Dari serangkaian persiapan rencana tour ke West Europe bulan November 2016 nanti, maka tanggal 18 Oktober 2016 kemaren kami rombongan dari Palembang harus menyelesaikan persyaratan visa Schengen di kedutaan Perancis, untuk melakukan penyerahan dokumen, rekam biometrik data (sidik jari dan foto wajah) dan wawancara, Sejak awal info mbak Iin kami harus ke Jakarta aku sudah mulai mengatur strategi. Tadinya seorang temen sekantor yang ikut bersama kami memaksa untuk berangkat dengan pesawat terakhir saja dan selesai urusan langsung pulang, alasannya gak mau ninggalin kantor dan supaya cuma ambil cuti sehari saja. Ahhh...ngapain sih sok penting amat tentang urusan kantor, biar kata kita gak ada juga perusahaan ini tetep jalan kok.
Kali ini aku gak mau diatur sama dia (seperti rencana liburan ke Malaysia April lalu, hanya karena dia tidak mau ambil cuti sehari dan dia langsung memutuskan kami batal ikut. Ini masalahnya PalTV mengkonfirmasi dengan menelpon dia. Dan kami berlima yang lain yang minat banget bahkan bisa kok ambil cuti sehari jadi batal semua. Hmmmm...kecewa banget aku waktu itu).
Aku sudah punya rencana sendiri karena aku gak mau rugi (hehehe..), maksudnya karena sudah kepalang mengeluarkan budget untu harga tiket pesawat dan sebagainya yang tidak murah, jelas tidak balance rasanya jika urusan ke Jakarta ini hanya diisi 1 kepentingan saja yaitu urusan visa. Harus bisa “sekali menrangkuh dayung dua tiga pulau terlampaui”. Akhirnya dia gak ngotot...lagi dan manut aja.
Banyak referensi yang sudah aku dapat dari browsing internet via travel blogger tentang lokasi wisata di Jakarta yang bisa dijadikan tempat foto-foto. Memang sudah lama sekali aku berharap bisa mengunjungi lokasi-lokasi menggiurkan di Jakarta yang pernah aku baca via travel blogger. Aku ingin mendapat foto keren untuk di upload ke instagram dan membuat new posting di blog travel aku yang cukup lama gak update, karena gak ada info yang dapat diposting (aku duduk manis dan gak travel kemana-mana sejak pulang dari Turki bulan Maret lalu). Dalam itinerary yang aku schedulekan sendiri, banyak sekali tempat-tempat yang ingin aku datangi dalam 1 hari tersebut, antara lain Kota Tua, Ancol dan Monas. Setelah sampai di Jakarta ternyata sulit sekali meng”arrange” sesuai kemauanku, disebabkan waktu tempuh untuk sampai ke lokasi tidak dapat diprediksi sesuai rencanaku. Maceetttt.......
Kami berangkat dari Palembang menumpang pesawat City Link dengan jam keberangkatan 8.20, dan mendarat di Halim Perdana Kusumah tepat jam 9.15. Kami dijemput mbak Iin dan Kang Tisna pemilik travel menuju hotel. Sampai hotel sekitar jam 10-an. Tapi harus menunggu dulu untuk bisa check in, karena jam 14.00 kita baru bisa check-in. Hmmm...dari pada nunggu jam 2 siang kami menyebrang ke sebrang hotel ke Ambasador Mall ITC Kuningan untuk makan (perut sudah terasa perih karena pagi tadi tidak sempat sarapan) sekalian cari studio foto untuk afdruk foto Kotada yang salah dan tidak sesuai dengan persyaratan yaitu harus terlihat 7/8 muka. Setelah makan dan cetak foto untuk menunggu jam 2 siang, kami masih berkeliling Ambasador Mall melihat-lihat, akhirnya aku terperangkap berbelanja juga. Hadehhh...padahal harus hemat untuk bekal ke Eropah.
Akhirnya pas jam 2 kami kembali lagi ke hotel check-in dan sholat. Sempat menunggu karena mbak Iin berjanji akan mengantar kami untuk jalan ke Kota Tua. Tunggu punya tunggu hampir jam 3 belum ada konfirmasi kapan akan dijemput. Selama ini memang sudah sangat sering Iin janjinya tak tepat. Aku berpikir daripada menunggu dan molor-molor takutnya nanti malah gak jadi pergi karena sudah kemalaman. Aku berinisiatif lebih baik pergi sendiri saja. Kutelpon Iin agar tak perlu dijemput biar kami pergi sendiri saja. Kotada segera menghubungi Grab Taxi. Dan pas jam 3 kami meluncur. Jakarta itu maceetttnya luar biasa, meskipun sopir grab taxi sudah mengambil alternatif jalan yang lancar dengan ambil jalur masuk tol dan resikonya kami harus nambah biaya tol sebesar 9 ribu rupiah akhirnya kami sampai di Kota Tua sekitar jam 5 lewat. Sampai disana agak kaget juga rasanya tak ada yang bisa dilihat karena dengan lokasi sekecil itu pengunjungnya banyak sekali, diantaranya orang yang pacaran, asongan dan sebagainya.
Sangat sayang sekali karena hari ini hari Senin beberapa lokasi ditutup seperti museum Fatahillah, museum wayang, pelabuhan Sunda Kelapa dsb. Hmmmm... Tetapi jangan panggil Esi deh kalau gampang menyerah, dan kamipun masih bisa ambil beberapa moment foto yang cukup bagus menurutku meskipun untuk target foto hanya diseputaran pelataran museum. Jadilah.... Kota Tua merupakan kawasan penting di masa penjajahan dahulu. Kawasan ini mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara dan, mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa sampai Museum Bank Indonesia.
MUSEUM BANK INDONESIA
Museum ini terletak di Jalan Pintu Besar Utara, tepatnya di seberang Stasiun Jakarta Kota. Bangunannya menempati area gedung Bank Indonesia yang merupakan peninggalan De Javasche Bank dengan arsitektur neo-klasikal yang dipadukan dengan budaya lokal. Museum ini dibangun pada 1828 dan menyajikan informasi tentang peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa. Kisahnya dimulai sebelum kedatangan bangsa barat, hingga terbentuknya Bank Indonesia beserta kebijakan-kebijakannya. Wisatawan tidak akan bosan mengelilingi museum ini sebab tempat tersebut sudah memanfaatkan teknologi modern dan multimedia. Museum ini dibuka untuk umum setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional, serta tidak dipungut biaya.
Di depan museum Bank Indonesia |
Kantor Pos dekat museum Bank Indonesia dan sebelah gedung museum wayang |
Sewaan sepeda ontel, sayangnya kita semua pakai dress jadi gak bisa nyobain sepeda |
Posisinya tepat di sebelah Museum Bank Indonesia yang menempati gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda dan berkembang menjadi perusahaan bidang perbankan. Museum ini menampilkan koleksi terkait aktivitas perbankan tempo dulu dan perkembangannya, termasuk perlengkapan operasional bank, surat berharga, mata uang kuno dan brankas.
Jalan di depan museum bank Mandiri |
MUSEUM FATAHILLAH
Museum ini dikenal juga sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia yang berdiri di atas tanah seluas 1.300 meter persegi. Dulunya gedung ini adalah Balai Kota (Stadhus dalam bahasa Belanda) yang meyerupai Istana Dam di Amsterdam. Terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat, serta bangunan sanding sebagai kantor, ruang pengadilan dan ruang bawah tanah sebagai penjara. Pengunjung yang datang akan disuguhi berbagai koleksi di Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung dan Ruang MH Thamrin.
Area pelataran museum Fatahillah |
Pelataran museum Fatahillah best picture yang kusukai |
MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK
Lokasinya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta. Museum ini memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari era Majapahit abad ke-14 hingga berbagai negara. Awalnya gedung ini dibangun untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia, hingga asrama militer TNI. Namum, baru pada 1990 bangunan ini digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. Berbagai koleksi seniman Indonesia sejak 1800-an hingga saat ini ada di museum ini. Di museum ini, seni lukis Indonesia dibagi dalam beberapa kategori sesuai periodisasi. Selain itu, koleksi keramik juga terdapat di tempat ini, baik dari daerah maupun mancanegara.
Patung manusia yang atret di samping museum keramik, sempat kaget ketika tahu ini bukan patung beneran tapi manusia yang merubah diri jadi patung. Patung ini yang paling atraktif |
Salah satu expresi drama dari patung manusia ini |
Karena museum keramiknya tutup kita ambil foto di depannya saja sambil ngobrol manjahhhh |
MUSEUM WAYANG
Gedung ini cukup unik dan menarik meski telah mengalami perombakan beberapa kali. Koleksi yang ditampilkan pada museum wayang tidak terlepas dari jenis dan bentuk wayang di Indonesia. Baik dari bahan kayu dan kulit yang totalnya mencapai lebih dari 4.000 buah wayang. Tak hanya itu, wayang-wayang luar negeri juga diabadikan di tempat ini, di antaranya dari Republik Rakyat Tiongkok dan Kamboja. Kami gak sempet ambil foto disini karena penuh dengan pedagang dan beberapa anak muda yang berkelompok.
Ini juga depan gedung museum wayang |
Depan museum wayang tapi backgroundnya museum Fatahillah |
PELABUHAN SUNDA KELAPA
Pada masanya, Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk yang digunakan untuk kegiatan jual beli dalam perdagangan internasional. Sedangkan kawasan sekitar Museum Bank Indonesia dan Museum Fatahilah adalah salah satu pusat pemerintahan kolonial.
Apa menariknya Pelabuhan Sunda Kelapa? Pelabuhan kuno yang pernah menjadi pelabuhan utama perdagangan internasional ini menjadi saksi kejayaan Jakarta atau Batavia di masanya. Dahulu, pelabuhan ini ramai sekali dengan pedagang dari Cina, Arab dan India yang sibuk menjual barang dagangan yang dibawanya untuk ditukar dengan uang atau rempah-rempah.
Saking tuanya, Pelabuhan Sunda Kelapa bahkan diklaim telah beroperasi sejak Jakarta didirikan. Tempat ini telah menjadi saksi kejayaan Kerajaan Pajajaran, kedatangan bangsa Portugal, kehidupan makmur Kerajaan Demak, hingga masa-masa dimulainya kekuasaan Belanda di Indonesia.
Lain dahulu, lain sekarang. Saat ini, pelabuhan ini dijadikan tempat ‘parkir’ kapal nelayan setempat. Tapi bukan berarti hal ini membuat Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi kurang menarik. Waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat wisata ini adalah pada sore hari menjelang senja. Siluet kapal-kapal nelayan berpadu dengan cahaya jingga akan menjadi objek foto yang cantik untuk dikenang. Untuk kuliner di sekitar tempat wisata ini terdapat banyak warung makan yang menyajikan aneka olahan seafood lezat. Sayangnya lokasi ini ditutup pada hari Senin, padahal sudah terbayang ambil foto sunset di pelabuhan ini pasti keren sekali.
TOKO MERAH
TOKO MERAH
Destinasi lain yang juga tak boleh dilupakan kala berkunjung ke Kota Tua Jakarta adalah Toko Merah. Baron Van Imhoff, gubernur jendral VOC dan penggagas bangunan Istana Bogor, merupakan sosok yang mendirikan tempat unik ini. Begitu masuk ke dalam, Anda akan mendapati suasana dan perabotan zaman kolonial yang masih begitu terjaga orisinalitasnya hingga saat ini. Sungguh menarik bukan?
Namun sayang, memasuki tempat satu ini tak mudah. Statusnya yang tidak terbuka untuk publik, membuat Anda harus mengantongi izin khusus dari pihak berwajib untuk bisa menikmati warisan peninggalan kolonial di Toko Merah. Tapi jika hanya ingin sekedar berfoto dan menikmati suasana kuno yang ada di sekitarnya, Anda bisa berkeliling di kawasan sekitar bangunan ini.