cangkir, gelas dan perlengkapan makan dan dapur lainnya. 

Deretan toko tersebut terletak di kiri kanan lorong Basah. Ada pula toko berdagang alat memasak berbahan dasar aluminium seperti panci, teko, kuali, dandang dan seterusnya Selain itu awalnya pada beberapa pintu toko menjual juga peralatan penerangan bukan berbasis listrik, seperti petromax, lampu teplok, lampu badai.Ada pula toko kaca cermin dan pigura bingkai foto. Sebagian lainnya menjual bumbu kari dan mainan anak-anak. Ciri umum toko-toko tersebut selain sebagai grosir juga menjual secara eceran. 

Sebelum bagian tengah lorong Basah dijadikan tempat berjualan pakaian dan lainnya, pada era tahun 1970-an itu pada beberapa bagian tengah lorong tersebut digunakan sebagai tempat berdagang si tukang obat dan penjual barang cara lelang. Tukang obat ini menjual dagangannya secara menarik karena diselingi dengan kemampuan bermain sulap. Banyak pengunjung hanya sekadar menonton permainan sulapnya. 

Cukup menarik di saat sekarang ini jika rajin membaca nama toko di sepanjang lorong Basah, ada yang tertulis alamatnya jalan Sentot Ali Basah atau Sentot Ali Basa tanpa huruf “h” di akhir nama. Ada pula secara berselang seling tak beraturan tertulis tetap bernama lorong Basah. Di atas perbedaan itu, kini memang lorong Basah tak lagi basah. 

Demikian sejarah singkat Lorong Basah yang kudapat dari sumeber tulisan dosen ahli sejarah Unsri di Sumeks Express. 

Namun yang aku tahu Lorong Basah yang terletak di kawasan Pasar 16 Ilir sebelumnya sebuah jalan atau lorong tempat berjualan pedagang kaki lima mulai dari penjual ikan, sayuran sampai penjual barang kelontongan. Setelah dilakukan penataan oleh Dinas Pariwisata Kota Palembang dalam rangka perhelatan Asian Games di Palembang lorong ini telah tertata rapi dan indah.

Saat ini lorong Basah telah menjadi salah satu destinasi wisata cukup terkenal di Palembang. Pada malam hari suasana menjadi lebih gemerlap dengan cahaya lampunya. Di lorong ini akan kita dapati jejeran pedagang kuliner menawarkan berbagai macam varian makanan khas Palembang. Kini namanya telah berubah menjadi Lorong Basah Night Culinary. 


PASAR 16 ILIR 
Lepas dari lorong basah perjalanan di lanjutkan ke pasar 16 ilir. Tujuan aku ke pasar 16 ilir hanya untuk membeli ciput alias dalaman jilbab. Kenapa harus ke sini? Yah karena aku sudah pernahmencoba membeli secara online, juga beli di PTC mall. Kurang sreg ketika dipakai. Sudahlah harganya mahal barangnya kurang bagus. Cuma itu saja barang yang ingin aku beli. Hmmm...keukeh ya sejauh ini ditempuh .... 

Pasar 16 ilir terletak di lokasi yang sangat strategis di tepian Sungai Musi dan tak jauh dari Jembatan Ampera. Lokasi yang strategis membuat pasar ini juga sering dijadikan destinasi favorit oleh para wisatawan. Warga lokal pun sering datang ke sini untuk mencari kebutuhan sehari-hari., Pasar 16 Ilir merupakan pasar tersibuk di Palembang. Banyak wisatawan berbelanja dipasar ini. Pasar yang terdiri dari 4 lantai ini, lantai dasar tempat menjual berbagai perhiasan, souvenir untuk oleh oleh, lantai kedua tempat menjual bebagai produk fashion grosir mulai dari pakaian anak anak remaja dan pakain sekolah, lantai ketiga juga menjual grosir produk fashion seperti tas, sepatu, dompet aneka jilbab, lantai keempat tempat menjual berbagai barang fashion bekas (BJ). Pasar ini juga menyediakan kebutuhan sehari hari dan oleh oleh. Pasar 16 ilir merupakan pasar terbesar dan teramai di kota Palembang, pasar yang juga menjadi salah satu icon kota palembang.

Aktivitas jual beli di 16 Ilir hampir tak pernah sepi. Pembeli selalu datang untuk mencari beragam barang seperti pakaian, kebutuhan dapur, dan makanan. Sementara para pelancong kerap menghampiri pasar ini demi mencari suvenir serta oleh-oleh untuk keluarga di tempat asal mereka. Makanya kondisi pasar 16 ilir selalu saja padat pengunjung. Hampir tak pernah sepi bahkan seperti gang senggol. Untuk itu sebagai pengunjung harus sangat berhati-hati karena sangat rawan copet. 

Dalam rangka menyambut perhelatan akbar Asian Games pada Agustus 2018 kemarin , pemerintah kota Palembang berinisiatif mempercantik berbagai sudut kota. Tujuannya agar kontingen dan penggemar olahraga dari seluruh Asia merasa terkesan ketika berjalan-jalan mengeksplorasi tiap sudut Palembang. Pasar 16 Ilir termasuk salah satu yang berdandan menjelang perhelatan akbar tersebut. Hasilnya, ruko-ruko yang dulunya tampak semrawut kini jadi nampak teratur. Dari kejauhan kompleks pasar jadi terlihat kian menarik karena dihiasi cat colorful, sehingga pasar 16 ilir terlihat cantik. 

Sampai di pasar 16 ilir mataku langsung tertuju pada bangunan toko yang sangat colorful itu. Aku bilang ke Atik aku harus dapat foto terbaik di sini. Tapi hasilnya mengecewakan. Sulit buat dapat spot/scene yang pas karena pengunjung sangat padat. Tapi jadilah ada fotonya buat share dan update blog. 
Pertokoan yang colorful
Gerai di lantai 2 yang menjual produk fashion dan pakaian dalam
Lapak pedagang di luar pertokoan
Lapak pedagang kaki lima
Aneka dagangan di lapak kaki lima dari tas , jilbab sampai jam tangan
Pedagang kaki lima
Karena item belanjaku tak banyak maka hanya sebentar kami di pertokoan. Setelah dapat ciput yang kuinginkan aku sempat membeli selusin pakaian dalam dan langsung keluar. Iseng di jalan keluar bagian samping ada rumah makan khas Palembang-Arab. Aku pernah diajak makan siang oleh Ana dulu saat kami cari souvenir tutup arisan RT. Cita rasa masakannya lezat. Iseng aku nawarin Atik untuk masuk (agak ragu sih karena hari masih sangat pagi jam 10.20, makan siang belum masuk waktu hehee...) tapi Atik mau. Ya sudah cus...kami masuk. Kami hanya memesan 2 porsi sate ayam tanpa lontong (sedang diet karbo) dan segelas es cincau. Hmmmm...kenyang sekali sampai engap. 


Wajah belum laper jadi tidak terlalu tegang...wkwwkwkw
Daftar menu di resto ini. Yang tak jelas itu Darca itu apa....???Makanan India atau Arab kah?
Dia sudah ludes baru difoto
Tusukan terakhir
Akhirnya kami keluar dan menuju apotik Musi yang lokasinya di ujung pengkolan untuk beli inhaler obat asthma aku. Pulangnya kami kembali naik angkot Sayangan. Menyenangkan juga ya belajar hidup seperti orang biasa tanpa naik turun mobil ber AC. Itulah seputar ulasan week end aku minggu ini. 


Berhasil juga foto disini tapi tetap tidak dapat toko-toko colorful itu
Apotik Musi yang telah ada sejak zaman baheula, dulu terkenal lengkap dan murah. Tapi sekarang tidak lagi.Lebih mahal harga obatnya dibanding apotik Muhaga Mulia

No comments: