DAY 1st
Lama aku tak travelling, sejak trauma saat travel ke Thailand kemarin aku memang membatasi diri untuk tidak melakukan travelling kemana-mana dulu. Jika mau travelling harus lihat penyelenggaranya dan rekan seperjalanannya siapa dulu? Itulah kesimpulan alias yang aku “resume” dari pengalaman “my last travelling” April lalu. Agak rada bete alias bosan juga di rumah terus, bahkan untuk mencari view dan memandang alam beberapa waktu lalu aku sempat mengejar sunset di Jakabaring. Hehehe...jadilah kecil-kecilan.
Dan tiba-tiba di group WA family, ibu Ade menawarkan short trip ke Batam, alias minta temani ke Batam karena dia gak PD jalan ke luar Palembang ini. Tujuannya ke Batam adalah menyambut tawaran muridnya dulu yang sudah stay di Batam dan juga berburu tas untuk dijual lagi sebagai bisnis sampingan. Secara aku sudah kangen buat angkat koper lagi yang pasti aku segera bilang “bersedia”. Toh cuma ke Batam budgetnya gak begitu besar (maklum aku lagi mengencangkan ikat pinggang buat membawa keluarga besarku umroh bersama Februari tahun 2018).
Kami sepakat akan berangkat tanggal 6 – 8 September 2017. Aku secara tidak langsung diangkat sebagai tour leader, bertugas booking tiket etc, etc. Tiket sudah di booking per tanggal 14 Agustus 2017 melalui Varita travel di kantorku (bayangin semangatnya jauh-jauh hari sudah booking tiket). Tadinya mau sekalian booking hotel online, tapi muridnya ibu Ade bilang tak usahlah. Mendingan pas sudah arriving aja langsung cari hotel. Menurutnya banyak dan tak susah cari hotel. Okelah...kalau begitu jadi tak terlalu menambah tugasku sebagai tour leader.
Karena sudah terlalu lama rencana mendekati hari H kok adem ayem saja tak ada chit chat lagi di group WA tentang rencana keberangkatan. Waduh... ternyata semua sibuk mempersiapkan Idul Adha. Namun aku tetap dengan kebiasaan aku 2 minggu sebelum hari “H” koperku sudah stand by depan pintu. Baru sehari menjelang hari “H”, ibu Ade telpon bahwa besok berangkat aku akan dijemput ibu Angga jam 6 pagi, tunggu di rumah saja (padahal aku sudah order mobil antar jemput Varita, dan seketika harus dibatalkan).
Tadinya rencana yang berangkat 6 orang, tetapi 3 hari menjelang hari H, Iyun kakakku yang no 3 bilang batal dan tak bisa ikut, karena sebagai abdi negara harus patuh pada atasan. Kasiannnya.... aku terus membujuk untuk tetap ikut saja, karena rugi tiket sudah dibayar. Rugi tak apalah dia bilang. Hmmm... tinggal aku saja yang sibuk. Beruntungnya aku booking tiket melalui travel anak perusahaan tempatku bekerja, dimana Direkturnya adalah teman sendiri. Aku mengontak beliau dan dia menyambungkan dengan stafnya. Kesimpulan tiket itu tak bisa dialihkan pada orang lain (padahal Atik bersedia menggantikan), tetapi bisa di refund. Untuk City Link bisa direfund dan uangnya akan bisa diambil 2 minggu stelah proses. Sedangkan Lion Air wallahu alam, kalaupun bisa juga paling hanya 20% an. Yah tak apalah... namanya juga salah kami.
Aku percaya “Everything happen for a reason”. Selama ini aku sama sekali tak pernah booking tiket pribadi melalui Varita, biasanya online booking. Ini entahlah kenapa aku mau booking via Varita, rupanya akan ada peristiwa ini. Coba bayangkan jika aku harus urus sendiri uang refund itu, pasti aku bolak balik ke kantor City Link atau Lion Air. Ini tidak! Karena pertemanan tadi maka staf Varita saja yang urus aku tinggal tunggu kabar saja. Hmmm...hmmm...
|
Wajah-wajah ceria di ruang tunggu bandara SMB 2 |
Singkat cerita akhirnya tepat pukul 8.30 WIB kami berlima terdiri dari ibu Angga, ibu Ade, Vera mantunya ibu Ade, Kotada dan aku menumpang pesawat City Link take off menuju Batam dari bandara SMB2. Ada pengalaman tak enak nih terbang kali ini. Entah karena cuaca yang buruk atau cara pilot mengemudikan pesawat, sehingga pada saat take off itu kok gak nyaman banget ya? Ayunan untuk naik menambah step-step ketinggian goncangan pesawat terasa sekali. Aku mual, mau muntah dan pusing. Waduh...! Mendadak aku harus menelan obat sakit kepala dan makan permen mentos untuk menghilangkan mualnya. Oh iya seat yang jatah Iyun sudah laku terjual tuh....! Cepat ya... !
Palembang – Batam ditempuh dengan perjalanan selama lebih kurang 1 jam. Terjadi lagi kondisi tak enak saat landing. Pesawat goncang dan telinga berdenging rasa mau pecah. Belom pernah aku merasakan penerbangan setidak enak begini. Aku mengangakan mulut lebar-lebar supaya rasa gendang telinga mau pecah itu hilang. Kasiannya ibu Ade dia cemas sekali, Ibu Ade pernah trauma saat flight (dulu dia pernah mengalami cuaca buruk saat flight sehingga pesawat muter-muter lama bahkan sampai akhirnya balik lagi ke terminal pemberangkatan) jadi dia sedang membangun kembali keberanian untuk flight. Kali ini dia berani karena kami rame. Eh ternyata mendapatkan kondisi seperti ini pula. Duh kasian....untunglah ibu Angga yang duduk disebelahnya menenangkan dengan berbagai cara, misalnya diajak ngobrol biar tak terlalu terasa.
|
Just arriving di Hang Nadim airport, bertemu mbak Nani kawan kantor ibu Angga dulu |
Akhirnya kami mendarat dengan selamat di Hang Nadim Airport. Cuaca cerah dan bersahabat. Tak lama menunggu bagasi kami langsung keluar menuju pintu “Kedatangan”, terlihat murid ibu Ade , “Aliyudin” sudah menunggu dan melambaikan tangan. Saat masuk ke dalam mobil dan melaju, Ali tanya mau kemana kita? Ibu-ibu bilang terserah. Ehhhh... aku langsung nyeletuk, kita ke “Pantai Nongsa” tak jauh dari bandara kan?” ujarku. Barangkali yang lain bingung ya aku sudah punya itinerary??? Hahaaa...secara traveller sejati aku tak mau rugi waktu dong. Meskipun tujuan ibu-ibu ke Batam untuk “Shopping” aku tak mau rugi, harus dapat landscape dan view yang menarik untuk setiap daerah yang dikunjungi.
Hmmmm...jauh sebelum hari H aku sudah browsing di google searching mengenai lokasi wisata menarik di Batam. Keluarlah beberapa nama destinasi dan aku menyusunnya berdasarkan lokasi terdekat menuju perjalanan. Hehee... anak mama... cerdas (begitu dulu mama alm selalu memuji aku. Duh kok jadi sombong ya...???:D). Lanjut... Ali menyetujui ke pantai Nongsa, tetapi dia akan mengajak ke Nongsa Point Marina Resort. Sebuah kawasan resot dimana dia bekerja sebagai Satpam. Dia bilang lebih indah dibanding pantai Nongsa. Okelah kalau begitu.
NAGOYA POINT MARINA RESORT
Nongsa Point Marina Resort Batam adalah resort bintang 5 yang terletak di semenanjung Nongsa, timur laut Pulau Batam. Jl. Hang Lekiu, Sambau, Nongsa, Kota Batam, Kepulauan Riau 29466. Nongsa Point Marina & Resort dirancang dengan sentuhan Mediterania dan dibangun di sekitar teluk alami Nongsa, di Pulau Batam, Indonesia. Ini adalah destinasi tepi laut yang benar-benar unik di lingkungan damai dan surgawi. Nongsa Point Marina resort menawarkan kamar hotel, vila dengan 2 atau 3 kamar tidur.
Bagi mereka yang mencari gaya hidup santai dan pemilik kapal pribadi resort ini menyediakan fasilitas tersebut. Di resort ini terdapat dermaga Marina Internasional sebagai pintu gerbang ke Kepulauan Riau dan sekitarnya. Nongsa Point Marina & Resort adalah tempat yang ideal untuk menginap saat kita bepergian jauh dari rumah, baik itu selama seminggu atau untuk liburan singkat (short trip) akhir pekan. Resort ini menawarkan berbagai fasilitas rekreasi termasuk Lapangan Golf, Spa, pilihan olahraga air dan kapal charter untuk memancing, snorkeling menyelam dan menyebrangi pulau.
Hanya memakan waktu 10 – 15 menit dari bandara kami sudah memasuki kawasan resort dimaksud, tapi sayangnya cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba saja menjadi sangat tak bersahabat. Hujan mulai deras. Menurut Aliyudin area Nongsa memang area yang paling sering turun hujan. Begitu mobil memasuki kawasan resort kami disajikan view yang sangat cantiiikkk. Di gerbang resort tanaman hijau, warna warni bunga dan rumput hijau membentang di lapangan golfnya sangat menyejukkan mata. Kami sangat beruntung diantar oleh Aliyudin yang merupakan Satpam resort tersebut, kalau tidak pasti tidak boleh masuk. Yang diperbolehkan masuk hanyalah pengunjung/penyewa rumah/hotel di resort tersebut. Kalau melihat tampilannya aku berkesimpulan ini adalah penginapan yang elite dan pasti mahal. Setelah aku browsing memang benar penginapan disitu berkisar 2 jutaan per malam. Hmmmm..... Dari cerita Ali yang booking penginapan disitu adalah turis asing yang menghabiskan waktu week end.
PANTAI NONGSA
“Satu lagi wisata pantai populer di Pulau Batam, yaitu Pantai Nongsa. Pantai Nongsa atau biasa juga disebut Nongsa Tua terletak di kawasan Kampung Nongsa, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa. Pantai Nongsa dapat dicapai dari Bandara Hang Nadim dengan menggunakan taksi yang memakan waktu sekitar 30 menit. Sementara para wisatawan luar negeri, seperti dari Singapura dan Malaysia biasanya menggunakan Kapal Ferry. Kapal Ferry ini bersandar di dermaga Tanah Merah Singapura dengan tujuan Terminal Ferry Nongsa di Pulau Batam.
Dahulunya pada abad ke 18, hidup seorang tokoh penguasa yang mengembangkan kawasan pantai tersebut, beliau bernama Nong Isa. Karena nama tokoh tersebut hingga kini kawasan tersebut dinamai Nongsa. Konon tokoh tersebut adalah orang yang pertama kali mengembangkan kawasan Nongsa dimana pada saat itu belum ada kampung-kampung lainnya di Pulau Batam.
Pantai Nongsa memang menjanjikan pesona keindahan bagi siapa saja yang mengunjunginya, Air lautnya yang jernih, ombaknya yang tenang, hamparan pasir putih dan suasana alam pantai yang masih asri siap menanti kedatangan anda. Tidak berlebihan jika obyek wisata ini menjadi destinasi wisata pantai populer dan favorit di Pulau Batam.
Mengingat lokasi wisata pantai Batam ini dekat dengan negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia menjadikan Pantai Nongsa berada di lokasi yang strategis. Inilah yang menarik dari destinasi wisata pantai ini. Jika anda berkunjung ke sana, anda dapat melihat langsung keberadaan Negara Singapura dan Negara Malaysia yang letaknya tepat di seberang Pantai Nongsa. Malam hari adalah saat yang tepat untuk melihat negara tetangga dari area pantai ini. Anda akan melihat lampu-lampu yang menyala berwarna-warni seakan berkelap-kelip dari bangunan-bangunan yang ada di Negara Singapura. Pemandangan ini menjadikan daya Tarik tersendiri dari Pantai Nongsa
Hal menarik lainnya dari destinasi wisata pantai ini, adalah keberadaan sebuah pulau kecil yang dekat dengan Pantai Nongsa, yaitu Pulau Putri. Pulau Putri yang merupakan sebuah pulau kecil yang masih termasuk dalam Provinsi Kepulauan Riau. Pulau Putri pun memiliki pesona alam yang tidak kalah menariknya dari Pulau Nongsa sehingga banyak para wisatawan yang datang ke destinasi pantai ini menyempatkan diri untuk berkunjung juga ke Pulau Putri.
Selain menjanjikan keindahan alam pantainya, Pantai Nongsa juga telah dilengkapi dengan fasilitas penginapan berupa resort, seperti Turi Beach Resort dan Nongsa Point Marina. Resort-resort ini juga menjadi fasilitas penginapan bagi pengunjung Pantai Sekilak yang jaraknya memang dekat dengan Pantai Nongsa.
Apabila anda berencana ke Pulau Batam, sempatkan diri anda untuk mengunjungi Pantai Nongsa hingga malam. Mengapa demikian? Karena sore hari adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh parapengunjung pantai ini. Bagaimana tidak, pesona matahari terbenam yang terlihat dari kawasan wisata pantai Kepulauan Riau ini sangat menakjubkan. Dan malam hari, anda akan melihat kilauan lampu dari bangunan yang berada di negara Singapura. Sungguh kedua pemandangan ini tidak akan anda lupakan dalam hidup anda.!”
Untaian kalimat yang ditulis miring diatas adalah review tentang pantai Nongsa yang aku dapat dari Google search. Dan karena alasan itu pulalah aku menetapkan pantai Nongsa dalam itinerary trip kami, Dan lanjut .... hanya memakan waktu kurang lebih 10 menit dari lokasi Nongsa Point Resort kami sudah memasuki kawasan pantai Nongsa. Tetapi.... sampai ujung kok aku gak dapat view seindah yang aku lihat di google? Sesungguhnya pantainya memang indah, tapi untuk mencapai bibir pantai tak bagian landainya. Yang ada pantainya ada dibawah bagian rumah penduduk yang datarannya jauh lebih tinggi sekitar 2 meteran. Tak ada fasilitas buat turun ke pantai, trus gimana caranya ku bisa dapat view foto pantainya sedangkan rumah penduduk sekitar itu dipenuhi pohon besar. Untuk lihat pantai hanya bisa mengintip lewat celah-celah daun doang. Padahal pantainya bagus dan jernih (sebagian besar pantai-pantai di Batam air lautnya masih sangat jernih).
Kalau melihat kondisi ini sepertinya pantai ini belum jadi tujuan wisata, seperti pantai tinggal. Atau apakah Aliyudin salah menuju spot untuk turun??? Entahlah... aku masih bertanya-tanya. Disamping itu yang lain juga bilang katamu indah Esi???? Hmmmm.... atas permintaan aku kami diantar lagi ke pulau Putri. Pulau Putri masih satu lokasi dengan pantai Nongsa. Dan... hmmmm kecewa suasananya masih sama aja, gak ada fasilitas untuk main di bibir pantai. Masa aku harus terjun berenang dulu supaya bisa main di bibir pantai. Trus naiknya nanti lewat mana. Yah...sudahlah... kita balik aja. Aku yakin Aliyudin menurunkan kami pada lokasi yang salah.
|
Ini loh view pantai Nongsa yang kudapat di google. Indah kannnn???? |
Menelan kekecewaan kami melaju meninggalkan lokasi. Ketika Aliyudin tanya mau kemana lagi ibu-ibu jawabnya tetap sama. Aku akhirnya ambil kendali. Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 dan perutku sudah berasa perih, karena sejak semalam aku memang tidak makan, dan pagi tadipun belum sempat makan apa-apa selain menenggak kopi radix. Aku bilang kita makan siang aja dulu, setelah itu kita sholat Dzuhur jamak Ashar di masjid Raya Batam Centre, trus kita booking hotel dan ke Barelang. Hehehee... semuanya setujuuuu. Aliyudinpun bilang bagussss, karena tempatnya berurutan.
Baiklah mobil menuju tempat makan siang (plus pagi???) yang enak dan murah. Tempat itu adalah Botani Mall di area Batam Centre. Sebenarnya Botani Mall adalah pasar yang menjual segala macam rupa, termasuk sayur mayur, buah-buahan, busana, elketronik dsb. Komplit plit. Di lantai dasar dekat area parkir ada lokasi yang cukup luas dimana di sana berbagai pedagang makanan dari segala macam jenis lauk-pauk ada. Seperti area fast food di lantai 7 pasar Tanah Abang begitu.
Kami masuk dan datang seorang pelayan menyodorkan buku menu. Pelayan mencatat pesanan kami di secarik nota yang beraneka rupa. Kerennya dia sangat hapal nota mana yang harus ditulis untuk setiap jenis makanan yang diorder, karena setiap kedai memiliki nota masing-masing. Nanti pada saat makanan yang diorder siap disajikan maka pemilik kedai sendiri yang mengantarkan makanan ke meja kami. Nota tadi dia paraf lalu dimasukkan ke dalam gelas plastik kosong warna pink fanta yang ada di meja. Setelah makan selesai kita langsung membayar ke kasir dengan membawa beberapa buah nota yang ada digelas itu. Seru juga sistem ini.
Untuk makan siang kali ini aku memilih menu ayam penyet, plus sop ayam kampung. Ibu Angga menunya sama denganku, Kotada memilih tongseng kambing, Ibu Ade dan Vera ayam bakar, nah Aliyudin memesan menu ayam penyet cabe hijau. Kalau harus memberi testimoni aku menyatakan rasa masakan disini maknyusss dan kasih 2 jempol. Dan tambahan lagi saat membayar aku sangat kaget, bayangkan dengan menu seperti itu untuk berenam dan minumnya pake es jeruk, jus alpukat, teh botol sosro aku hanya membayar 160 ribu rupiah saja. Hmmmmm.... Lucunya saking doyan selama 3 hari kami di Batam tiap makan siang ibu Angga selalu minta dianterin kesitu aja. Hahaaaa.... padahal aku pengen cari kuliner lain khas Batam seperti gong-gong. Tapi oke juga kesitu jadi dompet bisa irit. Dan selama 3 hari makan di sini menu favorit yang paling top adalah, menua ayam penyet sambel hijau. Mantabs..maknyusss...top markotop, recomended banget.
|
Menanti makanan siap .... |
Perut sudah kenyang kini saatnya kami harus menunaikan kewajiban. Kami menuju masjid Raya Batam Centre yang terletak tak begitu jauh. Dan rezekinya itu mendekati area masjid hujan turun sangat deras. Kebetulan ketika sampai di pelataran parkir adzan berkumandang, namun mobil kami masih harus berputar-putar mencari tempat parkir yang sudah sangat penuh. Kalau melihat dari plat mobil sebagian besar jamaah yang ada adalah wisatawan. Alhamdulillah masih sangat banyak muslim yang melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Hampir seperempat jam akhirnya kami dapat tempat parkir itupun karena ada sebuah mobil yang keluar karena sholat dzuhur berjamaahnya sudah kelar.
Untuk masuk ke dalam masjid kami kebingungan lagi, karena hujan yang turun sangaaaaat deras, air menggenang di pelataran sedangkan mobil diparkir masih lumayan jauh sekitar 5-6 meteran. Aliyudin hanya punya 1 payung. Kami yang masih muda mengalah payung itu dipakai ibu Angga saja sedangkan kami berlarian menuju tangga yang menuju tempat wudhu. Agar tak kepeleset aku sengaja buka sepatu dan kaos kaki alias nyeker, kalau baju sudahlah jangan ditanya. Basah telas semua sampai kedalam. Hari ini saja sudah 2 episode baju kami basah dan kering di badan. Subhanallah.
MASJID RAYA BATAM
Masjid Agung Batam atau disebut Masjid Raya Batam merupakan sebuah masjid yang terletak di Batam Kepulauan Riau Indonesia. Masjid ini memiliki kubah dengan bentuk unik yang berdesain limas segi empat atau seperti piramida
Masjid Raya Batam dibangun di atas lahan seluas ± 75.000 m2, terdiri dari ruang salat dan mezanin 2515,00 m2, ruang wudhu pria 506,70 m2, ruang wudhu wanita 178,10 m2, ruang simpan sepatu 39,96 m2, Ruang kegiatan (lantai dasar) 2.190,24 m2, dilengkapi dengan menara setinggi 66 m dengan luas 9,00 m2, ditambah selasar penghubung seluas 1.270,00 m2. Dengan ukuran yang demikian besar Masjid Raya Batam dapat menampung jemaah di dalam masjid ± 3.500 jamaah dan luar masjid ± 5.000 jamaah
Masjid Raya Batam di desain oleh Ir Achmad Noe'man dan disetujui pada tanggal 31 Agustus 1997. Mulai di bangun pada tahun 1999. Ir Achmad Noe'man terkenal dengan karya karya monumentalnya termasuk diantaranya adalah Masjid Salman di ITB di Bandung, Masjid Baiturrahim di kawasan Istana Negara Jakarta, Masjid Al-Furqan di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (d/h IKIP) Bandung, Masjid Al-Markaz Al-Islami di Makasar dan Masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo, Bosnia Herzegovina.5.000 jamaah.
|
Foto masjid raya Batam yang kudapat via googgle |
Dengan tubuh basah kuyup kami segera menuju tempat wudhu yang terletak di underground. Tempat wudhu dan toiletnya sangat luas. Dan yang paling menjadi catatan penting bagi aku adalah “sangat bersih”. Airnya mengalir deras. Kembali 2 jempol buat masjid ini.
Ruang masjidnya sangat besar dan nyaman dengan ornamen-ornamen dinding, lampu gantung dan lantai keramik yang bagus. Pada saat kami masuk di tengah ruangan sedang ada sebuah prosesi seorang wanita “kembali ke Islam” (itu istilah ustadz Hidayatullah untuk orang yang mengucapkan syahadat untuk masuk Islam). Kami segera sholat Dzuhur dijamak dengan Ashar. Selesai sholat kami masih duduk-duduk karena rasanya nyaman sekali berada di dalam masjid ini, tapi tak berapa lama Aliyudin memanggil lewat kaca untuk menuju keluar. Hujan masih sangat deras.
Aliyudin langsung mengantar kami ke Nagoya Hill Hotel Batam Center. Dia yang turun duluan untuk menanyakan adakah kamar seperti yang kami maksud. Kami menunggu saja di mobil. Tidak sampai 5 menit dia sudah kembali ke mobil, memberi tahu bahwa kamar seperti yang kami maksud ada. Silahkan lihat dulu kamarnya, kalau setuju baru koper diturunkan. Berlima kami turun menuju resepsionis. Diantar oleh seorang service room kami dipersilahkan melihat kamar yang ada. Di lantai 4 harganya 679 ribu rupiah permalam per kamar, sedangkan di lantai 2 seharga 594 ribu rupiah permalam per kamar. Setelah meninjau kami memutuskan untuk mengambil yang di lantai 4 saja karena lebih luas dan sepertinya lebih nyaman. Oke booking langsung untuk 2 malam. Karena kami tidak menginginkan tambahan bed maka untuk sarapan Kotada harus membayar sebesar 105 ribu per sarapan, dibayar langsung di restoran saat hendak sarapan.
Deal! Kami segera menurunkan koper dan menuju kamar, Aliyudin menunggu di lobby. Tak lama kami dikamar. Hanya bersih-bersih alias pipis dan ganti CD doang. Tidak ganti baju karena toh baju yang dibawa sudah ngepas jumlahnya. Lagipula toh baju yang basah kuyup tadi sudah kering di badan. Area sekitar hotel ini justru sangat terik dan panas. Cussss kita ke Barelang itinerary terakhir untuk hari ini yang aku susun.
JEMBATAN BARELANG
Lokasi Jembatan Barelang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Batam, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Jembatan Barelang terdiri dari enam buah jembatan yang menghubungkan tiga pulau besar dan beberapa pulau kecil yang termasuk dalam provinsi Kepulauan Riau. Nama Barelang sendiri merupakan kepanjangan dari Batam-Rempang-Galang. Batam-Rempang-Galang adalah nama tiga buah pulau besar yang dihubungkan oleh jembatan ini.
Jembatan ini dibangun pada tahun 1992 dan selesai tahun 1998, pemrakarsanya adalah Bapak B.J Habibie yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Pembangunan jembatan ini menghabiskan biaya lebih dari Rp 400 miliar. Biaya yang dihabiskan ini tampaknya sangat sebanding jika dilihat dari kemegahan jembatan kokoh ini.
Jembatan dengan total panjang 2.264 meter ini terdiri dari rangkaian enam jembatan yang masing-masing diberi nama raja yang pernah berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau pada abad 15-18 Masehi.
1. Jembatan yang pertama sekali kita temui disebut dengan nama Jembatan Tengku Fisabilillah. Jembatan ini adalah jembatan yang paling dikenal oleh masyarakat. Jembatan ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton dan memiliki lebar tinggi 642 x 350 x 38 meter. Ada sumber yang mengatakan bahwa struktur dan model jembatan ini mirip dengan golden gate-nya San Fransisco USA.. tampaknya benar sekali.
2. Jembatan kedua bernama Jembatan Narasinga yang menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah, berbentuk lurus tanpa lengkungan dan memiliki panjang lebar tinggi 420 x 160 x 15 meter. Tidak kalah megahnya dengan Jembatan sebelumnya.
3. Jembatan ketiga adalah Jembatan Ali Haji yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok dan memiliki panjang lebar tinggi 270 x 45 x 15 meter.
4. Jembatan keempat bernama Jembatan Sultan Zainal Abidin yang menghubungkan Pulau Setokok dengan Pulau Rempang dan memiliki panjang lebar tinggi 365 x 145 x 16,5 meter.
5. Jembatan kelima adalah Jembatan Tuanku Tambusai yang menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang dan memiliki panjang lebar tinggi 385 x 245 x 31 meter.
6. Jembatan keenam atau yang terakhir bernama Jembatan Raja Kecil, menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru dan memiliki panjang lebar tinggi 180 x 45 x 9,5 meter. Jembatan keenam ini sangat dikenal karena nilai sejarah dari pulau yang dihubungkannya. Di Pulau Galang ini pernah dijadikan tempat penampungan sedikitnya 250.000 pengungsi dari Vietnam pada tahun 1975-1996. Bekas tempat pengungsian yang berada di Desa Sijantung, Kecamatan Galang ini masih menyisakan benda-benda atau bangunan-bangunan peninggalan para pengungsi. Peninggalan yang kaya dengan nilai sejarah ini, tidak ada yang mau melewatkannya dan telah membuat takjub banyak orang. Semua benar-benar ada dan nyata di sini.
Jika dulu saat ke Batam bersama karyawati Pusri, kami diturunkan oleh travel yang mengkoordinasi tour kami di tengah-tengah jembatan. Dimana kala itu untuk foto aja amat susah karena kencangnya laju kendaraan yang melintas, apalagi untuk dapat view yang menarik gak banget dah. Nah dari berbagai foto traveller yang ke sini mereka mengambil sisi lain. Aku menuturkan itu pada Aliyudin, dia paham dan bilang memang kami akan turun ke lokasi yang strategis, aman dan paling penting viewnya bagus. Siiippp...
Turun dilokasi bagian samping bawah (aku gak pula mencatat apakah sisi utara, selatan, timur, atau barat), ada beberapa mobil yang di parkir di pelataran parkir. Genangan air yang cukup dalam disana-sini menandakan baru saja hujan deras di area ini. Kami berjalan menuju spot utama. Disana cukup banyak wisatawan yang juga sedang mengabadikan (baca= selfie). Baru berjalan beberapa meter ada pedagang rujak dengan gerobak dorongnya, aku langsung berteriak ingin beli rujak. Ibu Angga langsung teriak melarang, takut sakit perut jajan sembarangan secara dia orang medis harus selalu memperhatikan segi higienisnya. Aku ngeyel pokoknya aku mau rujak, aku bilang ibu belum tahu aja rujaknya enakkkk banget (saat 2010 ke Barelang kami juga mamakan jajanan rujak dan wuenakkkk tenannn). Akhirnya ibu Angga membujuk, iyalah yang penting kita ke tujuan utama dulu yaitu spot menarik.
|
Genangan air disana-sini |
|
Entah pantai apa ini |
|
Spot utama yang selalu rame, inipun harus menunggu lama untuk sepi seperti ini dan harus cepat |
|
Sisi lain dibagian bawah spot utama tidak ada pengunjung yang turun kesini |
|
Candid..... |
|
Bujang kami... |
|
Kakak beradek yang lengket-lengket dan muridnya Aliyudin |
|
Full team
|
|
Mampir sejenak di tengah jalan demi mengabadikan suasana sunsetnya. Tapi tidak begitu dapet karena mendung. |
Sampai di lokasi pengunjung lumayan ramai meski tidak sampai padat banget. Untuk menghindari ramai kami turum ke bawah dekat sungai dimana lokasi itu tidak dijamah orang. Aku sih iseng aja karena dari atas sepertinya menarik. Namun setelah sampai bawah kalau untuk menikmati pemandangan saja memang oke. Tapi kalau untuk foto sulit ambil angle yang bagus. Akhirnya kami naik ke atas lagi, dan Alhamdulillah mulai agak sepi. Bisalah kami dapat beberapa foto yang baguss.
Dannnnn ayo kita memenuhi janji yang tadi....beli rujak. Waktu hendak memesan aku langsung menghitung jumlah orang, dan bapak-bapak alias kaum pria menolak, termasuk ibu Angga juga, Aku bagi 2 dengan Ita saja, katanya. Baiklah... aku pesan 2 porsi. Lalu setelah menyicip ibu Angga langsung bilang oh iya ya enak... lalu dia minta pesan 1 bungkus lagi. Belum tahu dia rujak Barelang itu enak karena gula merahnya itu loh. Mirip rujak di keraton Jogya. Kaum pria dan Vera memesan jagung bakar dan kopi Batam. Semua bilang enak. Aneh ya kuliner di Batam itu semuanya enak, sampai rasa kopiny saja bedaaaaa.
Meninggalkan Barelang waktu sudah menunjukkan jam setengah enam. Kami segera menuju hotel. Pikirku bisa langsung istirahat, namun ketika memasuki pelataran hotel ibu Angga dan ibu Ade minta pada Aliyudin tak usah parkir. Muter aja masuk ke Nagoya Hill Super Mall yang letaknya persis di sebelah hotel kami. Hayoooo aja.... alasan ibu Angga kita lihat-lihat aja dulu sambil survey harga buat belanja besok di toko-toko grosir. Hmmmm bener juga.