Friday 13 October 2017

SENTRA KERAJINAN JUMPUTAN TUAN KENTANG

Ide bermain (hehee,,,main apa main?) ke Tuan Kentang bermula dari niatan aku untuk buat seragam umroh sendiri, mengingat rencana umroh Februari 2018 nanti kami dalam jumlah banyak yaitu 7 orang. Jadi aku ingin bikin seragam sendiri pas untuk pulangnya nanti. Kalau perginya demi menghormati pihak travel biarlah kami pakai seragam dari dia (sebenarnya terpaksa dipakai sih karena gak bisa dikompensasi dengan uang. Seperti saat ke Turki boleh ditukar uang kalau tak mau ambil, lumayan saat itu potongannya 500rb per orang).

Nah dari keinginan ini aku berembuk dengan para calon jamaah umroh keluarga, tadinya aku ngajak ke butik langganan aku. Waktu aku cerita sama Iyun dia tanya harga produk butik langganan aku tersebut langsung dia bilang uhhhh...mahal amat. Kalau kau mau jumputan atau pelangi mending ke sentra kerajinan jumputan aja di Kertapati “Tuan Kentang”. Mulailah Iyun mendeskripsikan harganya, produk-produk nya. Dannnnn aku langsung sangat tertarik yoookkk kita kesana. Akhirnya semua setuju, namun mengingat saat itu aku dan rombongan sedang menyiapkan tour ke Batam, maka Iyun bilang nanti ajalah. Selesaikan dulu rencana ke Batam karena toh sama-sama butuh uang buat itu. Baiklah....

Lama berlalu, sementara aku masih terasa dengan euphoria tour ke Batam yang sangat menyenangkan, trus ditambah jumlah dana yang blom fix buat melunasi biaya umroh. Untuk 5 orang booo...yang aku tanggung. Total 110 juta baru biaya aja, blom lain-lain seperti vaksin meningitis, biaya paspor bagi yang blom punya, persiapan perlengkapan termasuk pakaian. Lucunya aku tuh ya...kalau ngajak rombongan itu benar-benar totalitas sampe biaya paspor dll itu mau aku penuhi sempurna. Clinggg... padahal danaku terbatas. Namun dari pengalaman yang sudah-sudah ada saja sumber masuk sehingga biasanya bisa ngepas kok. Ya Allah semoga niat baikku ini KAU restui dengan mencukupinya. Aaamiin...

Seminggu yang lalu karena aku siklus bulanan jadi ngaji dan dzikir di masjid Taqwa setiap Sabtu libur. Jadi Sabtu itu mulai dari belanja sayur, masak dan bebenah rumah tuntas. Sorepun aku sudah terbengong-bengong nganggur. Iseng sore itu aku chat di family group WA “Yun kapan nih mau ke Tuan Kentang. Batam kan sudah kelar, kesana yok besok” Toh untuk total seluruh biaya umroh sudah cukup setelah aku dapat duit penghargaan 3 windu bakti kerja, sekarang lapang...hehee.

Alhamdulillah chat tersebut mendapat respon dari Ida dan Iyun juga. Setuju besok (Minggu) kita rencana mau ke Tuan Kentang start jam 9. Janji sudah fix. Ehhhh...menjelang malam Ida bilang tak jadi ikut karena bapak Angga mau dinas Ke Bali, jadi pagi-pagi harus mempersiapkan keberangkatannya. Gimana kalau sore saja habis dzuhur. Aku sih oke dan stand by 100%. Tapi Iyun jawab kalau sore kurang nyaman karena jalan menuju kesana macet total malah kemaleman nanti. Ya sudah ibu Angga bilang kalau gitu pergilah kalian saja. Uhhhhh gak seru kalau cuma berdua. Akhirnya rencana itu batal malah kita buat janji nanti saja sekalian kalau Ita mudik ke Palembang jadi lebih seru kalau komplit nih pesertanya. Siiipppp... setuju. 

Malah karena sudah melupakan aku sempat beli batik tulis di olshop, 3 potong lagiii.... Sabtu pagi saat aku masih di masjid Taqwa eh..tiba-tiba Iyun chat di group ngajakin ke Tuan Kentang besok pagi Minggu. Yang memberi respon pertama Ida alias ibu Angga. Siyappp katanya. Maka akupun menjawab gembira siyapppp.

Minggu pagi jam 8 start dari rumah ibu Angga kami naik gocar menuju lokasi (kena tarif 35 ribu rupiah saja), benar saja apa Iyun bilang jalanan masih sepi dan lancar. Lumayan jauh sih lokasinya. Dari kejauhan kulihat pintu gerbang warna biru bertuliskan "Pusat Kerjinan Kain Jumputan" (sayang aku malah jadi lupa fotoin gegara ramenya kendaraan, bilangnya nanti aja pas pulang eh malahh lupa nek!) dan di lokasi mobil-mobil pribadi plat luar kota yang kebanyakan plat “B” sudah berjejer rapih. Hmmmm hmmm.... jam 9 sudah rame nek! Kami disambut oleh pemandangan kain yang berjejer bergantungan sedang dijemur.

Kain yang masih diikat dikeringkan, itu sebagian mobil yang berjejer rapih
Para pekerja laki-laki yang sedang membentang ikatan kain untuk dikeringkan
Deretan kain yang dibentang dan melambai-lambai ditiup angin. Cantik
Sebagai guide yang sudah malang melintang dan bolak balik kelokasi, Iyun mengajak kami ke sebuah rumah yang menurutnya kualitas, motif dan modelnya paling bagus. Okelah secara kami berdua tak paham ikut saja. Pesan Iyun ini baru rumah pertama coba-coba lihat dulu dan jangan khilaf karena kita toh mau menjelajah kampung tenun ini dari ujung ke ujung. Baiklah...baiklah..baiklah buuuuu!

Kami masuk ke sebuah rumah yang sangat sederhana (bisa dibilang kecil) dilingkungan yang agak kurang sehat sih menurutku. Lembab! Pada plang namanya tertulis “Wiyah Mulyadi Collection”, menilik namanya kok seperti nama bukan orang Palembang. Entahlah ...apa artinya sebuah nama. Di depan pintu masuk aku melihat proses pencelupan bahan yang sudah di “jumput” alias diikat-ikat. Lucu deh bentuknya kayak kriul-kriul gitu.

Kain yang sudah diikat dan dipola siap dicelup
Proses pembuatan kain Jumputan, memiliki tujuh tahapan. "Untuk kain sepanjang dua hingga empat meter, proses pembuatannya selama satu bulan, lalu untuk motifnya beraneka rupa mulai dari Gajah Mada, Mawar, Ubur-ubur, Cantik Manis dsb. Hmmmm.... memerlukan kesabaran yang cukup untuk jadi selembar kain ya. Untuk harga, kisaran mulai dari Rp 100 ribu tergantung dari kesulitan pembuatan, ukuran dan motif. Sedangkan untuk Kain Tenun dan Jumputan mulai dari hari Rp 650 ribu. Menurut aku tidak mahal alias murah, bila aku membandingkan dengan proses pembuatannya. Aku memang selalu sangat menghargai produk-produk handmade.
 
Hanya satu rumah yang kami kunjungi

Hari itu masih cukup pagi sih, belum siap menerima tamu sepertinya (ya iyalah PTC aja bukanya jam 10 lewat. terlalu semangat ya kami...). Namun melihat kedatangan kami sang pemilik rumah dengan ramah  mempersilahkan kami masuk. Dia bilang “tunggu sebentar ya, mau panggil pelayannya dulu”. Tak seberapa menit beberapa ibu muda datang berbarengan untuk melayani kami. Ternyata pekerjanya itu adalah tetangga sebelah menyebelah rumah saja. Ohhhhh...makanya cepat datangnya.

Cusss kami hanya melirik-lirik kain-kain yang digantung, juga baju-baju jadi. Display produknya dipajang diruang tamu yang ukurannya tak begitu luas hanya kurang lebih 2x2,5 meter. Di awal masuk aku langsung tertarik baju jadi jubah warna hitam dengan payet besi emas disana sini cantik sekali dan murahhhhh baju itu cuma seharga 250 ribu (aku mikir untung gak yah yang dagang ini, secara aku seorang penjahit, jadi aku tahu banget harga payetnya, capek dan lamanya pasang payet), tapi sayang tak muat. Itulah ukuran tubuhku itu bukan ukuran orang Indonesia, tinggi besar jadi tak ada baju jadinya yang cukup buat aku.

Dan....  ketika aku membalikkan badan para pelayan toko ternyata sudah membentang kain-kain yang motifnya aduhaiiiiii.... comelnya! Bagaimanalah bisa ingat pesan Iyun cukup lirik-lirik saja dulu..... Prinsip belanja kalau suka ambil aja, ke toko lain belum tentu ada warna dan motif yang sama. Akhirnya kami dibuat khilap hanya di 1 toko saja. Aku memborong 5 helai, ibu Angga lebih banyak lagi karena dia memang pandai menjahit, ada anakgadis dan diperuntukan buat suami juga, dan Iyun lebih banyak memborong baju jadi karena dia tak pandai menjahit. Tak apalah beli banyak kan harganya murah banget ada yang 100 ribu, 150 ribu, makan mie bakso di French aja habis uang 100 ribuan perorang. Ayooooo... boronglah...! Belum sempat jahit disimpen aja dulu atau malah bisa dibuat souvenir jika ada saudara atau teman yang datang dari jauh. Betul kan....?

Baru masuk Ibu Angga langsung berburu
Ditebar nih kainnya menjadi sangat menggoda...hati
Kain pesanan ibu Ade
Pengunjung yang sudah mulai menemukan pilihannya masing-masing

Mejeng dulu sama pelayan tokonya
Ini hasil jaringan saya, tanpa sadar ternyata nuansanya pink ungu semua

Selesai proses bayar kami keluar dari toko rumah (bukan rumah toko Hehehe...). Hari sangat terik dan waktu hampir jam 12 siang. Deretan mobil yang parkir sudah penuh dan lebih padat dari pertama kami datang tadi. Sebagian besar mobil ber plat B. Ketika Iyun menawarkan untuk menjelajah dari rumah ke rumah lagi, seperti “koor” aku dan Ibu Angga jawab, “Nggak ahhhh... cukuplah”. Hahaahaaa. Yang dibeli ini aja entah kapan selesai menjahitnya, ditambah lagi uangnya sudah ludes.

Okelah kita pulang saja, namun karena perut sudah kriuk-kriuk kami mampir ke kedai pempek “Sri”. Tekwan, modeldan pempeknya maknyussss dan recomended. Tambahan 1 catatan lagi muraaaahhhhh.... dan gak bau. Yuppp segitu saja perjalanan wisata budaya dan kuliner kami hari ini. Kedepan kami akan mencari lagi bentuk-bentuk kerajinan ataupun budaya tradisional buat di”kulik” juga “diborong” agar para pengarjin bisa terus hidup dan berkesinambungan. Kami berharap dengan dibangunnya Griya Tuan Kentang ini dapat mensejahterakan masyarakat Palembang dan semakin bisa memproduksikan pasarnya di luar Kota Palembang We love Palembang, We love Indonesia much....!

Makan siang dulu sama tekwan, model dan pempek... wong Palembang asli kalau gitu

No comments: